20 Des Penyakit Tidak Menular Meningkat di Indonesia: Apa Saja Upaya Penanganan Gizinya?
Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadikan negara Indonesia mengalami transisi epidemiologi dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular sudah menjadi penyebab kematian lebih dari 7,03 juta orang setiap tahunnya, atau setara dengan 87,1% dari total kematian di Indonesia. (1) Bukankah ini angka yang sangat fantastis sobat ilmugiziku? mengingat setiap tahun menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia. Berbagai upaya penanganan gizi dilakukan untuk meningkatkan angka harapan hidup, mengontrol gejala penyakit dan menurunkan risiko terjadinya komplikasi. Lalu bagaimana penjelasan detailnya? Yuk, disimak melalui penjelasan berikut ini!
Sebelum sobat ilmugiziku belajar mengenai strategi penanganan gizi penyakit tidak menular. Alangkah baiknya mengetahui terlebih dahulu 3 penyakit tidak menular yang banyak diderita masyarakat Indonesia. Berikut penjelasannya!
1. Stroke
Sobat ilmugiziku, tahukah kalian jika stroke menempati urutan pertama penyakit tidak menular yang paling banyak diderita di Indonesia. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 prevalensi masyarakat Indonesia yang mengalami stroke sebesar 8,3%. (2) Bahkan meningkat sangat pesat pada usia lansia yaitu sebesar 35,4% (65-74 tahun), dan 41,3% (75+ tahun). Jika mengacu pada data BPS, tahun 2023 penduduk Indonesia yang masuk dalam kategori lansia sebanyak 32,7 juta, itu berarti lebih dari 11,5 juta lansia mengalami stroke. (3) Stroke diketahui menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di seluruh dunia dan menjadi penyebab ketiga kecacatan pada lansia.
2. Hipertensi
Seseorang dikatakan hipertensi jika mempunyai tekanan darah diastolik sebesar ≥90 mmHg atau tekanan darah sistolik ≥140 mmHg. (4) Hipertensi menempati urutan kedua penyakit tidak menular yang paling banyak diderita di Indonesia. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 prevalensi hipertensi sebesar 8%. Lagi-lagi meningkat pada usia lansia 23,8% (65-74 tahun), dan 26,1% (75+ tahun). (2) Itu artinya, lebih dari seperempat lansia di Indonesia menderita hipertensi.

3. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi yaitu sebesar ≥200 mg/dL pada pemeriksaan gula darah sewaktu. Penyakit ini menempati urutan ketiga penyakit tidak menular yang paling banyak diderita di Indonesia. Data terakhir menyatakan bahwa prevalensi diabetes mellitus sebesar 1,7%. (2) Meningkat 1% jika dibandingkan data pada Riskesdas tahun 2018. (5) Tren makanan dan minuman manis yang terus menerus menyasar berbagai kalangan, menyebabkan peningkatan risiko diabetes mellitus yang lebih tinggi.
Sebenarnya masih ada beberapa penyakit tidak menular yang prevalensinya
cukup tinggi di Indonesia. Penyakit tidak menular tersebut yaitu kanker (1,2%),
jantung (0,85%), dan Ginjal Kronis (0,18%). (2) Namun persentasenya tidak
setinggi penyakit stroke, hipertensi, dan diabetes mellitus.
Lantas Bagaimana Kiat dalam Penanganan Gizi Penyakit Tidak Menular?
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengetahui jenis penyakit tidak menular yang diderita. Ini penting untuk melakukan upaya lebih dalam penanganan gizinya. Misalnya saja penyakit tidak menular gagal ginjal kronis, pada penyakit ini bukan hanya mengurangi konsumsi natrium namun juga harus memperhatikan asupan cairan. Sebab konsumsi cairan yang berlebih pada gagal ginjal kronis akan menyebabkan edema (pembengkakan). Untuk lebih jelasnya, simak upaya penanganan gizi penyakit tidak menular berikut ini!
1. Konsumsi Makanan dengan Gizi Seimbang
Gizi seimbang didefinisikan sebagai susunan pangan sehari-hari dengan jumlah dan jenis yang sesuai dengan kebutuhan. Konsumsi gizi seimbang bukan hanya ditujukan untuk orang-orang sehat namun juga untuk berbagai penyakit tidak menular. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dapat meningkatkan angka harapan hidup, penelitian yang dilakukan Fadnes (2023) memperoleh hasil masyarakat yang mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang harapan hidupnya meningkat hingga 10 tahun. (6)
2. Batasi Konsumsi GGL (Garam, Gula, dan Lemak)
Pemerintah sebenarnya sudah mengatur batas aman konsumsi gula, garam, dan lemak di Indonesia. Upaya ini terdapat pada peraturan pemerintah No. 28 tahun 2024. Berdasarkan peraturan tersebut, konsumsi gula yang dianjurkan yaitu 50 gram (4 sdm), garam 2.000 mg (1 sdt), dan lemak 67 gram (5 sdm minyak goreng) per hari.(7) Pada penderita penyakit tidak menular, konsumsi GGL harus lebih rendah dibandingkan dengan batas maksimal yang ditetapkan pemerintah. Pada penyakit tidak menular konsumsi GGL yang tidak dibatasi akan memperparah penyakit. Contohnya saja penyakit diabetes, penyakit ini jika mengkonsumsi gula secara berlebihan akan berdampak pada kerusakan saraf, ginjal, bahkan pembuluh darah. Oleh karena itu, upaya penanganan gizi penyakit tidak menular yang tidak boleh di anggap remeh adalah pembatasan GGL.
3. Hindari Konsumsi Ultra Processed Food
Ultra processed food adalah berbagai jenis makanan atau minuman yang diolah industri dengan berbagai tambahan gula, garam, dan lemak dalam jumlah yang tinggi. Makanan atau minuman yang termasuk ultra processed food diantaranya frozen food, mie instan, kue, biskuit, roti, sereal, es krim, minuman soda, ciki-ciki seperti keripik, kentang dan masih banyak yang lainnya. Sobat ilmugiziku, tahu gak kenapa konsumsi ultra processed food harus dihindari dalam penanganan penyakit tidak menular? ya, ini bukan hanya ultra processed food mengandung tinggi gula, garam, dan lemak. Namun ternyata makanan dan minuman ultra processed food dapat menurunkan penyerapan beberapa vitamin dan mineral seperti vitamin B12, vitamin D, vitamin E, niasin, piridoksin, tembaga, magnesium, mangan, dan seng dalam tubuh. (8) Padahal, beberapa vitamin dan mineral tersebut bermanfaat lho untuk mengurangi keparahan penyakit. Jadi, masih mau konsumsi ultra processed food terus-terusan nih?

4. Beralih Konsumsi Real Food
Real food adalah makanan yang tidak mengandung tambahan zat aditif dan melalui proses pengolahan yang minim. Makanan yang dikonsumsi dengan pengolahan minim memiliki kandungan gizi yang lebih optimal. Misalnya saja pisang, buah ini jika digoreng vitamin C nya 2,79 mg, namun jika tidak di goreng sebesar 2,84 mg. Penggorengan menyebabkan penurunan vitamin C pada pisang dan ini juga akan terjadi pada beberapa makanan lainnya. (9) Sobat ilmugiziku perlu tahu bahwa vitamin C bermanfaat meningkatkan sistem imun tubuh bahkan membantu menurunkan tekanan darah.(10) Dapat disimpulkan bahwa ketika penderita penyakit tidak menular terus menerus mengkonsumsi makanan yang digoreng, ditambahkan zat aditif lainnya maka konsekuensinya adalah tidak memperoleh kandungan gizi secara maksimal. Oleh karena itu, penting untuk segera beralih dari konsumsi makanan olahan ke konsumsi real food. Selain kandungan gizinya optimal, juga ekonomis dan praktis.
Selain upaya di bidang gizi, upaya lain juga perlu dilakukan. Seperti meningkatkan aktivitas fisik, mengelola stress, tidur yang cukup, mengontrol berat badan dan cek kesehatan secara rutin. Dengan begitu, masyarakat yang menderita penyakit tidak menular dapat minim mengalami komplikasi dan meningkatkan angka harapan hidupnya.
Editor : Aldera, S.Tr.Gz
Referensi
- Santika, Erlina F. Kematian Akibat Penyakit Tidak Menular Paling Banyak Ditemukan di Indonesia [Internet]. 2020. Databoks. [cited 2024 Dec 24]. Available from: https://databoks.katadata.co.id/layanan-konsumen- kesehatan/statistik/ddc29e2122d0845/kematian-akibat-penyakit-tidak-menular- paling-banyak-ditemukan-di-indonesia.
- Kemenkes BKPK. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Dalam Angka. 2023. Jakarta: 2023.
- Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2023. Jakarta: 2023.
- World Health Organization. Hypertension [Internet]. 2023. [cited 2024 Dec 22]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension.
- Kemenkes RI. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018. 2018. Jakarta: 2018.
- Fadness, et al. Life Expectancy Can Increase by up to 10 Years Following Sustained Shifts towards Healthier Diets in the United Kingdom. Nature Food. 2023:4:961-965.
- Kemenkes. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2024. 2024. Available from: https://indonesia.go.id/kategori/editorial/8489/kebijakan-kesehatan-terbaru-aturan- ketat-gula-garam-lemak-dalam-produk-pangan?lang=1.
- Louzada, et al. Impact of Ultra-Processed Foods on Micronutrient Content in the Brazilian Diet. Revista De Saude Publica. 2015:49(45):1-8.
- Tetelepta, et al. Pengaruh Cara Pengolahan Terhadap Sifat Fisikokimia Pisang Tongka Langit (Musa troglodytarum). Jurnal Teknologi Pertanian. 2015:4(1):14-18.
- Juraschek, et al. Effects of Vitamin C Supplementation on Blood Pressure: a Meta- Analysis of Randomized Controlled Trials. The American Journal of Clinical Nutrition. 2012:95(5):1079-1088.