Tahu gak sih? Sedang ramai dibahas oleh netizen di sosial media fenomena tentang banyaknya anak-anak yang melakukan cuci darah di Rumah Sakit. Penyakit Ginjal Kronis atau Gagal Ginjal Kronis menempati penyakit kronis dengan angka kematian tertinggi ke-20 di dunia, sedangkan di Indonesia penyakit Gagal Ginjal Kronis berada diperingkat ke 10 penyebab kematian.(1) Sangat mengkhawatirkan bukan? Apa sebenarnya penyebab anak harus cuci darah?

1. Apa Itu Hemodialisis?

FOTO ARTIKEL WEBSITE-12

Cuci darah atau hemodialisis adalah prosedur perawatan untuk menyaring limbah dan air dari darah, sama halnya seperti fungsi ginjal dalam tubuh. Sehingga prosedur ini bisa disebut sebagai pengganti ginjal yang sudah rusak. Selain melakukan penyaringan dan mengeluarkan toksin-toksin tubuh, hemodialisis turut membantu menyeimbangkan mineral penting, seperti kalsium, kalium, dan natrium serta mengontrol tekanan darah.(6) Pengukuran tekanan darah dianjurkan dilakukan pada anak di atas tiga tahun pada setiap pemeriksaan medis. Pada anak di bawah usia tiga tahun, pengukuran tekanan darah dilakukan pada anak dengan penyakit serius.(3) Pelaksanaan hemodialisis pada anak membutuhkan tim ahli ginjal, perawat, pekerja sosial, administrasi, dan ahli gizi yang memiliki pelatihan dan keahlian dalam dialisis dan ilmu pediatrik.(5)

2. Pemilihan Makanan dan Minuman yang Tepat

Faktor gaya hidup menjadi faktor utama terjadinya cuci darah pada anak-anak di masa sekarang. Kebiasaan anak yang mengonsumsi minuman berperisa, makanan tinggi garam, makanan instan, konsumsi obat-obatan yang berlebihan dan tidak sesuai resep dokter akan memperberat kerja ginjal yang seiring waktu dapat menyebabkan kerusakan bahkan gagal ginjal.(7) Maka dari itu, para orangtua diharapkan untuk menerapkan pola makan yang sehat dengan memastikan anak- anak mengonsumsi makanan yang seimbang dengan rendah gula, tidak membiasakan konsumsi makan atau minum-minuman manis dimulai sejak dini. Serta pentingnya membiasakan minum air putih dengan teratur dan cukup agar terhindar dari dehidrasi.

3. Pentingnya Edukasi Gizi

Sebagian besar remaja memiliki pengetahuan gizi yang kurang dan kebiasaan jajan yang kurang baik serta hasil juga menunjukkan bahwa ada pengaruh edukasi gizi dengan pengetahuan remaja. Perilaku paling penting yang mempengaruhi status gizi remaja adalah pola makan. Ini karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman akan mempengaruhi asupan gizi remaja. Remaja sangat membutuhkan gizi yang optimal untuk pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan di masa depan.(2)

4. Makanan yang Dianjurkan untuk Dikonsumsi

  1. Makanan sumber energi, seperti : nasi, roti, mie, makaroni, spageti, lontong, bihun, madu, permen. Makanan sumber energi berguna menjaga atau memperbaiki status gizi pasien.
  2. Makanan sumber protein, seperti : telur, ayam, daging, ikan, kacang-kacangan termasuk tahu dan tempe dalam jumlah yang terbatas disesuaikan dengan perhitungan kebutuhan gizi. Pada pasien dengan hemodialisis, protein berfungsi untuk mejaga kekuatan otot dan daya tahan tubuh pasien.(4)

5. Makanan yang Harus Diperhatikan untuk Dikonsumsi

FOTO ARTIKEL WEBSITE-11
  1. Makanan Sumber Natrium
    Kelebihan konsumsi garam akan meyebbakan pasien mudah merasa haus sehingga banyak minumdan dapat mengakibatkan pembengkakan, sesak nafas, tekanan darah meningkat, dan penyakit jantung. Bahan makanan tinggi natrium yaitu makanan instan, keju, margarin, dan mentega. Bumbu yang mengandung tinggi natrium juga harus diperhatikan, seperti garam, terasi, kecap, MSG, saos.
  2. Makanan Tinggi Kalium
    Asupan kalium dalam jumlah cukup dibutuhkan untuk menjaga agar jantung berdetak dengan kecepatan normal. Namun apabila konsumsi kalium terlalu berlebihan dapat berbahaya untuk jantung.
    – Bahan makanan yang diperbolehkan (kadar kalium < 100mg) : misoa, beras, roti putih, semangka, manggis, rambutan, blewah, sari apel, keju, es krim, kopi, margarin, jam.
    – Bahan makanan yang diperbolehkan (kadar kalium 100-200mg) : bihun, beras merah, terigu, makaroni, biskuit, roti bakar, telur ayam, tahu, ketimun, anggur, apel hijau, jambu biji, jeruk, sawo, blimbing, melon, yoghurt.
    – Bahan makanan diperbolehkan maksimal 100gr/hari 9kadar kalium 200-300mg : ubi putih, jagung, beras ketan, ikan, buncis, kol, wortel, tomat, selada, apel merah, alpukat, duku, pepaya , salak, sirsak, klengkeng, madu.
    – Bahan makanan dibatasi maksimal 50gr/hari (kadar kalium 300-400 mg) : kentang, havermout, singkong, ubi kuning, tepung tapioka, kapri, ikan mas, udang, ayam, kembang kol, bit, seledri, nangka, santan.
    – Bahan makanan yang TIDAK dianjurkan (kadar kalium (> 400 mg) : sarden, tongkol, kacang-kacangan kering (kacang hiaju, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, dll), pisang, durian, bayam, daun pepaya, coklat, teh, kelapa, saos tomat.
  3. Makanan Tinggi Fosfor
    Pada pasien dengan hemodialisis biasanya akan mengalami hiperfosfatemia (tingginya kadar fosfor dalam darah), maka dari itu makanan yang mengandung tinggi fosfor sebaiknya dihindari seperti: produk susu, kacang-kacangan, cereal berbahan gandum, dan minuman kemasan.
  4. Makanan Sumber Kalsium
    Pada pasien dengan hemodialisis, kebutuhan kalsium yang disarankan harus tinggi karena apabila kalsium dan vit D rendah di dalam darah maka akan dilepas dari tulang yang mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi susu rendah fosfor setiap hari.
  5. Makanan yang Mengandung Serat
    Pasien dengan hemodialisis dianjurkan untuk mengkonsumsi serat dalam jumlah yang cukup agar feses menjadi lembek dan tidak susah buang air besar. Makanan yang dianjurkan yaitu, sayur, buah, kacang-kacangan, sereal, dan hasil olahannya yang mengandung rendah fosfor.(4)

Nah, sudah tau bukan? Pastinya dengan melakukan langkah-langkah pencegahan yang tepat dan kesadaran yang meningkat, bisa melindungi anak-anak bunda dari risiko terkena gagal ginjal dengan melakukan pemeriksaan secara rutin untuk mendeteksi tanda-tanda awal dari gejala gagal ginjal pada anak.

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. Irawan, D., & Suhartini, T., (2023). Hubungan Lama Menjalani Terapi Hemodialisis Dengan Tingkat Stress Pasien Gagal Ginjal Kronis. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 8(3), 30-33.
  2. Musniati, N., dkk. (2024). Edukasi Gizi dalam Pencegahan Gagal Ginjal Akut pada Remaja. Media Karya Kesehatan, Vol. 7, 31-38.
  3. Pardede, S. O., & Chunnaedy, S., (2009). Penyakit Ginjal Kronik Pada Anak. Sari Pediatri, 11(3) : 199-205.
  4. Perwita, Y. A., Gizi Pada Ginjal Kronik dengan Hemodialisis Cuci Darah. pantirapih.or.id. 2022. [cited 2024 Agustus 20]. Available from: https://pantirapih.or.id/rspr/gizi-pada-ginjal-kronik- dengan-hemodialisis-cuci-darah/
  5. Rahman, S., (2020). Tatalaksana Hemodialisis pada Anak dan Bayi. CDK-285, 47(4), 291-295.
  6. Tim Medis Siloam Hospital, Hemodialisis (HD) – Pengertian, Cara Kerja, dan Manfaat. siloamhospitals.com. 2023. [cited 2024 Agustus 23]. Available from: https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-hemodialisis
  7. Usi_fkp, Kasus Cuci Darah Pada Anak Meningkat, Mahasiswa Praktik Profesi Komunitas Sosialisasikan Pencegahan Gagal Ginjal Pada Anak. ners.unair.ac.id. 2024. [cited 2024 Agustus 23]. Available from: https;//ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/3588-kasus-cuci-darah- pada-anak-meningkat-mahasiswa-praktik-profesi-komunitas-sosialisasikan-pencegahan- gagal-ginjal-pada-anak

Pemenuhan gizi pada anak merupakan salah satu faktor penting dalam optimalisasi proses tumbuh kembang dan kecerdasan. Pembentukan organ dan struktur jaringan otak terjadi utamanya pada periode 1000 hari pertama kehidupan. Selain itu, asupan gizi yang memadai dibutuhkan untuk membangun sistem kekebalan tubuh agar anak cenderung lebih tahan terhadap penyakit infeksi, sehingga tetap aktif, bisa rajin bersekolah dan mengalami lebih sedikit gangguan dalam proses pembelajaran. Alhasil, anak yang tumbuh dengan kecukupan asupan gizi memiliki performa akademis yang lebih baik dan berpotensi menjadi generasi yang lebih produktif serta secara positif dapat memberi kontribusi kepada masyarakat. (1)

FOTO ARTIKEL WEBSITE-10

Seiring dengan perkembangan jaman dan globalisasi yang makin meluas, kejadian penyakit pada usia anak tidak lagi didominasi pada jenis infeksius (menular) saja, melainkan juga penyakit non-infeksius (tidak menular). (2) Secara global, World Health Organization (WHO) tahun 2024 melaporkan bahwa penyakit seperti pneumonia, diare, tuberkulosis, sepsis, demam berdarah, HIV/AIDS, infeksi parasit dan malaria, merupakan penyebab utama kematian anak usia 1 bulan hingga 9 tahun. Terkait kondisi tersebut, sejauh ini telah ada pola penanganan sistematis pada anak di berbagai layanan kesehatan baik puskesmas, rumah sakit, maupun klinik kesehatan milik pemerintah/swasta. Namun, di tahun yang sama, WHO juga mendokumentasikan terkait faktor risiko penyakit tidak menular yang dapat terjadi sedari usia anak, meliputi diet tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, paparan alkohol dan rokok, dan lingkungan tidak bersih. Manifestasi yang umum dialami anak adalah antara lain obesitas, kanker, diabetes mellitus, serta gangguan fungsi ginjal dan jantung. Hal ini membutuhkan alur tindakan yang lebih kompleks, selain pencegahan akumulasi faktor risiko, juga pola penanganan ke arah penyakit kronis. (3)

Isu terkait kesehatan anak masih menjadi fokus dan perhatian penting. Sebagaimana halnya stunting yang tengah sebagai permasalahan kolektif bangsa, penyakit tidak menular yang berkaitan dengan pola makan menjadi fenomena baru yang kini pun ramai diperbincangkan. Berdasarkan data epidemiologi dunia, prevalensi diabetes mellitus tipe 2 pada anak di Amerika meningkat seiring usia, dari 0.29 per 1.000 anak pada usia 10-14 tahun menjadi 1.04 per 1.000 anak pada usia 15-19 tahun. Sedangkan di Australia, prevalensi kasus yang sama adalah 3 per 100.000 anak pada usia 10-14 tahun. Di Kuwait, prevalensi diabetes mellitus tipe 2 pada anak usia 11-14 tahun lebih banyak dialami pada gender laki-laki (41,4%) dibanding perempuan (28.9%). (4) Sementara di Indonesia, prevalensi diabetes mellitus tipe 2 meningkat sebanyak 70 kali lipat dari 0.028 per 100.000 anak (tahun 2020) menjadi 2 per 100.000 anak (tahun 2023) dengan usia pengidap dominan diabetes mellitus pada anak adalah 10-14 tahun (46%), diikuti oleh 5-9 tahun (31,05%), 0-4 tahun (19%) dan di atas 14 tahun (3%). (5)

Pemilihan makanan tinggi gula (lebih dari 4 sendok makan/hari), tinggi lemak (lebih dari 5 sendok makan minyak goreng atau lebih dari 30% kebutuhan total energi/hari), rendah serat (kurang dari 3-4 porsi sayur dan buah/hari) dan menjadi kebiasaan pola makan demikian merupakan cikal bakal utama dari kejadian diabetes mellitus tipe 2 pada anak. Secara progresif, dari sisi penyakit dan terapi medisnya dapat menimbulkan penurunan fungsi ginjal yang dikenal dengan sebutan nefropati diabetik, Pada 2 tahun terakhir ini, prevalensi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) cukup signifikan meningkat, yaitu stadium II ke bawah pada anak dilaporkan sekitar 18,5 – 58,3 per juta anak. Sedangkan, prevalensi gagal ginjal terminal yang membutuhkan terapi hemodialisa atau transplantasi ginjal pada anak adalah 22 per sejuta populasi. (6)

FOTO ARTIKEL WEBSITE-4

Di sisi lain, praktik pencemaran makanan pada jajanan anak sekolah kian marak. Walau telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/Men.Kes/Per/V/1985 tentang Zat Warna Tertentu yang dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya (Citrus red No. 2, Chocalate Brow FB, Ponceua 3 R, Ponceua SX, Ponceua 6R, Rhodamin B, Guinea Green B, Magenta, Chrysoidine, Chrysoidin S, Butter Yellow, Black 7984, Burn Uber, Sudan I, Methanil Yellow, Auramine, Alkenat, Oil Oranges SS, Oil Oranges XO, Oil Yellow AB, Oil Yellow OB, Fast Red E, Fast Yellow AB, Indantherene Blue RS, Orange G, Orange GGN, Orange RN, Orchid and Orcein, Scarlet GN, Violet 6 B), namun demikian pemakaian beberapa zat tersebut ditemukan banyak terdapat dalam makanan anak sekolah. (7)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tuslinah dan Aprilia mengenai Analisis Zat Warna Berbahaya pada Jajanan Anak Sekolah pada tahun 2018 mengidentifikasi bahwa dari 31 makanan jajanan anak sekolah (16 kelompok sampel) diperoleh 25 makanan mengandung zat warna berbahaya. Selanjutnya, di antara jajanan tersebut (agar-agar/jelly aneka warna, donat, aromanis berwarna kuning, toping donat warna ungu, keripik umbi warna ungu, misis berwarna merah, selai rasa lemon, ciki warna coklat, bumbu balado, minuman limun aneka warna, kue basah berwarna merah dan coklat, minuman capucino coklat, minuman capucino cincau, coklat bubuk, dan aneka minuman lain), jenis yang paling banyak mengandung zat warna berbahaya dari golongan zat warna tekstil (9 dari 10 sampel) yaitu makanan agar-agar/jelly. Kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung zat warna berbahaya tersebut diduga sebagai salah satu penyebab dari kerusakan permanen fungsi ginjal pada anak. (7)

FOTO ARTIKEL WEBSITE-11

Guna mencegah peningkatan prevalensi gagal ginjal kronik lebih lanjut yang berujung hemodialisa pada anak, diperlukan inovasi strategi untuk pencegahan dari segala aspek. School-Based Food and Nutrition Education (SFNE) Program dapat diadopsi secara bertahap dengan implementasi masif progresif pada jenjang pendidikan dasar anak yang bertujuan memperkenalkan sedari dini pentingnya pengetahuan terkait gizi untuk melatih anak memiliki kebiasaan makan dan pemilihan makanan yang tepat. Dengan kolaborasi dan kerja sama antara guru dan orang tua/wali, penambahan kurikulum gizi di sekolah dasar dimungkinkan terwujud di tengah padatnya mata pelajaran bidang akademis lainnya. SFNE meliputi survei dengan kuesioner untuk mengetahui karakteristik, sikap dan praktik gizi anak. Kemudian, pemaparan materi dan video pembelajaran singkat selama 45 menit mengenai hubungan antara asupan gizi dan penyakit serta ringkasan hasil penilaian pola makan anak (asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, natrium) disajikan oleh guru gizi dan setiap anak membandingkan ringkasan tersebut dengan kebutuhannya. Selanjutnya, serangkaian pekerjaan rumah yang melibatkan anak dan orang tua/wali diberikan dan dibahas pada pertemuan berikutnya. Pekerjaan rumah ini mencakup catatan harian (food diary) untuk meninjau pola makan anak, klasifikasi zat gizi utama, dan kuis terkait pengetahuan gizi. Proses ini juga secara otomatis memicu wawasan orang tua/wali terkait pendidikan gizi di rumah bagi anaknya. Sehingga, dengan terbentuknya sistem holistik pendidikan gizi yang diterapkan baik di rumah maupun di sekolah, dapat tercipta pola konsumsi yang sehat dan aman bagi anak Indonesia agar tercegah dari hemodialisa akibat penyakit gagal ginjal kronik. (8)

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. RI KK. Masalah Gizi, Permasalahan Kita Bersama. 2023.
  2. WHO. Communicable diseases among children [Internet]. 2024. Available from: https://www.who.int/teams/maternal-newborn-child-adolescent-health-and ageing/child-health/communicable-diseases-among-children#:~:text=Globally%2C infectious diseases%2C including pneumonia,can save many young lives.
  3. WHO. Prevention of noncommunicable diseases [Internet]. 2024. Available from: https://www.who.int/teams/maternal-newborn-child-adolescent-health-and ageing/child-health/prevention-of-noncommunicable-diseases#:~:text=Whereas some noncommunicable diseases emerge,%2C obesity%2C injuries and accidents.
  4. Perng, Wei Dabelea ; Rebecca Conway; Elizabeth Mayer-Davis; Dana. Youth-Onset Type 2 Diabetes: The Epidemiology of an Awakening Epidemic. Diabetes Care. 2023;3:490–9.
  5. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Prevalensi Diabetes Mellitus Anak di Jakarta, Membangun Kesadaran Dini untuk Masa Depan yang Lebih Sehat [Internet]. 2024. Available from: https://dinkes.jakarta.go.id/berita/read/prevalensi-diabetes-melitus-anak-di jakarta-membangun-kesadaran-dini-untuk-masa-depan-yang-lebih-sehat#:~:text=Kasus diabetes melitus tipe satu,2 per 100 ribu jiwa.
  6. Kementerian Kesehatan. Kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak Meningkat, Orang Tua Diminta Waspada [Internet]. 2022. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis media/20221017/3141288/kasus-gagal-ginjal-akut-pada-anak-meningkat-orang-tua diminta-waspada/
  7. Tuslinah L. Analisis Zat Warna Berbahaya Pada Jajanan Anak Sekolah Yang Beredar Di Tasikmalaya. J Kesehat Bakti Tunas Husada J Ilmu-ilmu Keperawatan, Anal Kesehat dan Farm. 2018;17(2):430.
  8. Asakura K, Mori S, Sasaki S, Nishiwaki Y. A school-based nutrition education program involving children and their guardians in Japan: facilitation of guardian-child communication and reduction of nutrition knowledge disparity. Nutr J [Internet]. 2021;20(1):1–13. Available from: https://doi.org/10.1186/s12937-021-00751-z

Memilih jalur pendidikan yang tepat adalah langkah awal dalam meraih karir yang diimpikan. Buat kalian yang tertarik pada dunia kesehatan dan pangan, jurusan ilmu gizi menjadi salah satu pilihan yang sangat relevan dan menjanjikan. Apa saja ya yang dipelajari dalam perkuliahan gizi? Yuk simak penjelasannya.

Apa itu Jurusan Ilmu Gizi?

FOTO ARTIKEL WEBSITE-9

Jurusan ilmu gizi adalah ilmu interdisipliner yang mempelajari tentang pangan, zat gizi, dan komponen pangan lain dalam kaitannya dengan kesehatan. Mahasiswa yang menempuh pendidikan di jurusan ini akan dibekali dengan pengetahuan tentang bagaimana makanan mempengaruhi tubuh, bagaimana zat gizi dapat dioptimalkan untuk menjaga kesehatan, serta bagaimana menyusun program gizi yang efektif untuk individu maupun masyarakat.

Apa yang dipelajari di Jurusan Ilmu Gizi?

Pada awal perkuliahan, kalian akan belajar segala yang dasar-dasar. Mulai dari ilmu gizi dasar, kimia dasar, juga belajar cara menghitung kalori, dan bagaimana makanan diproses oleh tubuh. Mata kuliah yang akan dipelajari berbeda-beda tiap kampusnya. Intinya di jurusan ilmu gizi mencakup berbagai mata kuliah yang dirancang untuk membentuk pemahaman komprehensif tentang gizi dan kesehatan. Berikut ini beberapa mata kuliah yang akan kalian temui:

  1. Ilmu Bahan Pangan
    Mahasiswa akan mempelajari aneka jenis bahan pangan, komposisi kimia makanan, teknologi pengolahan pangan, serta aspek keamanan dan kualitas pangan.
  2. Biokimia Gizi
    Pada mata kuliah biokimia gizi mahasiswa akan mempelajari reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh yang berkaitan dengan metabolisme gizi. Ketika ada asupan gizi tertentu yang masuk melalui makanan.
  3. Anatomi dan Fisiologi Manusia
    Memahami struktur dan fungsi tubuh manusia adalah dasar yang penting untuk mengetahui bagaimana gizi dapat mempengaruhi kesehatan.
  4. Penilaian Status Gizi
    Teknik dan metode untuk menilai status gizi individu dan populasi, termasuk penggunaan berbagai alat pengukuran antropometri, seperti timbangan berat badan, microtoise untuk mengukur tinggi badan, pita LILA untuk mengukur lingkar lengan atas, serta indikatornya.
  5. Gizi Masyarakat
    Mempelajari strategi dan program intervensi gizi pada tingkat komunitas untuk meningkatkan status gizi masyarakat luas.
  6. Gizi Klinik
    Fokus pada penerapan ilmu gizi dalam pengelolaan pasien dengan berbagai kondisi medis, seperti diabetes, obesitas, malnutrisi, dan penyakit lainnya.

Kampus dengan Jurusan Ilmu Gizi

Berikut ini adalah list kampus terbaik untuk Jurusan Ilmu Gizi di Indonesia:

  1. Universitas Gajah Mada (UGM), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
  2. Universitas Indonesia (UI), Fakultas Kesehatan Masyarakat
  3. Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Ekologi Manusia
  4. Universitas Airlangga (UNAIR), Fakultas Kesehatan Masyarakat
  5. Universitas Brawijaya (UB), Fakultas Ilmu Kesehatan
  6. Universitas Hasanuddin (UNHAS), Fakultas Kesehatan Masyarakat
  7. Universitas Diponegoro (UNDIP), Fakultas Kedokteran
  8. Universitas Jendral Soedirman (UNSOED), Fakultas Ilmu Kesehatan 9. Poltekkes Kemenkes Bandung, Program Studi Gizi dan Dietetika

Pertanyaannya, kenapa ya ilmu gizi bisa masuk ke fakultas yang berbeda-beda? Jawabannya, ya, karena ilmu gizi itu spektrumnya luas. Bisa dipakai dimana-mana. Makanya, sejak awal kalian tidak boleh salah pilih. Harus teliti mencari tahu jurusan ilmu gizi yang kalian mau ada di fakultas apa. Agar begitu masuk, yang kamu pelajari sesuai dengan ekspektasi ya.

Prospek Kerja Jurusan Ilmu Gizi

FOTO ARTIKEL WEBSITE-8

Pasca menyelesaikan perkuliahan di jurusan ilmu gizi banyak sekali prospek kerja menjanjikan yang bisa kalian ambil. Mulai dari bekerja di rumah sakit (instalasi gizi), konsultan gizi, BPOM, dosen, puskesmas, dan Kementerian Kesehatan. Selain itu, lulusan gizi juga dapat berkarir di perusahaan yang bergerak di industri pangan, seperti perusahaan Indofood, atau katering makanan diet seperti Dietplus. Semakin berkembangnya zaman, banyak juga lulusan gizi yang menjadi konten kreator di sosial media. Nah, sebetulnya cukup luas ya prospek kerja jurusan ilmu gizi. Semoga setelah membaca artikel ini, kalian semakin tahu ya tentang jurusan ilmu gizi dan kalian yang masih ragu-ragu, jadi bisa memutuskan pilihan kalian. Jangan lupa untuk persiapkan diri kalian agar bisa masuk kampus impian, semangat ya!

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. Gramedia. Jurusan Ilmu Gizi. 2024 [cited 2024 Aug 19]. Available from: https://www.gramedia.com/pendidikan/jurusan-ilmu-gizi/
  2. Poltekkes Kemenkes Bandung. Kurikulum Jurusan Sarjana Terapan Gizi [Internet]. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung. 2024 [cited 2024 Aug 19]. Available from: https://poltekkesbandung.ac.id/department-detail/sarjana-terapan-gizi

Kalian tau tidak? Anemia defisiensi besi merupakan kondisi kekurangan gizi yang paling sering terjadi. Nah, terdapat 3 strategi yang bisa dilakukan untuk mencegahnya, yaitu dengan meningkatkan asupan makanan sumber zat besi, bantu penyerapannya, dan menghindari zat gizi yang menghambat penyerapannya.(2) Yuk kita bahas lebih lengkapnya!

1. Tablet Tambah Darah Sepenting Itukah?

FOTO ARTIKEL WEBSITE-6

Tablet Tambah Darah (TTD) merupakan suplemen zat gizi yang mengandung 60 mg besi elemental dan 0,25 asam folat (sesuai rekomendasi WHO). TTD bila diminum secara teratur dan sesuai aturan dapat mencegah dan menanggulangi anemia gizi. Dosis pemberian TTD pada remaja putri dianjurkan mengkonsumsi secara rutin 1 tablet setiap minggu dan 1 tablet setiap hari selama masa menstruasi. Suplemen tablet tambah darah diberikan untuk menghindari remaja putri dari risiko anamia besi. Konsumsi TTD sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan remaja putri. Kesadaran merupakan faktor pendukung remaja putri untuk mengkonsumsi secara baik.(2) Selain itu, fungsi tablet tambah darah untuk remaja putri juga bisa jadi investasi kesehatan yang dipanen dalam jangka panjang. Remaja putri yang rutin minum tablet tambah darah dan bebas anemia, ketika sudah dewasa dan hamil kelak bisa menjalani kehamilan yang sehat dan minim risiko komplikasi kehamilan. Selain itu, bayi yang dilahirkan kelak bisa tumbuh sehat, lahir dengan berat badan ideal, sampai mencegah bayi yang dilahirkan tumbuh dengan masalah gizi stunting.(1)

2. Manfaat Mengonsumsi Tablet Tambah Darah

  1. Pengganti zat besi yang hilang bersama darah pada wanita dan remaja putri saat haid.
  2. Wanita hamil, menyusui, sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi yang perlu disediakan sedini mungkin semenjak remaja
  3. Mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia
  4. Meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus.
  5. Meningkatkan status gizi dan kesehatan remaja putri.(4)

3. Makanan yang Perlu Dihindari Karena Penghambat Zat Besi

Remaja putri sangat rentan terhadap anemia karena kekurangan mineral yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Kajian terkait konsumsi pangan inhibitor penting dilakukan sebagai gambaran risiko kejadian anemia.(5) Inhibitor itu apa? Inhibitor adalah zat yang bisa menghambat penyerapan zat besi.

Faktor inhibitor penyerapan zat besi yang terdapat dalam makanan tertentu adalah tanin, oksalat, fitat, dan kalsium.(5) Sumber inhibitor diantaranya :

  1. Asam fitat : biji-bijian, kacang-kacangan, polong-polongan, sereal, kedelai
  2. Tanin/polifenol : teh, kopi, kacang-kacangan, kakao, sayuran
  3. Kalsium : susu, kasein, whey, protein kedelai, produk terfortifikasi kalsium
  4. Asam oksalat : bayam, buncis, kacang-kacangan(2)

4. Vitamin C untuk Bantu Penyerapan Zat Besi

FOTO ARTIKEL WEBSITE-7

Vitamin C merupakan vitamin larut air dan berfungsi untuk menjaga daya tahan tubuh. Selain itu, vitamin C juga berperan dalam membantu penyerapan zat besi. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa vitamin C yang diberikan bersamaan zat besi akan berdampak berupa peningkatan absorpsi zat besi. Vitamin C dapat menaikkan kemampuan untuk mengabsorpsi zat besi dengan cara mengubah zat besi yang masih dalam bentuk ferri menjadi bentuk ferro sehingga lebih mudah untuk diserap tubuh dan melawan efek fitat dan tanin yang dapat menghambat penyerapan zat besi.(3)

Inilah alasannya sobat Ilmugiziku mengapa kopi, teh dan susu tidak boleh diminum bersamaan saat mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) karena dapat menghambat proses penyerapan zat besi yang terkandung didalamnya. Nah, jangan lupa ya saat konsumsi Tablet Tambah Darah dibarengi dengan Vitamin C salah satunya minum es jeruk atau kalau tidak ada lebih baik air putih. Maka dari itu, yuk kita sama-sama bantu untuk mengurangi risiko terkena Anemia dengan mengoptimalkan konsumsi sumber makanan yang mengandung zat besi terutama yang bersumber dari protein hewani ya!

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. Admin. Manfaat Tablet Tambah Darah Bagi Remaja Putri. diskes.badungkab.go.id. 2023. [cited 2024 Agustus 21]. Available from: https://diskes.bandungkab.go.id/artikel/52764-seberapa- pentingkah-tablet-tambah-darah-bagi-remaja-putri
  2. Helmyati. Cegah Anemia dengan Konsumsi Makanan yang Tepat. pkgm.fk.ugm.ac.id. 2023. [cited 2024 Agustus 21]. Available from: https://pkgm.fk.ugm.ac.id/2023/12/15/cegah-anemia- dengan-konsumsi-makanan-yang-tepat/
  3. Krisnanda, R., (2020), Vitamin C Membantu Dalam Absorpsi Zat Besi Pada Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(3), 279-283.
  4. Mardiyah, T. N., (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) Pada Remaja Putri Di MTs Negeri 2 Kota Tasikmalaya, Universitas Siliwangi.
  5. Putriwati, A. K., (2024). Hubungan Asupan Gizi dan Konsumsi Pangan Inhibitor Zat Besi dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 6 Tambun Selatan, 7(2), 137-147.

Kemasan produk yang menarik seringkali membuat konsumen tergiur untuk membeli. Namun, di balik kemasan yang menarik, terdapat informasi penting mengenai kandungan zat gizi yang perlu diperhatikan. Dengan memahami informasi zat gizi yang tertera pada label, konsumen dapat membuat pilihan yang lebih sehat dan bijaksana.

Kepedulian terhadap Label Gizi Masih Tergolong Rendah

FOTO ARTIKEL WEBSITE-5

Label informasi nilai gizi adalah label kemasan yang memuat daftar kandungan gizi makanan dan komponen lainnya seperti takaran saji, jumlah takaran saji, dan persen angka kecukupan gizi. Data Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) tahun 2013 menunjukkan bahwa hanya 7,9% konsumen yang memperhatikan dan membaca label informasi nilai gizi. Kurangnya pengetahuan tentang label informasi nilai gizi dapat mempengaruhi pola konsumsi, menyebabkan kegemukan, dan obesitas (1). Rendahnya perhatian konsumen terhadap label gizi disebabkan oleh adanya hambatan seperti konsumen tidak mengetahui cara membaca label gizi, kesulitan memahami terminologi yang digunakan, dan kemasan produk yang terdengar asing bagi konsumen sehingga tidak adanya kewajiban untuk mengetahui informasi gizi (8).

Mengapa Membaca Label Gizi itu Penting?

Di zaman dimana pilihan makanan sangat beragam, membaca label gizi telah menjadi keterampilan yang sangat berguna. Konsumsi makanan olahan dan kemasan yang mengandung gula, garam, dan berlemak berlebih dapat menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit degeneratif. Informasi label gizi merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menentukan pilihan yang lebih sehat saat membeli produk makanan dan minuman terutama produk yang mengandung gula, garam serta natrium. Kurangnya perhatian dalam membaca label informasi nilai gizi secara tidak langsung akan berpengaruh, dengan membaca label dapat membantu seseorang dalam memilih pangan yang aman dan sesuai dengan kebutuhannya (3). Label gizi memberikan informasi penting tentang kandungan gizi dalam suatu produk, seperti:

  1. Kalori: Jumlah energi yang diperoleh dari mengonsumsi produk tersebut.
  2. Lemak: Jenis lemak (jenuh, tak jenuh, trans) dan kuantitas.
  3. Kolesterol: Kandungan Kolesterol dalam produk.
  4. Natrium: Jumlah garam dalam produk.
  5. Karbohidrat: Jumlah karbohidrat total, serat, dan gula tambahan.
  6. Protein: Jumlah protein dalam produk.
  7. Vitamin dan Mineral: Kandungan vitamin dan mineral penting.

Yuk, Cermati lagi Sepuluh Pedoman Gizi Seimbang

Ingat 10 pedoman gizi seimbang?. Salah satunya adalah membiasakan membaca label kemasan makanan. Berikut adalah 10 pedoman gizi seimbang yang perlu diingat (4):

  1. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok
  2. Batasi konsumsi pangan yang manis, asin, dan berlemak
  3. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan ideal
  4. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
  5. Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
  6. Biasakan sarapan pagi
  7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
  8. Banyak makan buah dan sayur
  9. Biasakan membaca label pada kemasan pangan
  10. Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan

Maraknya Kasus Diabetes dan Hipertensi

FOTO ARTIKEL WEBSITE-4

Penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi, sedang menjadi masalah di Indonesia. Mengonsumsi makanan yang tidak sehat merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit tidak menular. Informasi tentang nilai gizi suatu makanan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kebiasaan makan yang sehat (7). Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi penyakit tidak menular adalah dengan membiasakan diri untuk mengonsumsi makanan sesuai takaran yang telah dianjurkan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak berlebihan sebagai salah satu langkah mencegah penyakit tidak menular (7). Di dalam Permenkes No. 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula adalah 10% dari total energi (200 kkal) atau setara dengan 4 sendok makan gula (50 gram per orang per hari), anjuran konsumsi garam adalah 1 sendok teh atau sebanyak 2000 mg/orang/hari, dan anjuran konsumsi lemak adalah 20-25% dari total energi (702 kkal) atau setara 5 sendok makan per orang per hari atau setara 67 gram per orang per hari (6). Data Kemenkes menunjukkan bahwa 28,7% masyarakat Indonesia mengonsumsi Gula Garam Lemak (GGL) melebih batas yang dianjurkan. Sementara sebanyak 61,27% penduduk usia 3 tahun ke atas di Indonesia mengonsumsi minuman manis lebih dari 1 kali per hari, dan 30,22% orang mengonsumsi minuman manis sebanyak 1-6 kali per minggu. Sementara hanya 8,51% orang mengonsumsi minuman manis kurang dari 3 kali per bulan (Riskesdas, 2018) (2). Konsumsi minuman manis juga bersifat linier, dengan data yang menunjukkan bahwa prevalensi minuman manis di kalangan remaja yang kelebihan berat badan dan obesitas telah meningkat dua kali lipat selama dekade terakhir (Kemenkes, 2022) (7).

Memilih Makanan Kemasan yang Sehat untuk Anak

Memilih makanan kemasan yang sehat untuk anak-anak memang perlu ketelitian. Berikut beberapa tips yang bisa Anda ikuti:

  1. Perhatikan Ukuran Sajian: Pastikan Anda memahami berapa banyak makanan yang dianggap sebagai satu porsi.
  2. Cek Kandungan Gula: Batasi makanan dengan kandungan gula tambahan yang tinggi. Carilah makanan dengan label “tanpa gula tambahan” atau “gula alami”.
  3. Cari Serat: Pilih makanan yang kaya serat untuk membantu pencernaan anak.
  4. Batasi Natrium: Natrium yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Pilih makanan dengan kandungan natrium yang rendah.
  5. Periksa Lemak: Batasi makanan dengan lemak jenuh dan lemak trans yang tinggi.
  6. Cari Sumber Protein: Protein penting untuk pertumbuhan anak. Pilih makanan dengan sumber protein yang baik seperti daging tanpa lemak, telur, atau kacang-kacangan.
  7. Perhatikan Bahan Tambahan: Hindari makanan yang mengandung bahan tambahan seperti pengawet, pewarna buatan, dan perasa buatan.

Bagaimana Cara Membaca Informasi Nilai Gizi?

Membaca informasi nilai gizi mungkin terlihat rumit, namun dengan pemahaman yang tepat, Anda bisa menjadi konsumen yang cerdas. Label gizi memberikan informasi penting tentang kandungan gizi dalam suatu produk, sehingga Anda dapat membuat pilihan yang lebih sehat (5).

  1. Umumnya informasi nilai gizi suatu produk berdasarkan pada satu kali penyajian. Jika mengonsumsi produk tersebut lebih dari 1 kali penyajian, maka kontribusi jumlah asupan kalori dan semua kandungan gizi yang ada dalam produk tersebut akan lebih tinggi.
  2. Kandungan lemak dalam satu kali penyajian
  3. %AKG (Angka Kecukupan Gizi) memberikan informasi kontribusi produk tersebut terhadap kebutuhan sehari. Misalkan %AKG menunjukkan nilai 20%, maka kebutuhan Gizi tersebut sudah terpenuhi 20% bila dikonsumsi sesuai takaran saji.
  4. Isi gula dalam satu kali penyajian
  5. Kandungan natrium dalam satu kali penyajian

Yuk, jadi konsumen yang lebih cerdas dan membuat pilihan makanan yang lebih sehat untuk diri sendiri dan keluarga dengan memahami label gizi.

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. Dewi, N. T., et al. (2023). Edukasi Label Informasi Nilai Gizi sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Kemampuan Membaca Label Gizi Siswa di SMAN 5 Mataram. Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat, 4(1), 246-252. 10.35311/jmpm.v4i1.225
  2. Kemenkes RI. Konsumsi Gula Berlebih, Waspadai RIsikonya. Sehat Negeriku. 2022 [cited 2024 Agustus 15]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20220927/2841159/konsumsi-gula-ber lebih-waspadai-risikonya/
  3. Lestari. W. A., & Iswahyudi. (2024). Upaya Pencegahan Obesitas Remaja Melalui Pendampingan dan Edukasi Label Gizi Serta Penerapan Kunci Jajan Sehat Bergizi. Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, 8(1), 177-184. http://dx.doi.org/10.30595/jppm.v8i1.14483
  4. P2PTM Kemenkes RI. Apa Saja Sepuluh Pedoman Gizi Seimbang?. 2019 [cited 2024 Agustus 15]. Available from: https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/apa-saja-sepuluh-pedoman-gizi-se imbang
  5. P2PTM Kemenkes RI. Bagaimana Cara Membaca Informasi Nilai Gizi?. 2021 [cited 2024 Agustus 15]. Available from: https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-pembuluh darah/bagaimana-cara-membaca-informasi-nilai-gizi
  6. P2PTM Kemenkes RI. Berapa Anjuran Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak per Harinya?. 2018 [cited 2024 Agustus 15]. Available from: https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-pembuluh darah/page/31/berapa-anjuran-konsumsi-gula-garam-dan-lemak-per-harinya
  7. Ratu, C. A., et al. (2022). Kemampuan Membaca Label Gizi dengan Konsumsi Makanan dan Minuman Kemasan Tinggi Gula. Research Gate. Universitas Indonesia.
  8. Sukmawati, I. A., & Sartika, A. N. (2022). Hubungan Paparan Media Informasi dengan Kebiasaan Membaca Label Gizi Produk di SMA Widya Nusantara Kota Bekasi. Jurnal Ilmu Gizi Indonesia, 3(2), 16-19.

Kita seringkali beranggapan bahwa dengan membaca label gizi, kita telah membuat pilihan makanan yang sehat. Namun, tahukah Anda bahwa banyak produsen makanan yang menggunakan trik-trik tertentu untuk membuat produk mereka terlihat lebih sehat daripada sebenarnya? Mari kita bongkar bersama berbagai klaim menyesatkan pada label gizi yang perlu diwaspadai.

Klaim “Tanpa Gula Tambahan” yang Menipu

FOTO ARTIKEL WEBSITE-3

Pernahkah melihat produk dengan klaim “tanpa gula tambahan”. Kedengarannya sangat sehat, bukan? Namun, perlu diingat bahwa banyak buah-buahan dan sayuran mengandung gula alami. Jadi, meskipun tidak ada gula tambahan, produk tersebut tetap bisa mengandung gula tetapi dengan indeks glikemik yang rendah. Yang perlu diperhatikan adalah kandungan gula tambahan di dalam makanan, apalagi kandungan gula yang tersembunyi. Terkadang ada beberapa gula tambahan lainnya selain gula pasir yang ditambahkan sebagai pemanis. Namun, kita sering tak menyadarinya, karena biasanya menggunakan istilah yang kurang familiar untuk orang awam.(1)
Berikut beberapa petunjuk untuk mengenali kandungan gula tambahan yang tersembunyi pada makanan: (1)

  1. Terdapat kandungan sirup, seperti sirup jagung, sirup maple
  2. Terdapat nama bahan berakhiran “osa”, seperti fruktosa, sukrosa, maltosa, dan dekstrosa
  3. Ada kata gula pada bahan, seperti gula aren, gula tebu, gula merah, dsb
  4. Contoh lainnya, termasuk nektar buah, konsentrat jus, madu

“Rendah Lemak” Tapi Tinggi Garam dan Gula

Produk dengan label “rendah lemak” memang terdengar menarik, tetapi jangan terburu-buru mengambilnya. Label “rendah lemak” juga disiasati oleh produsen makanan. Salah satu triknya adalah menyertakan porsi sekali makan yang sangat kecil dengan kandungan lemak yang lebih rendah. Kalau kita makan lebih dari porsi yang disarankan maka lemak yang dikonsumsi jadi bertambah. Para produsen juga sering menambahkan gula atau garam dalam jumlah tinggi dengan alasan untuk menghadirkan rasa enak pada produk tersebut. (2)

“Alami” dan “Organik” Tidak Selalu Sehat

Klaim “alami” dan “organik” memang membuat kita merasa lebih aman mengonsumsi produk tersebut. Istilah “alami” awalnya digunakan oleh FDA (Food Drug Association) untuk menggambarkan makanan yang benar-benar berasal dari bahan alami tanpa tambahan kimia atau proses kimiawi. Namun, dengan berjalannya waktu, produsen sering menggunakan istilah ini untuk menarik konsumen, sehingga maknanya menjadi kabur. Konsumen sering mudah percaya dengan label “100% alami” tanpa memahami arti sebenarnya. Karena itu, penting untuk mempertanyakan apa yang dimaksud dengan ‘alami’ pada label tersebut, apakah itu terkait kandungan, proses pengolahan, atau aspek lainnya. (3)

Angka Ajaib yang Menyesatkan

FOTO ARTIKEL WEBSITE

Perhatikan angka-angka pada label gizi seperti kalori, lemak, karbohidrat, dan protein. Angka-angka ini memang memberikan informasi penting, tetapi perlu membandingkannya dengan ukuran porsi yang tertera. Jangan tertipu dengan angka yang terlihat kecil jika ukuran porsinya sangat kecil. Keterangan pada label gizi sangat bermanfaat bagi mereka yang membatasi asupan kalori atau memiliki kondisi medis tertentu. Namun, karena banyaknya informasi yang tertera, tak jarang orang kesulitan membacanya. Cara mudah membaca informasi nilai gizi : (4)

  1. Jumlah Sajian per Kemasan Jumlah sajian per kemasan menunjukkan berapa banyak takaran saji yang terdapat dalam satu kemasan makanan. Misalnya, jika suatu produk keripik kentang mencantumkan “4 sajian per kemasan,” ini berarti satu kemasan bisa dibagi menjadi 4 sajian. Informasi nilai gizi yang tertera hanya berlaku untuk satu sajian, bukan seluruh kemasan. Jadi, jika Anda mengonsumsi seluruh kemasan, Anda akan mendapatkan 4 kali lipat nilai gizi yang tertera.
  2. Kalori Total Persajian Kalori total pada informasi nilai gizi menunjukkan jumlah energi yang Anda peroleh dari setiap sajian makanan atau minuman. Semakin banyak sajian yang dikonsumsi, semakin besar asupan kalori yang didapat. Penulisan kalori biasanya disertai dengan keterangan “kalori dari lemak,” yang dihitung secara terpisah. Misalnya, sebungkus makaroni mencantumkan “kalori total per sajian” sebesar 250 kkal dan “kalori dari lemak” sebesar 110 kkal. Jika Anda mengonsumsi satu sajian, Anda mendapatkan total 250 kkal energi, termasuk 110 kkal dari lemak. Jika Anda menghabiskan satu bungkus makaroni yang terdiri dari 3 sajian, jumlah total kalori yang Anda peroleh perlu dikalikan tiga.
  3. Angka Kecukupan Gizi Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada informasi nilai gizi menunjukkan kebutuhan energi harian rata-rata, yaitu 2000 kkal. AKG menggambarkan jumlah zat gizi dalam satuan berat seperti milligram (mg) atau gram (gr), serta dalam bentuk persentase (%) AKG. Setiap zat gizi memiliki rekomendasi asupan harian tertentu, dan persentase AKG menunjukkan perbandingan antara zat gizi dalam suatu produk dengan total kebutuhan harian Anda. Misalnya, jika satu kotak jus jeruk mengandung vitamin C setara dengan 50% AKG per sajian, berarti dengan mengonsumsi satu kotak tersebut, Anda telah memenuhi 50% kebutuhan harian vitamin C Anda.

Klaim Kesehatan yang Tidak Berdasar

Klaim kesehatan pada label makanan sering kali bisa menyesatkan jika tidak didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat. Berikut adalah beberapa contoh klaim kesehatan yang sering ditemukan pada label makanan dan mengapa mereka mungkin tidak berdasar :

  1. Menurunkan Risiko Penyakit Klaim bahwa suatu produk dapat menurunkan risiko penyakit tertentu seringkali tidak disertai dengan data penelitian yang valid dan peer-reviewed. Misalnya, klaim bahwa suatu makanan dapat mengurangi risiko kanker tanpa data klinis yang mendukungnya.
  2. Bebas Gluten Banyak produk yang mengklaim “bebas gluten” untuk menarik konsumen yang sensitif terhadap gluten. Namun, klaim ini tidak selalu berarti bahwa produk tersebut lebih sehat, terutama jika produk tersebut mengandung bahan tambahan atau tinggi gula.
  3. Anti-Penuaan Beberapa makanan atau minuman mengklaim memiliki efek anti-penuaan berkat kandungan antioksidan atau vitamin tertentu. Klaim ini seringkali tidak memiliki bukti klinis yang solid dan dapat lebih merupakan taktik pemasaran.

Tips Membaca Label Gizi dengan Cerdas

Membaca label gizi membantu konsumen memilih pangan yang aman dan sesuai kebutuhan. Label memungkinkan konsumen untuk memilih makanan yang seimbang, mempertahankan berat badan sehat, dan mengatur asupan lemak, kolesterol, gula, garam, serta meningkatkan konsumsi sayuran, buah, dan biji-bijian. (5)

  1. Perhatikan ukuran porsi: Bandingkan ukuran porsi pada label dengan jumlah yang biasanya Anda konsumsi.
  2. Baca daftar bahan: Semakin sedikit bahan tambahan dan pengawet yang tercantum, semakin baik.
  3. Perhatikan kandungan gula, lemak, dan sodium: Batasi konsumsi gula, lemak jenuh, dan sodium.
  4. Jangan terpaku pada satu klaim: Pertimbangkan keseluruhan informasi pada label.
  5. Bandingkan beberapa produk: Pilih produk dengan kandungan gizii yang paling baik.

Membaca label gizi adalah langkah penting untuk membuat pilihan makanan yang sehat. Namun, kita perlu waspada terhadap berbagai trik yang digunakan produsen untuk membuat produk mereka terlihat lebih menarik. Dengan pengetahuan yang cukup, kita dapat menjadi konsumen yang cerdas dan tidak mudah tertipu oleh klaim-klaim menyesatkan.

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. Gager, Erin. Finding the Hidden Sugar in the Foods You Eat. [Internet]. Hopkins Medicine. [cited 2024 Agustus 17]. Avaiable from: https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/finding-the-hidden-sugar-in-the -foods-you-eat
  2. GGL. Produk Berlabel Low Fat. Sehatkah Buat Diet?. [Internet]. [cited 2024 Agustus 18]. Available from : https://blog.ggl.life/produk-berlabel-low-fat/
  3. Mayasari, Kartika. Fakta di Balik Label Alami pada Makanan Kemasan. [Internet]. KlikDokter. 2018. [cited 2024 Agustus 18]. Available from : https://www.klikdokter.com/info-sehat/kesehatan-umum/fakta-di-balik-label-alami-pada-makanan kemasan?srsltid=AfmBOopgdEQ_ezNbwsicnAnZvBFquFf_HtB7VigTSowWWSapjMHZdRSJ
  4. Lestari, Diah Ayu. Cara Membaca Informasi Nilai Gizi pada Label Kemasan. [Internet]. Hello Sehat. 2023. [cited 2024 Agustus 18]. Avaiable from : https://hellosehat.com/nutrisi/tips-makan-sehat/cara-membaca-label-informasi-nilai-gizi-pada-ke masan-makanan/
  5. Sarjinem. Perhatikan Label Kemasan Makanan. [Internet]. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. [cited 2024 Agustus 18]. Available from : https://sardjito.co.id/2022/05/27/membiasakan-membaca-label-pada-makanan-kemasan/