20 Feb Konsumsi Makanan Manis Menyebabkan Karies Gigi Pada Anak, Benarkah?
Larangan untuk tidak mengonsumsi permen atau makanan manis lainnya pada anak sering sekali digaungkan orang tua, dan selalu dikaitkan dengan gigi menjadi berlubang. Namun, apakah larangan untuk mengonsumsi makanan manis ini memang berkaitan dengan kesehatan gigi? Ataukah hanya sekadar mitos belaka yang telah berkembang sejak lama.
Apakah Karies Gigi itu?
Sebelum membahas keterkaitan konsumsi makanan manis dengan karies gigi, perlu diketahui apakah karies gigi itu sendiri. Karies gigi didefinisikan sebagai kerusakan jaringan keras yang terlokalisasi pada area spesifik di permukaan gigi. Kerusakan jaringan ini disebabkan oleh hilangnya struktur jaringan keras gigi (email dan dentin) disebabkan karena deposit asam yang dihasilkan oleh bakteri plak yang terakumulasi di permukaan gigi. (1) Secara sederhananya, karies gigi dikenal dengan istilah gigi berlubang.

Penyebab Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh bakteri dan dimodifikasi diet. Karies disebabkan oleh banyak faktor, penyebab utama terjadinya karies antara lain interaksi dari beberapa faktor antara lain bakteri, karbohidrat yang difermentasi dan gigi yang rentan. (2) Gula dan pati yang berasal dari sisa makanan dalam rongga mulut dimetabolisme oleh bakteri yang terdapat pada plak gigi, kemudian terbentuk asam organik yang dapat menurunkan pH di mulut dan menyebabkan hilangnya beberapa ion mineral pada permukaan gigi, jika kejadian ini terjadi secara berulang maka akan terjadi demineralisasi sehingga terbentuk karies gigi. (2) Beberapa faktor lainnya yang memengaruhi terjadinya karies yaitu: penggunaan flour, kebersihan mulut, saliva, pola makan, keturunan, ras dan jumlah bakteri. (3)
Hubungan Konsumsi Makanan Manis dengan Karies Gigi Pada Anak
Hubungan konsumsi makanan manis dengan karies gigi pada anak dapat kita lihat buktinya dalam beberapa penelitian terkait. Penelitan yang dilakukan oleh Sumini dkk. (2014) menunjukkan dari 33 anak yang diteliti, terdapat 78,8% yang sering mengonsumsi makanan manis dan terdapat 90,9% yang mengalami karies. Dan hal ini menunjukkan adanya hubungan konsumsi makanan manis dengan kejadian karies gigi pada anak. Kebiasaan mengonsumsi makanan manis banyak terjadi pada anak disebabkan anak lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dan terpapar dengan jajanan manis di sekolah. (4)
Gula pada makanan menjadi penyebab utama Streptococcus mutans, bakteri plak tumbuh dan berkembang biak. Bakteri plak ini akan memfermentasikan karbohidrat (sukrosa) yang menghasilkan asam sehingga pH plak akan turun menjadi 4,5-5,0 dalam rentang waktu 1-3 menit dan kembali normal sekitar pH 7,0 dalam 30-60 menit. Jika penurunan plak terjadi secara terus menerus maka akan menyebabkan demineralisasi pada permukaan gigi. Kondisi asam pada gigi ini sangat disukai oleh bakteri Streptococcus mutans dan lactobacillus sp., mikroorganisme penyebab karies gigi untuk berkembang biak. Penelitian terkait lainnya yang dilakukan oleh Feldes CA, et. al. (2021), menunjukkan pengenalan dan konsumsi makanan manis pada 1 tahun pertama kehidupan anak menjadi faktor risiko terjadinya karies gigi primer. Dengan pemberian makanan yang mengandung gula sejak dini dapat membentuk biofilm karogenik, terutama Streptococcus mutans, prediktor penting kejadian karies pada anak. (4,5)

Dampak Karies Gigi Terhadap Status Gizi Anak
Kesehatan gigi secara tidak langsung memiliki hubungan dengan kejadian stunting. Kesehatan gigi dan kebersihan mulut yang tidak dijaga dengan baik dapat menimbulkan beberapa masalah seperti karies yang dapat mengganggu fungsi mengunyah sehingga memengaruhi nafsu makan sang anak. Lebih lanjut, penurunan nafsu makan pada anak dapat mengganggu pertumbuhan dan memengaruhi status gizi pada anak. (6) Anak dengan status gizi kurang cenderung menderita tingkat keparahan karies dengan kategori tinggi. Hal ini karena karies pada gigi menimbulkan rasa sakit pada saat mengunyah makanan. Rasa sakit yang dialami tersebut akan menimbulkan trauma yang berdampak terhadap penurunan nafsu makan dan kemampuan untuk mengonsumsi berbagai jenis makanan yang kaya akan sumber gizi menjadi terbatas. (7)
Pencegahan Karies Gigi Pada Anak
“Posyandu Sahabat Ibu dan Anak” merupakan wujud komitmen dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Dengan layanan yang komprehensif dan kolaborasi antara kader, tenaga kesehatan, dan masyarakat, posyandu siap menjadi sahabat setia dalam mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera.
Tahun-tahun pertama dalam kehidupan menjadi peluang intervensi yang penting dalam pencegahan karies pada anak. Hal ini karena pada tahun-tahun pertama ini akan membentuk pola konsumsi makanan pada anak sepanjang hidupnya. (5) Terdapat 3 fase kehidupan yang menjadi intervensi penting dalam pencegahan karies anak. Dimulai dari sejak kehamilan, ibu dengan kelebihan kenaikan berat badan selama kehamilan dapat menyumbangkan pola makan tinggi gula dan makanan kariogenik (makanan manis mengandung gula dan sukrosa penyebab karies) pada bayi dikandungnya sejak dini. Kemudian pada masa bayi, perkenalan makanan manis pada anak terutama di 1 tahun pertama menjadi faktor risiko terjadinya karies. Dan fase terakhir yaitu kanak-kanak, pembelian gula rumah tangga di usia 3 tahun menjadi cerminan konsumsi gula pada keluarga dan anak-anak cenderung mengikuti pola makan yang serupa dengan keluarganya. Oleh karena itu, 3 fase ini menjadi fase penting dalam pencegahan karies gigi pada anak. (5) Namun, jika anak telah melewati 3 fase yang disebutkan diatas, pencegahan karies gigi pada anak dapat dilakukan melalui pemeriksaan dan merawat gigi secara rutin. Dengan pemantauan pola makan anak oleh orang tua dengan membatasi konsumsi makanan manis dan melakukan kebiasaan berkumur air putih setelah mengkonsumsi makanan manis diikuti dengan perilaku menggosok gigi anak serta pendampingan dalam menggosok giginya. (7) WHO merekomendasikan konsumsi gula tambahan yang ideal tidak boleh lebih dari 5% dari total asupan energi harian. (8)
Berkaitan dengan praktik menggosok gigi yang benar, waktu sikat gigi; pemilihan sikat dan pasta gigi menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan. Mengutip dari Federation Dentaire Internationale (FDI), menggosok gigi yang benar adalah minimal 2 kali sehari yaitu: pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. Sikat gigi yang disarankan adalah yang memiliki bulu sikat nilon lembut dengan ukuran sesuai mulut anak dan gagang sikat yang nyaman dan kuat serta ujung sikat bulat untuk menghindari cedera pada gusi. Selain itu, sikat gigi yang digunakan tidak boleh berbagi dengan anggota keluarga lain. Untuk pemilihan pasta gigi, warna; bau; rasa pasta gigi harus yang dapat meningkatkan minat anak dalam menggosok gigi. Selain itu, kemasan yang menarik dan komposisi yang aman dengan kriteria standar nasional perlu diperhatikan. (9)
Referensi
- Rosa Amalia, dkk. Karies Gigi: Perspektif Terkini Aspek Biologis, Klinis, dan Komunitas. Irfan, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2021.
- Yuanita Lely Rachmawati, dkk. Manajemen Karies Pada Anak. Malang: UB Press. 2022.
- Widyawati. Inovasi Herbal: Mencegah Karies Gigi Melalui Sarang Semut. Yogyakarta: Deepublish. 2024.
- Sumini, dkk. Hubungan Konsumsi Makanan Manis dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah di TK B RA Muslimat PSM Tegalrejo Desa Semen Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan. Jurnal Delima Harapan. 2014; 3(2):20-27
- Feldes CA, et. al. Early-Life Patterns of Sugar Consumption and Dental Caries in The Permanent Teeth: A Birth Cohort Study. Caries Res. 2021; 55(5): 505-514
- Dina Rafidiyah, dkk. Pemberdayaan Masyarakat Desa Patih Selera Membangun Generasai Muda Bebas Stunting. Banjarmasin: MBUnivPress. 2022
- Gusgus Ghraha Ramdhanie, dkk. Status Gizi pada Anak Usia Sekolah yang Mengalami Karies Gigi. Jurnal Obsesi. 2022; 6(3):2251-2257
- Sephia Maharani dan Olivia Charissa. Makanan Manis sebagai Faktor Risiko Karies Gigi Pada Anak di SD Negeri Buni Bakti 04. Jurnal Kesehatan Tambusai. 2023; 4(3): 1852-1859
- Agnes Dwi Safarina, dkk. Peningkatan Pengetahuan Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut Melalui Penyuluhan dan Praktik Sikat Gigi pada Anak di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang. JPM Dharma Andalas. 2022; 1(1): 32-36
No Comments