10 Jan Bantu Konsumen Memilih dengan Nutri-Grade: Franchise Minuman Punya Andil Loh!
Menjamurnya franchise atau gerai minuman berkontribusi atas peningkatan asupan kalori. Minuman manis yang terdapat di gerai minuman termasuk ke dalam golongan sugar sweetened beverages (SSB) dengan jenis gula high fructose corn syrup (HFCS). Penelitian menyebutkan bahwa minuman manis mengandung sukrosa, fruktosa, dan glukosa[1]. Sayangnya, konsumsi minuman dengan kandungan gula yang tinggi menjadi faktor utama peningkatan asupan gula tambahan yang berkorelasi dengan obesitas (berat badan berlebih) dan diabetes melitus tipe 2[2].
Fakta Minuman Manis, Menyenangkan atau Menyedihkan?
Sumber konsumsi cairan terbesar ketiga di Indonesia diduduki oleh minuman berpemanis. Bahkan, minuman berpemanis menghabiskan hampir 67,19% proporsi belanja rumah tangga Indonesia. Sayangnya, konsumsi minuman berpemanis telah diperkenalkan sejak dini. Hal ini ditunjukkan oleh 60% balita yang mengkonsumsi minuman manis setiap hari[3]. Pedoman Gizi Seimbang oleh Kementerian Kesehatan telah menganjurkan untuk membatasi asupan gula sehari, yaitu 50 gram atau 4 sendok makan per harinya. Jumlah tersebut setara dengan 10% dari total asupan energi (200 kkal). Sedangkan, anjuran jumlah gula tambahan yang aman pada minuman, yaitu sebanyak 6-12 gram, namun nyatanya minuman manis cenderung memiliki jumlah gula yang melebihi batas aman[4]. Fakta menunjukkan bahwa satu gelas besar minuman teh susu, tanpa komponen boba, mengandung sebanyak 45,43 gram gula sehingga telah menyumbang 90,86% dari jumlah batas konsumsi gula harian yang dianjurkan. Apabila disertai komponen boba, kandungan gula minuman tersebut menjadi 47,21 gram atau senilai 188,84 kalori dari gula sehingga telah memenuhi 94,4% dari batas jumlah konsumsi gula tambahan yang dianjurkan[3]. Perlu diingat bahwa minuman manis tidak menggantikan kalori dari makanan, namun hanya memberikan kalori “tambahan”. Oleh karena itu, asupan gula dapat menyebabkan peningkatan asupan kalori total yang berpotensi meningkatkan resiko obesitas (kelebihan berat badan) lebih tinggi serta komplikasi metaboliknya seperti diabetes melitus tipe dua[5].
Bantu Konsumen dengan Nutri-Grade: Franchise Punya Andil!
Edukasi dan komunikasi perubahan perilaku sepatutnya dilakukan terus menerus agar konsumen menyadari tingginya kadar gula dalam jenis minuman. Hal ini berdampak positif sehingga konsumen mampu memilih minuman yang sesuai dengan kalori yang dibutuhkannya[3]. Nutri-Grade dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan Singapura yang dapat dijadikan solusi adaptif oleh gerai franchise minuman di Indonesia. Nutri-Grade akan menilai setiap minuman berdasarkan kadar gula dan lemak jenuhnya. Nutri-Grade memiliki 4 skor yang dimulai dengan huruf A hingga D. Nutri-Grade “A” mengandung sedikit gula, tanpa pemanis, dan sedikit lemak jenuh. Nutri-Grade “B” memiliki kadar gula dan lemak jenuh yang rendah. Nutri-Grade “C” mengandung kadar gula dan lemak jenuh yang cukup tinggi. Sedangkan “D” mengandung kadar gula dan lemak jenuh tertinggi. Hal ini jelas bahwa minuman dengan Nutri-Grade A dan B sebaiknya dipilih sedangkan Nutri-Grade C dan D seharusnya dihindari[6].
Franchise diharapkan telah memiliki standar resep untuk setiap produk minuman yang diproduksi. Oleh karena itu, franchise dapat mengedukasi konsumen dengan memberikan informasi label pangan terutama pada besaran kandungan gula dalam setiap minuman melalui Nutri-Grade. Kandungan gula dapat dicantumkan pada buku menu atau pada gelas cup minuman agar konsumen mengetahui dan dapat memilih menu dengan kandungan gula yang cenderung rendah. Hal ini tentu akan membantu pemerintah dalam menanggulangi konsumsi gula berlebihan pada masyarakat yang dapat berpotensi obesitas dan diabetes.
Mini Corner: 101 tentang Nutri-Grade![6]
- Kata “tanpa tambahan gula” menyiratkan bahwa tidak ada gula tambahan yang ditambahkan ke dalam minuman selama proses pembuatan. Namun, beberapa minuman seperti jus buah dapat memiliki kadar gula alami yang tinggi (misalnya fruktosa yang berasal dari buah-buahan) sehingga, diberi peringkat “C” atau “D”.
- Susu dan topping minuman dapat mengandung lemak jenuh dan gula yang tinggi. Batasi hal ini saat memesan minuman.
- Minuman olahan susu seperti susu penuh lemak diberi peringkat “C” atau “D” karena kandungan lemak jenuhnya yang lebih tinggi.
- Walaupun minuman memiliki kandungan gula rendah, namun memiliki lemak jenuh yang tinggi maka minuman tersebut tetap dikategorikan sebagai peringkat “C” atau”D”.
- Bagaimana dengan soft drink yang memiliki gula rendah? Apakah itu lebih baik? Meskipun benar bahwa beberapa soft drink memiliki gula yang rendah, minuman tersebut mengandung sedikit atau bahkan tidak mengandung zat gizi sama sekali. Penting untuk memilah kembali jenis minuman yang baik untuk kita.
- Pilih minuman dengan kandungan gula dan lemak jenuh rendah.
Editor : Aldera, S.Tr.Gz
Referensi
- Betaditya D, Ramadhan GR, Subardjo YP, Betari FD, Yustika IB. Kandungan Gula dan Konsumsi Minuman “Franchise” sebagai Faktor Risiko Overweight. JIKA Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2022;4(2):193-201.
- Veronica MT. Minuman kekinian di kalangan mahasiswa Depok dan Jakarta. Indonesian journal of health development. 2020;2(2):83-91.
- Veronica MT, Ilmi IM, Octaria YC. Kandungan Gula Sangat Tinggi dalam Minuman Teh Susu dengan Topping Boba. Amerta Nutrition. 2022 Dec 2;6.
- CDC. 2021. Get the Facts: Sugar-Sweetened Beverages and Consumption. [online] Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 9 September dari https://www.cdc.gov/nutrition/data-statistics/sugar-sweetened-beverages-intake.html.
- Min, J. E., Green, D. B., dan Kim, L. 2017. Calories Sugars in Boba Milk Tea : Implications for Obesity Risk in Asian Pacific Islanders. Journal of Science and Nutrition, 5(1):38-45.
- HealthHub. 2023. Nutri-Grade. [online], Diakses pada 9 September dari https://www.healthhub.sg/programmes/nutrition-hub/nutri-grade-mark.
No Comments