Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah Indonesia bertujuan untuk
memastikan anak-anak sekolah mendapatkan makanan bergizi secara gratis. Namun, di
bulan Ramadan ini, muncul berbagai kritik mengenai menu makanan yang disajikan dan isu
pemangkasan anggaran. Makanan yang disajikan menjadi semakin sederhana dan isinya
tidak lagi mencerminkan gizi seimbang. Paket yang diberikan hanya berisi roti, telur rebus,
susu tinggi gula, dan kurma. Jika dibandingkan dengan menu MBG sebelum Ramadan
yang menyajikan nasi, lauk, dan sayur, perubahan ini dapat berpengaruh negatif terhadap
kecukupan gizi anak-anak sekolah, terutama bagi mereka yang bergantung pada program
tersebut.
Inovasi Makan Bergizi Gratis (MBG)
Supaya MBG tetap memenuhi tujuannya sebagai program peningkatan gizi bagi anak
sekolah, perlu adanya inovasi dalam penyusunan menu, bukan hanya sekadar
pemangkasan anggaran dan penyediaan makanan instan.
Beberapa solusi inovatif yang masih mungkin diterapkan dalam keterbatasan anggaran:
Karbohidrat Kompleks
Mengganti roti dengan nasi, ubi rebus, atau sereal gandum yang lebih
mengenyangkan dan kaya serat.
Sumber Protein
Mengganti telur rebus dengan tahu atau tempe bacem.
Menyediakan ikan atau ayam suwir dalam kemasan vakum.
Minuman Sehat
Beralih dari susu tinggi gula ke susu segar (Fresh Milk) atau susu UHT rendah
gula.
Menyediakan air mineral kemasan agar anak-anak tidak hanya mengandalkan
minuman manis.
Strategi Pendistribusian
Berikut ini adalah strategi pendistribusian untuk program MBG (1):
Kemasan higienis
Salah satu inovasi yang dapat diterapkan dalam program MBG adalah penggunaan
kemasan higienis. Wadah khusus berfungsi agar makanan dapat tetap segar dan
terjaga suhunya hingga tiba saatnya untuk dikonsumsi. Selain itu, kemasan yang
aman juga berperan dalam mencegah kontaminasi, sehingga makanan yang
diterima oleh anak-anak tetap bersih dan layak untuk dikonsumsi.
Peningkatan rantai distribusi
Makanan perlu dikirim dengan sistem yang baik agar tetap terjaga kualitasnya dan
tidak terpapar suhu ekstrem yang dapat merusak kandungan gizi atau
menyebabkan makanan menjadi basi. Dengan manajemen distribusi yang baik,
setiap paket makanan dapat sampai kepada anak-anak sekolah dalam kondisi yang
aman, higienis, dan siap dikonsumsi tanpa mengurangi manfaat gizinya.
Kesimpulan
Meskipun MBG merupakan program yang sangat baik, tantangan utama tetap ada di
inovasi menu dan distribusi makanan, terutama selama bulan Ramadan. Jika inovasi dalam
MBG tidak segera diimpelementasikan, dikhawatirkan akan menyimpang dari tujuan awal
program ini, dari yang fokus pada gizi menjadi sekadar distribusi makanan yang kurang
memberikan manfaat bagi kesehatan anak sekolah. Maka, perlu adanya evaluasi lebih
lanjut bagi pemerintah untuk program ini.
Editor : Aldera, S.Tr.Gz., M.K.M
Referensi
Sarjito A. Program Makan Bergizi Gratis sebagai Strategi Pembangunan Sumber Daya Manusia untuk
Mendukung Pertahanan Negara. 2024;5(5):129–41.
No Comments