04 Sep Heboh Kasus Cuci Darah Pada Gen Z? Yuk Cegah Sedini Mungkin
Tahu gak sih? Sedang ramai dibahas oleh netizen di sosial media fenomena tentang banyaknya anak-anak yang melakukan cuci darah di Rumah Sakit. Penyakit Ginjal Kronis atau Gagal Ginjal Kronis menempati penyakit kronis dengan angka kematian tertinggi ke-20 di dunia, sedangkan di Indonesia penyakit Gagal Ginjal Kronis berada diperingkat ke 10 penyebab kematian.(1) Sangat mengkhawatirkan bukan? Apa sebenarnya penyebab anak harus cuci darah?
1. Apa Itu Hemodialisis?
Cuci darah atau hemodialisis adalah prosedur perawatan untuk menyaring limbah dan air dari darah, sama halnya seperti fungsi ginjal dalam tubuh. Sehingga prosedur ini bisa disebut sebagai pengganti ginjal yang sudah rusak. Selain melakukan penyaringan dan mengeluarkan toksin-toksin tubuh, hemodialisis turut membantu menyeimbangkan mineral penting, seperti kalsium, kalium, dan natrium serta mengontrol tekanan darah.(6) Pengukuran tekanan darah dianjurkan dilakukan pada anak di atas tiga tahun pada setiap pemeriksaan medis. Pada anak di bawah usia tiga tahun, pengukuran tekanan darah dilakukan pada anak dengan penyakit serius.(3) Pelaksanaan hemodialisis pada anak membutuhkan tim ahli ginjal, perawat, pekerja sosial, administrasi, dan ahli gizi yang memiliki pelatihan dan keahlian dalam dialisis dan ilmu pediatrik.(5)
2. Pemilihan Makanan dan Minuman yang Tepat
Faktor gaya hidup menjadi faktor utama terjadinya cuci darah pada anak-anak di masa sekarang. Kebiasaan anak yang mengonsumsi minuman berperisa, makanan tinggi garam, makanan instan, konsumsi obat-obatan yang berlebihan dan tidak sesuai resep dokter akan memperberat kerja ginjal yang seiring waktu dapat menyebabkan kerusakan bahkan gagal ginjal.(7) Maka dari itu, para orangtua diharapkan untuk menerapkan pola makan yang sehat dengan memastikan anak- anak mengonsumsi makanan yang seimbang dengan rendah gula, tidak membiasakan konsumsi makan atau minum-minuman manis dimulai sejak dini. Serta pentingnya membiasakan minum air putih dengan teratur dan cukup agar terhindar dari dehidrasi.
3. Pentingnya Edukasi Gizi
Sebagian besar remaja memiliki pengetahuan gizi yang kurang dan kebiasaan jajan yang kurang baik serta hasil juga menunjukkan bahwa ada pengaruh edukasi gizi dengan pengetahuan remaja. Perilaku paling penting yang mempengaruhi status gizi remaja adalah pola makan. Ini karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman akan mempengaruhi asupan gizi remaja. Remaja sangat membutuhkan gizi yang optimal untuk pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan di masa depan.(2)
4. Makanan yang Dianjurkan untuk Dikonsumsi
- Makanan sumber energi, seperti : nasi, roti, mie, makaroni, spageti, lontong, bihun, madu, permen. Makanan sumber energi berguna menjaga atau memperbaiki status gizi pasien.
- Makanan sumber protein, seperti : telur, ayam, daging, ikan, kacang-kacangan termasuk tahu dan tempe dalam jumlah yang terbatas disesuaikan dengan perhitungan kebutuhan gizi. Pada pasien dengan hemodialisis, protein berfungsi untuk mejaga kekuatan otot dan daya tahan tubuh pasien.(4)
5. Makanan yang Harus Diperhatikan untuk Dikonsumsi
- Makanan Sumber Natrium
Kelebihan konsumsi garam akan meyebbakan pasien mudah merasa haus sehingga banyak minumdan dapat mengakibatkan pembengkakan, sesak nafas, tekanan darah meningkat, dan penyakit jantung. Bahan makanan tinggi natrium yaitu makanan instan, keju, margarin, dan mentega. Bumbu yang mengandung tinggi natrium juga harus diperhatikan, seperti garam, terasi, kecap, MSG, saos. - Makanan Tinggi Kalium
Asupan kalium dalam jumlah cukup dibutuhkan untuk menjaga agar jantung berdetak dengan kecepatan normal. Namun apabila konsumsi kalium terlalu berlebihan dapat berbahaya untuk jantung.
– Bahan makanan yang diperbolehkan (kadar kalium < 100mg) : misoa, beras, roti putih, semangka, manggis, rambutan, blewah, sari apel, keju, es krim, kopi, margarin, jam.
– Bahan makanan yang diperbolehkan (kadar kalium 100-200mg) : bihun, beras merah, terigu, makaroni, biskuit, roti bakar, telur ayam, tahu, ketimun, anggur, apel hijau, jambu biji, jeruk, sawo, blimbing, melon, yoghurt.
– Bahan makanan diperbolehkan maksimal 100gr/hari 9kadar kalium 200-300mg : ubi putih, jagung, beras ketan, ikan, buncis, kol, wortel, tomat, selada, apel merah, alpukat, duku, pepaya , salak, sirsak, klengkeng, madu.
– Bahan makanan dibatasi maksimal 50gr/hari (kadar kalium 300-400 mg) : kentang, havermout, singkong, ubi kuning, tepung tapioka, kapri, ikan mas, udang, ayam, kembang kol, bit, seledri, nangka, santan.
– Bahan makanan yang TIDAK dianjurkan (kadar kalium (> 400 mg) : sarden, tongkol, kacang-kacangan kering (kacang hiaju, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, dll), pisang, durian, bayam, daun pepaya, coklat, teh, kelapa, saos tomat. - Makanan Tinggi Fosfor
Pada pasien dengan hemodialisis biasanya akan mengalami hiperfosfatemia (tingginya kadar fosfor dalam darah), maka dari itu makanan yang mengandung tinggi fosfor sebaiknya dihindari seperti: produk susu, kacang-kacangan, cereal berbahan gandum, dan minuman kemasan. - Makanan Sumber Kalsium
Pada pasien dengan hemodialisis, kebutuhan kalsium yang disarankan harus tinggi karena apabila kalsium dan vit D rendah di dalam darah maka akan dilepas dari tulang yang mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi susu rendah fosfor setiap hari. - Makanan yang Mengandung Serat
Pasien dengan hemodialisis dianjurkan untuk mengkonsumsi serat dalam jumlah yang cukup agar feses menjadi lembek dan tidak susah buang air besar. Makanan yang dianjurkan yaitu, sayur, buah, kacang-kacangan, sereal, dan hasil olahannya yang mengandung rendah fosfor.(4)
Nah, sudah tau bukan? Pastinya dengan melakukan langkah-langkah pencegahan yang tepat dan kesadaran yang meningkat, bisa melindungi anak-anak bunda dari risiko terkena gagal ginjal dengan melakukan pemeriksaan secara rutin untuk mendeteksi tanda-tanda awal dari gejala gagal ginjal pada anak.
Editor : Aldera, S.Tr.Gz
Referensi
- Irawan, D., & Suhartini, T., (2023). Hubungan Lama Menjalani Terapi Hemodialisis Dengan Tingkat Stress Pasien Gagal Ginjal Kronis. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 8(3), 30-33.
- Musniati, N., dkk. (2024). Edukasi Gizi dalam Pencegahan Gagal Ginjal Akut pada Remaja. Media Karya Kesehatan, Vol. 7, 31-38.
- Pardede, S. O., & Chunnaedy, S., (2009). Penyakit Ginjal Kronik Pada Anak. Sari Pediatri, 11(3) : 199-205.
- Perwita, Y. A., Gizi Pada Ginjal Kronik dengan Hemodialisis Cuci Darah. pantirapih.or.id. 2022. [cited 2024 Agustus 20]. Available from: https://pantirapih.or.id/rspr/gizi-pada-ginjal-kronik- dengan-hemodialisis-cuci-darah/
- Rahman, S., (2020). Tatalaksana Hemodialisis pada Anak dan Bayi. CDK-285, 47(4), 291-295.
- Tim Medis Siloam Hospital, Hemodialisis (HD) – Pengertian, Cara Kerja, dan Manfaat. siloamhospitals.com. 2023. [cited 2024 Agustus 23]. Available from: https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-hemodialisis
- Usi_fkp, Kasus Cuci Darah Pada Anak Meningkat, Mahasiswa Praktik Profesi Komunitas Sosialisasikan Pencegahan Gagal Ginjal Pada Anak. ners.unair.ac.id. 2024. [cited 2024 Agustus 23]. Available from: https;//ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/3588-kasus-cuci-darah- pada-anak-meningkat-mahasiswa-praktik-profesi-komunitas-sosialisasikan-pencegahan- gagal-ginjal-pada-anak