Pada awalnya kita mengenal susu sebagai bagian dari 4 sehat 5 sempurna. Tentu
saja, harapannya mengkonsumsi susu sekaligus makanan bergizi lainnya dapat
memenuhi kebutuhan gizi anak. Namun, kini istilah 4 sehat 5 sempurna sudah tidak
lagi digunakan. “Isi piringku” menjadi pengganti yang dianggap lebih ideal. Tidak
ada jenis makanan yang memiliki nilai gizi sempurna, sehingga penerapan isi
piringku dengan beraneka jenis makanan dan porsinya, dapat memberikan
gambaran pemilihan makanan yang beragam dan seimbang. Lantas, apakah susu
harus selalu menjadi “gong’” dalam menu anak sekolah?
Apakah susu efektif diberikan pada program makan anak sekolah?
Faktanya, susu memiliki kandungan protein, kalsium, vitamin D dan fosfor yang baik
untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun, tidak dapat dipungkiri
bahwa kebutuhan susu di Indonesia masih didapatkan dari hasil impor, karena
jumlah produksi susu dalam negri belum mampu memenuhi kebutuhan. (2) Selain
itu >80% orang Asia mengalami intoleransi laktosa dan keadaan ini umumnya
bersifat genetik. Intoleransi laktosa menyebabkan gangguan pada sistem
pencernaan anak seperti diare, mual, dan kembung karena pada dasarnya tidak
semua orang dapat menerima keberadaan laktosa dalam susu sapi. (5)
Dampak konsumsi susu bersamaan dengan makanan
Mengkonsumsi susu bersamaan dengan makanan yang mengandung zat besi
dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat besi. Hal itu terjadi karena
kandungan kalsium dalam susu dapat mengikat zat besi sehingga sulit untuk
diserap tubuh. (3,4) Bayangkan ketika kita memberikan makanan lengkap berisi
karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein yang sudah baik justru sulit terserap
karena waktu penyajiannya kurang tepat, sayang sekali bukan? Selain itu,
pemberian susu pada waktu yang tidak tepat justru dapat memicu rasa kenyang
pada anak. Anak memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi susu saja
sedangkan makanan lain tidak jadi dikonsumsi karena sudah merasa kenyang. Hal
itu dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi anak.
Walaupun demikian bukan berarti susu tidak boleh dikonsumsi, tetapi perlu
ditempatkan sesuai dengan jenisnya. Susu merupakan protein hewani maka sesuai
dengan pedoman isi piringku susu menjadi salah satu jenis protein hewani yang
diberikan sesuai dengan porsi dan jeda waktu agar tidak menimbulkan interaksi
dengan zat gizi lain.
Susu bukan “Si Paling Penting” sehingga dapat digantikan dengan makanan
yang sejenis
Pemanfaatan pangan hewani lokal dapat dijadikan pengganti susu sebagai protein
hewani bagi anak. Kandungan protein tidak hanya ditemukan pada susu saja tapi
dalam bahan makanan lain seperti aneka jenis ikan, telur, unggas, daging, hingga
seafood (1). Sehingga dapat dikatakan bahwa susu dan jenis protein hewani yang
lain memiliki posisi yang sama namun perlu dikombinasikan dengan zat gizi lain
agar menjadi menu yang seimbang.
Editor : Aldera, S.Tr.Gz
Referensi
Apriyanto M. Pengetahuan Dasar Bahan Pangan. Banten : CV AA Rizky 2022
Badan Pusat Statistik.Produksi Susu Segar (Ton) 2021-2023. Jakarta:2024
Graczykowska, K.; Kaczmarek, J.; Wilczyńska, D.; Łoś-Rycharska, E.; Krogulska, A. The
Consequence of Excessive Consumption of Cow’s Milk: Protein-Losing Enteropathy with
Anasarca in the Course of Iron Deficiency Anemia—Case Reports and a Literature
Review. Nutrients 2021, 13, 828.
Rieny E.G., Sri A., Apoina K. Peran Kalsium dan Vitamin C dalam Absorpsi Zat Besi dan
Kaitannya dengan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil:Sebuah Tinjauan Sistematis. Media
Kesehatan Masyarakat Indonesia 2021; 20(6)
Wicaksono Y., Muhammad Z,, & Aji J. Kajian Potensi Pengembangan Produk Susu Bebas
Laktosa Bagi Penderita Lactose Intolerance. Jurnal Pangan Halal 2022; 4(1)
No Comments