29 Apr Cegah Anemia dengan Cukupi Kebutuhan Gizimu!
Remaja putri merupakan masa transisi dari masa anak-anak hingga menjadi dewasa yang ditandai dengan terjadinya beberapa perubahan fisik dan juga mental. Menurut WHO, remaja adalah kelompok masyarakat yang berusia 10-19 tahun. (1) Untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang kreatif, mampu bersaing, dan produktif, maka kesehatan dan status gizi remaja harus dipersiapkan sejak dini karena remaja yang sehat adalah aset bangsa untuk melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa. Permasalahan kesehatan di Indonesia yang dialami oleh remaja di Indonesia sebagai akibat dari permasalahan gizi, salah satunya adalah anemia. (2)
Pengertian Anemia

Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari angka normal. Menurut Kemenkes RI, prevalensi anemia di Indonesia pada remaja, yaitu sebesar 32% atau dapat diartikan bahwa 3-4 dari 10 remaja Indonesia menderita anemia. Penyebab utama anemia yang umum terjadi adalah defisiensi atau kekurangan zat besi, walaupun defisiensi asam folat, vitamin B12 dan vitamin A, dan kelainan bawaaan juga dapat mengakibatkan anemia. Zat besi sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin. (3,4)
Penyebab Terjadinya Anemia
Remaja putri lebih mudah mengalami anemia jika dibandingkan dengan remaja laki- laki. Kebutuhan zat besi pada remaja putri 3 kali lebih banyak daripada remaja laki- laki. Setiap bulan, remaja putri mengalami menstruasi yang secara otomatis mengeluarkan darah sehingga remaja putri membutuhkan zat besi untuk mengembalikan tubuh ke kondisi semula. (5) Remaja yang kurang mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi menyebabkan ketidakcukupan zat besi pada tubuh remaja. Asupan zat besi serta zat gizi lainnya seperti protein, vitamin A, vitamin C, asam folat, B12 yang rendah dan konsumsi zat besi yang tidak tepat, misalnya ketika mengonsumsi zat besi bersamaan dengan zat lain sehingga menghambat proses penyerapan zat besi menjadi faktor penyebab tingginya angka kejadian anemia pada remaja putri. (6)
Berikut beberapa penyebab kurangnya konsumsi zat besi pada remaja putri, yaitu:
- Kebiasaan makan yang salah
Remaja yang memiliki tugas sekolah dan jadwal aktivitas yang padat seringkali menunda makan atau menerapkan pola makan yang salah. (7) Pada umumnya, remaja putri mempunyai kebiasaan makan yang tidak sehat, seperti melewatkan sarapan, serta kebiasaan mengonsumsi makanan cemilan dan makanan siap saji yang mengandung tinggi lemak dan tinggi kalori, namun rendah zat gizi seperti zat besi. Jika kebiasaan tersebut dilakukan dalam rentang waktu yang lama, anemia akan terjadi. Makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebiasaan makan keluarga, teman sebaya, iklan pada media sosial, dan ketersediaan pangan. (5,8) - Tingkat pengetahuan gizi yang rendah
Remaja putri yang tidak mengetahui tentang bahaya dan upaya mencegah anemia kurang memiliki sikap yang positif untuk mencegah anemia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi terkait gizi di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah. Rendahnya pengetahuan gizi pada remaja putri menyebabkan adanya kesalahan dalam memilih makanan yang dikonsumsi, seperti makan makanan yang kurang bervariasi tanpa mengetahui jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Jika hal tersebut terjadi terus-menerus, memengaruhi kesehatan pada masa kehidupan yang akan datang dan dapat menyebabkan anemia. (8,9) - Tingkat kepatuhan yang rendah
Beberapa tindakan remaja putri yang termasuk dalam tingkat kepatuhan yang rendah, seperti jarang makan makanan yang kaya zat besi (1-3x seminggu), jarang sarapan (1-3x seminggu), sering konsumsi sumber penghambat penyerapan zat besi misalnya kebiasaan minum teh, kopi, atau susu ketika makan utama, kurang rutin minum Tablet Tambah Darah (TTD). Jika tindakan- tindakan tersebut dilakukan secara berulang, maka risiko terkena anemia semakin besar. (9)
Tanda dan Gejala Anemia

Anemia dikategorikan sebagai non-anemia (≥12 g/dL), anemia ringan (11,0-11,9 g/dL), anemia sedang (8,0-10,9 g/dL), and anemia berat (<8 g/dL) untuk nilai batas kadar hemoglobin pada remaja putri. (10) Penderita anemia memiliki beberapa gejala, antara lain pucat, denyut jantung terlalu cepat, lemah, lesu, pusing, dan mata berkunang-kunang. Pada kasus anemia berat, beberapa gejala yang dialami oleh penderita, yaitu sangat letih, gangguan kesadaran, serta beberapa komplikasi, seperti gagal ginjal, aritmia, serangan jantung, dan nyeri dada. (11,12,13)
Dampak pada Penderita Anemia
Remaja yang mengalami anemia terbatas dalam proses pertumbuhan, kapasitas belajar, dan konsentrasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, penderita anemia juga mudah menderita penyakit infeksi, berpotensi untuk putus sekolah, serta tingkat kebugaran fisik dan produktivitas kerja menurun. (14)
Bagaimana Cara untuk Mencegah Anemia?
Berikut ini adalah tindakan-tindakan pencegahan yang perlu dilakukan agar remaja putri tidak terkena anemia.
1. Konsumsi makanan yang mengandung zat gizi yang memiliki peran penting dalam mencegah anemia yang disajikan dalam tabel berikut ini.

2. Memiliki frekuensi makan yang baik adalah 3 kali sehari diselingi snack di antara jadwal makan utama, serta tidak melewatkan sarapan
Sarapan dapat memenuhi sekitar 30% dari kebutuhan asupan gizi yang diperlukan tubuh.
3. Mengupayakan agar konsumsi penghambat zat besi tidak bersamaan dengan konsumsi zat besi dan zat gizi lain yang mendukung penyerapan zat besi
Penghambat zat besi, seperti tanin, fitat, oksalat, dan kalsium dapat mengganggu penyerapan zat besi dalam usus. Contoh makanan dan minuman yang mengandung zat penghambat zat besi, yaitu kopi, teh, susu, dan minuman berkarbonasi. Oleh karena itu, bahan makanan yang mengandung zat penghambat disarankan agar dikonsumsi dua jam sebelum atau sesudah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung zat besi. (19,20)
4. Rutin mengonsumsi TTD sebanyak satu tablet setiap minggu. (21)
Referensi
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Jakarta; 2014.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Jakarta; 2018.
- National Health Lung dan Blood Institute. Your Guide to Anemia: Anemia Healthy Lifestyle Changes. National Institutes of Health Publication; 2011. Tersedia di: https://www.nhlbi.nih.gov/sites/default/files/publications/11-7629.pdf
- Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta; 2018.
- Hamidiyah A. Hubungan Asupan Nutrisi dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Journal of Midwifery Science. 2020;4(1):1-8.
- Julaecha. Upaya Pencegahan Anemia pada Remaja Putri’. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK). 2020;2(2):109.
- Hidayat R, Susanto A, Lestari A. Kajian Literatur: Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian Dispepsia pada Remaja. Amerta Nutrition. 2023;7(4):626-637.
- Sari P, Azizah DI, Gumilang L, Judistiani RTD, Mandiri A. Asupan Zat Besi, Asam Folat, dan Vitamin C pada Remaja Putri di Daerah Jatinangor. Jurnal Kesehatan Vokasional. 2019;4(4):169-175.
- Indriasari R, Mansur MA, Srifitayani NR, Tasya A. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan terkait Pencegahan Anemia pada Remaja Sosial-Ekonomi Menengah ke Bawah di Makassar. Amerta Nutrition. 2022;6(3):256-261.
- Addo OY, Yu EX, Williams AM, Young MF, Sharma AJ, Mei Z, et al. Evaluation of Hemoglobin Cutoff Levels to Define Anemia Among Healthy Individuals. JAMA Network Open. 2021;4(8):1- 13.
- Bakta IM. Henatologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC; 2018.
- Amalia A, Tjiptaningrum A. Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi. Majority. 2016;5(5):166-169.
- Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol. 1 ed.6. Jakarta: EGC; 2009.
- Sari P, Herawati DMD, Dhamayanti M, Hilmanto D. Anemia amongAdolescent Girls in West Java, Indonesia: Related Factors and Consequences on the Quality of Life. Nutrients. 2022;14(18):1-13.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta; 2019.
- Blongkod FR, Arpin. Analysis of Dieting, Intake and Nutritional Status of Bina Mandiri Gorontalo University Students During Pandemic. Jurnal Gizi dan Kesehatan. 2022;14(2):177-190.
- Zulfa Q, Fitranti DY, Wijayanti HS, Noer ER. Asupan Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, BCAA dan Kaitannya dengan Kadar hs-CRP pada Member Fitness Center Dewasa. 2023;8(1):100-110.
- Mulyani E. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Pada Buah Kiwi (Actinidia Deliciousa) Dengan Menggunakan Metode Iodimetri Dan Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Farmasi, Sains, Dan Kesehatan. 2018;3(2):14-17.
- Febrianti KD, Ayu WC, Anidha Y, Mahmudiono T. Efektivitas Edukasi Gizi Pada Pengetahuan Terkait Anemia dan Kadar Hemoglobin Remaja Putri Usia 12-19 Tahun: Tinjauan Sistematis dan Meta Analisis. Amerta Nutrition. 2023;7(3):478-486.
- Thankachan P, Walczyk T, Muthayya S, Kurpad AV, Hurrell RF. Iron Absorption in Young Indian Women: The Interaction of Iron Status with The Influence of Tea and Ascorbic Acid. Am J Clin Nutr. 2008;881–886.
- Sutanti Y, Briawan D, Martianto D. Suplementasi Besi Mingguan Meningkatkan Hemoglobin Sama Efektif dengan Kombinasi Mingguan dan Harian pada Remaja Putri. J. Gizi Pangan. 2016;11(1)27-34Press; 2019. 32–33 p.
No Comments