Deteksi Dini PTM (Penyakit Tidak Menular) pada Lansia

Deteksi Dini PTM (Penyakit Tidak Menular) pada Lansia

Bagikan

Indonesia merupakan salah satu Negara yang menghadapi masalah baik penyakit menular ataupun Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM ini biasanya muncul tanpa gejala serta tidak menunjukkan adanya tanda klinis tertentu, sehingga sebagian besar masyarakat tidak menyadari tentang adanya bahaya penyakit tidak menular tersebut. Jika masyarakat tahu akan deteksi dini penyakit tidak menular ini, maka upaya pencegahan terjadinya penyakit ini akan segera dilakukan (11).

Tahukah kamu?

Di Indonesia yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah bagian siklus hidup manusia yang hampir pasti dialami setiap orang, yang dapat berdaya guna bagi dirinya, keluarga dan masyarakat (4). Saat ini Indonesia mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia (12). Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lanjut usia dari 18 juta orang (7,56%) pada tahun 2010 menjadi 25,9 juta orang (9,7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 48,2 juta orang pada tahun 2035 (15,77%). Untuk itu perlu mulai memperhatikan kebutuhan lansia agar dapat tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif, salah satunya dengan memperkuat peran keluarga dalam perawatan lansia.

Namun seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Indonesia, permasalahan kesehatan yang menimpa lansia juga akan semakin meningkat. Seiring bertambahnya usia, fungsi fisiologis menurun akibat proses penuaan, sehingga penyakit tidak menular sering muncul pada orang lanjut usia. Selain itu, masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit menular. Kelompok usia 70 tahun ke atas tergolong risiko tinggi, dan risikonya semakin besar mulai usia 80 tahun.

Apa yang terjadi jika jumlah lansia meningkat?

Peningkatan lansia akan berdampak pada masalah kesehatan. Kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh faktor gaya hidup. Faktor penyebab terjadinya penyakit degeneratif pada lansia adalah pola hidup yang tidak sehat, khususnya kurangnya aktivitas fisik dan kurangnya konsumsi buah dan sayur. Perilaku gaya hidup yang tidak sehat ditambah dengan kebersihan lingkungan dan kurangnya ketersediaan air bersih menjadi penyebab permasalahan kesehatan saat ini (9). .

Ragam PTM (Penyakit Tidak Menular) pada lansia

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, penyakit yang terbanyak pada lansia untuk penyakit tidak menular antara lain: hipertensi, masalah pada gigi, penyakit sendi, masalah mulut, diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke, dan penyakit menular antara lain seperti ISPA, diare, dan pneumonia. Selain penyakit tidak menular dan menular, lansia berisiko untuk masalah gizi terutama gizi lebih, gangguan mental emosional, depresi, serta demensia (15). Berikut ini penjelasan dari ragam PTM (Penyakit Tidak Menular) pada lansia:

FOTO ARTIKEL WEBSITE-4
  1. Hipertensi Hipertensi adalah seorang yang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukan oleh angka systolic dan diastolic pada pemeriksaan tensi darah. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (1). Yang menjadi faktor penting untuk menentukan tekanan darah pada lansia adalah pola makanan. Pada umumnya orang yang senang makan-makanan asin, berlemak dan gurih berkemungkinan terkena hipertensi. Kandungan natrium yang terkandung dalam garam yang berlebihan dapat menahan air (retensi) sehingga meningkatkan jumlah volume darah (1). Makanan yang dimakan harus seimbang dengan kebutuhan kalori. Makanan yang dikonsumsi lansia sebaiknya mempunyai proporsi yang seimbang antara karbohidrat, protein, dan lemak (3). Jadwal makan dan pola makan yang baik penderita hipertensi adalah 5 sampai 6 kali sehari, yaitu sarapan pagi, snack pagi, makan siang, snack sore, makan malam (1).
  2. Masalah pada gigi dan mulut Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, menyebutkan bahwa sebanyak 57,6% penduduk Indonesia mengalami permasalahan pada gigi dan mulut. Sedangkan pada kelompok usia di atas 65 tahun, permasalahan gigi dan mulut yang terjadi sebanyak 54,2%. Nilai rata-rata indeks DMF-T lansia sebesar 16,8, angka ini menunjukan bahwa rata-rata lansia di Indonesia memiliki 16-17 gigi yang mengalami karies dan menggambarkan bahwa status karies lansia di Indonesia masuk dalam kategori tinggi. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang biasa terjadi pada lansia antara lain sakit gigi, gigi tanggal, penyakit gusi, mulut kering, dan sariawan. Hal ini bermula dari kurangnya kesadaran dan kepedulian terhadap pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut (2).
  3. Penyakit pada sendi Berdasarkan data Riskesdas (2018), prevalensi penyakit sendi di Indonesia tercatat sekitar 7,3% dan osteoarthritis atau radang sendi merupakan penyakit sendi yang umum terjadi. Osteoartritis sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa osteoartritis merupakan salah satu penyebab utama kegagalan fungsi yang mengurangi kualitas hidup manusia di dunia seperti terhambatnya ruang gerak penderita dan penurunan kemampuan kerja (14).
  4. Diabetes mellitus Diabetes mellitus (DM) menduduki urutan keempat untuk penyakit degeneratif dalam sepuluh penyebab utama kematian. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin yang digunakan oleh tubuh dalam mengatur gula darah atau glukosa. Organisasi International Diabetes Federation (IDF) memproyeksikan jumlah keseluruhan kasus diabetes pada tahun 2019 sebesar 9,3% dari total penduduk di dunia atau setara dengan 463 juta orang pada usia lanjut. Jumlah keseluruhan kasus tersebut diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 19,9% seiring dengan penambahan umur penduduk atau 111,2 juta orang pada usia lanjut (8). Pada usia tersebut, diabetes mellitus (DM) dapat terjadi akibat interaksi berbagai faktor penyebab yang dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup dalam masyarakat seperti minimnya melakukan aktivitas fisik, pengaturan pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran ke pola makan ke barat-baratan dengan komposisi makan yang terlalu banyak mengandung (protein, lemak, gula, garam, dan sedikit mengandung serat). Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar masyarakat baru sadar terkena penyakit diabetes mellitus (DM) setelah mengalami sakit parah (8).
  5. Penyakit jantung Seiring pertambahan usia, maka terjadi penyakit degeneratif antara lain penyakit jantung coroner (13). Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah (Aterosklerosis) (10). Kasus dengan penyakit jantung koroner salah satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh kalangan siapa saja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan orang tua (lansia). Disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat menyebabkan peningkatan timbulnya atau deposit kolesterol yang mempersempit pembuluh diseluruh tubuh termasuk pembuluh koroner. Faktor-faktor tersebut antara lain: Asap rokok, hipertensi, kadar kolesterol dan trigliserida darah yang tinggi, aktivitas fisik yang kurang adekuat, obesitas, diabetes, alkohol, riwayat penyakit jantung dalam keluarga dan jenis kelamin (13).
  6. Stroke Stroke atau dikenal dengan penyakit serebrovaskuler, merupakan penyakit pada sistem saraf yang terjadi karena gangguan suplai darah (6). Stroke merupakan penyakit saraf yang terjadi karena terganggunya suplai darah ke suatu bagian otak. Angka kejadian stroke meningkat seiring bertambahnya usia, usia di atas 65-74 tahun memiliki tingkat risiko yang tinggi sehingga prevalensinya mencapai 69% dibandingkan usia di atas 75 tahun yang memiliki prevalensi sebesar 34,4%. Pemicu stroke ini terbagi dua yakni stroke hemoragik yang mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak, sedangkan stroke iskemik (stroke non hemoragik) diakibatkan adanya trombus atau embolus pada pembuluh darah otak. Jenis utama stroke adalah iskemik, yang terjadi pada sekitar 87% dari semua kasus stroke (6).

Dampak sosial ekonomi

PTM mengancam kemajuan menuju Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030, yang mencakup target pengurangan sepertiga kemungkinan kematian akibat salah satu dari empat PTM utama antara usia 30 dan 70 tahun pada tahun 2030 (16). Kemiskinan sangat erat kaitannya dengan NCD (Non Communicable Disease). Peningkatan pesat penyakit tidak menular diperkirakan akan menghambat inisiatif pengentasan kemiskinan di negara-negara berpendapatan rendah, terutama karena meningkatnya biaya rumah tangga yang terkait dengan layanan kesehatan. Masyarakat yang rentan dan kurang beruntung secara sosial lebih mudah sakit dan meninggal lebih cepat dibandingkan masyarakat dengan status sosial lebih tinggi, terutama karena mereka mempunyai risiko lebih besar terpapar produk-produk berbahaya, seperti tembakau, atau pola makan tidak sehat, dan memiliki akses terbatas terhadap layanan kesehatan (16). Di wilayah berpendapatan rendah, biaya perawatan kesehatan untuk penyakit tidak menular dengan cepat menghabiskan sumber daya keluarga. Biaya penyakit tidak menular yang sangat tinggi, termasuk pengobatan yang lama dan mahal, ditambah dengan hilangnya pendapatan, mendorong jutaan orang ke dalam kemiskinan setiap tahun dan menghambat pembangunan (16). Penyakit Tidak Menular (PTM) memerlukan penanganan yang tepat karena akan berdampak pada komplikasi penyakit kronis sehingga dapat meningkatkan beban perawatan keluarga yang berpengaruh terhadap perekonomian keluarga. Salah satu antisipasi untuk mencegah komplikasi penyakit kronis adalah dengan kewaspadaan dini dengan implementasi deteksi dini penyakit kronis. Diagnosis dini suatu penyakit merupakan suatu cara yang digunakan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat suatu penyakit. Dengan diagnosis dini, pengobatan akan diberikan lebih cepat untuk mencegah penyakit semakin parah. Masalah kesehatan penting seperti penyakit tidak menular dapat diketahui sejak dini (7).

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan berpartisipasi aktif dalam keluarga dan masyarakat. Sehingga diharapkan, akan terwujud lansia yang sehat, mandiri dan berdaya yang tentunya akan membuat keluarga bahagia dan berkontribusi optimal dalam masyarakat. Posyandu lansia merupakan salah satu alternatif untuk menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Dimana di posyandu dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan, senam bersama, melakukan kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan hobi, dan lain-lain (5).

Fakta ringkasan mengenai PTM (Penyakit Tidak Menular)

  1. Penyakit tidak menular (PTM) membunuh 41 juta orang setiap tahunnya, setara dengan 74% dari seluruh kematian secara global (16).
  2. Setiap tahun, 17 juta orang meninggal karena NCD (Non Communicable Disease) sebelum usia 70 tahun; 86% kematian dini terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah (16).
  3. Dari seluruh kematian akibat NCD (Non Communicable Disease), 77% terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah (16).
  4. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian NCD (Non Communicable Disease) terbanyak, atau 17,9 juta orang setiap tahunnya, diikuti oleh kanker (9,3 juta), penyakit pernafasan kronis (4,1 juta), dan diabetes (2,0 juta termasuk kematian akibat penyakit ginjal yang disebabkan oleh diabetes) (16).
  5. Keempat kelompok penyakit ini menyumbang lebih dari 80% dari seluruh kematian dini NCD (Non Communicable Disease) (16).
  6. Penggunaan tembakau, kurangnya aktivitas fisik, penggunaan alkohol yang berbahaya, pola makan yang tidak sehat, dan polusi udara semuanya meningkatkan risiko kematian akibat NCD (Non Communicable Disease) (16).
  7. Deteksi, skrining dan pengobatan PTM, serta perawatan paliatif, merupakan komponen kunci dalam respons terhadap PTM (16).

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. Afriani, B., Camelia, R., & Astriana, W. (2023). Analisis Kejadian Hipertensi pada Lansia. Jurnal Gawat Darurat, 5(1), 1-8. https://doi.org/10.32583/jgd.v5i1.912
  2. Auli, I., Mulyanti, S., Insanuddin, I., & Supriyanto, I. (2020). Gambaran Kondisi Kesehatan Gigi dan Mulut pada Lansia di Beberapa Kota Indonesia. Jurnal Kesehatan Siliwangi, 1(1), 79-85. http://juriskes.com
  3. Bambang, W., & Meryana, A. (2020). Pengantar Gizi Masyarakat. Penerbit Kencana Pernada Media Grup.
  4. Firmansyah, F. Keluarga Sayang Lansia, Keluarga Bahagia. kesmas.kemkes.go.id. 2019 [cited 2024 Mei 25]. Available from: https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/052913- keluarga-sayang-lansia_-keluarga-bahagia#
  5. Firmansyah, F. Lansia Sehat dan Berdaya, Keluarga Bahagia. kesmas.kemkes.go.id. 2019 [cited 2024 Mei 25]. Available from: https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/070909- lansia-sehat-dan-berdaya_-keluarga-bahagia
  6. Halawa, A., Ginting, J.B., & Wau, H. (2022). Determinan Kejadian Stroke pada Lansia (Scooping Review). Jurnal Keperawatan Priority, 5(2), 113-124.
  7. Listrikawati, M., Vioneery, D., & Kusumawati, H.N. (2023). Kewaspadaan Dini pada Lansia sebagai Upaya Pencegahan Komplikasi Penyakit Kronis di Posyandu Senja Bahagia Pajang Laweyan Surakarta. Jurnal Pengabdian Masyarakat: Pemberdayaan, Inovasi dan Perubahan, 3(1), 74-79. https://doi.org/
  8. Meilani, N., Azis, W.O.A., Saputra, R. (2022). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus pada Lansia. Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan, 15(4), 346-354. https://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JIK
  9. Nuraisyah, F., Purnama, J.S., Nuryanti, Y., Agustin, R.D., Desriani, R., & Putri, M.U. (2021). Edukasi Pencegahan Penyakit Tidak Menular pada Lansia untuk Meningkatkan Kualitas Hidup. Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 6(4), 364-368. https://doi.org/10.33084/pengabdianmu.v6i4.1845
  10. P2PTM Kemenkes RI. Yuk, Kenali apa itu penyakit jantung koroner (PJK)?. p2ptm.kemkes.go.id. 2021 [cited 2024 Mei 25]. Available from: https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic/yuk-kenali-apa-itu-penyakit-jantung-koroner pjk
  11. Rahayu, D., Irawan, H., Santoso, P., Susilowati, E., Atmojo, D.S., & Kristanto, H. (2021). Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular pada Lansia. Jurnal Peduli Masyarakat, 3(1), 91-96. https://doi.org/10.37287/jpm.v3i1.449
  12. Riskiana, N.E.P.N., & Mandagi, A.M. (2021). Tingkat Pendidikan dengan Fungsi Kognitif pada Lansia dalam Periode Aging Population. Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(2), 256-268. http://jurnal.fkm.untad.ac.id/index.php/preventif
  13. Suri, M. (2021). Upaya Peningkatan Pengetahuan tentang Penyakit Jantung Koroner pada Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Rawasari. Jurnal Abdimas Kesehatan, 3(3), 249-254. 10.36565/jak.v3i3.195
  14. Widyaningrum, D.A., & Umam, F.N. (2020). Pengaruh Nyeri Sendi terhadap Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup pada Lansia Penderita Osteoartritis. Jurnal Keperawatan, 1-7.
  15. Windu, R. Workshop Halun 2019: Dirjen Kesmas Paparkan tentang Lansia SMART. kesmas.kemkes.go.id. 2019 [cited 2024 Mei 25]. Available from: https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/071210-workshop-halun-2019-:-dirjen kesmas-paparkan-tentang-lansia-smart
  16. World Health Organization. Noncommunicable diseases. who.int 2023 [cited 2024 Mei 25]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable diseases
No Comments

Post A Comment