05 Jan Gula : Adiksi, Depresi, dan Obesitas
Hai, sobat ilmugiziku, tahukah kalian konsumsi gula berhubungan dengan kesehatan fisik dan mental? Konsumsi gula berlebihan memiliki dampak negatif pada mekanisme yang kompleks dalam tubuh meliputi neurologis dan metabolisme. Hal ini menimbulkan berbagai gangguan kesehatan baik secara fisik maupun mental.
Hubungan Gula dengan Efek Adiktif
Gula yang dikonsumsi akan merangsang reseptor opiat di otak dan memicu stimulasi nucleus accumbens. Nucleus accumbens merupakan bagian otak otak yang berhubungan dengan penguatan perilaku dan mengaktifkan sistem dopaminergik. Stimulasi ini melepaskan dopamin dan serotonin yang memengaruhi suasana hati. Mekanisme saraf yang terjadi ini sama dengan kecanduan zat adiktif lainnya yang berhubungan dengan perubahan tingkat toleransi. Reseptor dopamin menjadi kurang sensitif sehingga memerlukan lebih banyak gula dalam menghasilkan jumlah dopamin yang sama, dan memperberat kondisi kecanduan gula. Tanda dan gejala yang muncul seperti peningkatan asupan hingga over consumption, penarikan diri (withdrawal), dan mengidam (cravings) (1,2)
Hubungan Gula dengan Depresi
Berbagai studi menunjukkan pola konsumsi tinggi gula berhubungan dengan risiko depresi yang lebih tinggi. Konsumsi gula berlebihan berhubungan dengan gangguan mental seperti kecemasan dan depresi melalui mekanisme fisiologis dengan meningkatkan reaktivitas sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenokortikal (HPA) yang menyebabkan peningkatan glukokortikoid dan kortisol. Kelainan pada sumbu HPA berpengaruh pada stres dan berbagai gangguan metabolik yang memicu stres oksidatif dan peradangan. Kelainan sumbu HPA dan peradangan menjadi mekanisme penting yang mendasari terjadinya depresi. (3,4) SD, Pola konsumsi tinggi tinggi secara berulang-ulang berpotensi menyebabkan disregulasi respons stres jangka panjang (3). Selain itu, asupan gula dapat mengubah mikrobiota usus yang terlibat dalam aktivitas sistem saraf pusat sehingga berhubungan dengan berbagai gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan respons terhadap stres (4).
Hubungan Gula dengan Obesitas
Reaktivitas sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenokortikal (HPA) yang disebabkan pola konsumsi tinggi gula juga berhubungan dengan berbagai gangguan metabolik seperti diabetes tipe 2 dan obesitas (4). Obesitas terjadi karena konsumsi berlebihan makanan yang memberikan kepuasan seperti makanan dengan kandungan gula tinggi. Gula yang dikonsumsi juga dapat memicu sistem reward signal yang lebih kuat dibandingkan mekanisme kontrol diri sehingga konsumsi gula berlebihan berdampak pada hilangnya kontrol diri yang menyebabkan obesitas. Keinginan untuk makan diatur nukleus arkuatus hipotalamus yang saling berhubungan dengan sistem limbik dan korteks serebral yang mengatur emosi (5).

Pola konsumsi tinggi gula berdampak pada efek adiksi, depresi, hingga obesitas saling berhubungan dan memperparah satu sama lain. Sehingga konsumsi dalam batas wajar sangat penting menjaga regulasi sistem saraf dan hormon yang berhubungan dengan kesehatan fisik dan mental yang baik.
Editor : Aldera, S.Tr.Gz
Referensi
- Malik, V.S., Hu, F.B. The role of sugar-sweetened beverages in the global epidemics of obesity and chronic diseases. Nat Rev Endocrinol, 2022; 18: 205–218
- Fawzi, N., El-Deen, D. S. (2018). Assessment of Sugar Addiction among Non-Diabetic Patients.
- Harrell, C. S. et al. High-fructose diet during periadolescent development increases depressive-like behavior and remodels the hypothalamic transcriptome in male rats. Psychoneuroendocrinology, 2015; 62: 252–264.
- Zhang L, Sun H, Liu Z, Yang J, Liu Y. Association between dietary sugar intake and depression in US adults: a cross-sectional study using data from the National Health and Nutrition Examination Survey 2011-2018. BMC Psychiatry. 2024;24(1):110.
- Jacques, A., et al. The impact of sugar consumption on stress driven, emotional and addictive behaviors. Neuroscience & Biobehavioral Reviews. 2019; 103: 178-199
No Comments