29 Agu Moving on Indonesia Cemas Become to Indonesia Emas dengan 8000 HPK
Terdapat 4 pilar Visi Pembangunan Indonesia 2045 salah satunya adalah pemerataan pembangunan. Aspek yang harus diperhatikan untuk mencapai sebuah pemerataan pembangunan terutama Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau adalah pemerataan kesejahteraan kesehatan, pendidikan, dan sosial ekonomi. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut diperlukan kerjasama antara pemerintah dan sumber daya manusia, pemerintah sebagai pihak berwenang dan penyedia fasilitas serta masyarakat sebagai pihak pelaksana pembangunan. Pemerintah harus dapat menyediakan fasilitas pembangunan dengan ruang lingkup yang bersifat merata tidak hanya berpusat pada daerah tertentu saja.
Memang masalah gizi apa yang perlu pemerintah perhatikan?
Beberapa penelitian menyebutkan masalah gizi Indonesia mayoritas mengalami peningkatan, tidak seperti negara ASEAN lain contohnya Malaysia, Singapura, dan Thailand. Masalah gizi di Indonesia yang menjadi pusat perhatian sampai saat ini adalah stunting(1). Fenomena stunting di Indonesia mencapai angka 30,8%(2). Stunting didefinisikan sebagai gangguan tumbuh kembang pada balita yang disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang, yang dapat terjadi sejak kehamilan hingga usia 24 bulan(3).
Mengapa Stunting menjadi topik pembicaraan dimana-mana?
Sebab stunting tidak hanya akan mengganggu pertumbuhan fisik namun juga pertumbuhan lainya seperti mental, kognitif dan intelektual anak. Seorang anak yang teridentifikasi stunting akan sulit mengikuti proses tumbuh kembang anak lainnya(3). Hal tersebut terjadi karena anak dengan stunting tidak memeroleh gizi secara optimal sebab kurangnya asupan makanan bergizi dimulai dari awal kehamilan sampai pada usia 1000 hari pertama awal kehidupan anak tersebut(4). Faktor patofisiologis stunting dapat muncul dari beberapa aspek seperti kemiskinan yang berkepanjangan, ketahanan pangan, pola asuh orang tua yang tidak tepat, dan sering mengalami penyakit berulang yang disebabkan oleh kurangnya higiene dan sanitasi(5).
Lalu, tidak adakah program pemerintah sebagai langkah preventif stunting Indonesia?
Setelah ditelaah perlu banyak sektor yang harus bekerja sama untuk melakukan langkah preventif stunting Indonesia. Gerakan 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) merupakan salah satu gerakan preventif dari pemerintah yang bergagasan pada masa awal kehidupan saat terbentuk janin dalam kandungan (270 hari) hingga dua tahun pertama kehidupan (730 hari) yang biasa disebut dengan golden period. Faktanya, intervensi spesifik pada 1000 HPK hanya memberikan pengaruh sebanyak 30% pada pencegahan stunting sedangkan 70 % merupakan intervensi sensitif oleh lintas sektor terkait(6).
Beberapa fokus yang perlu diperhatikan dalam upaya preventif stunting Indonesia adalah(6) :
- Komitmen dan Visi Misi pemerintah daerah,
- Kampanye stunting berfokus pada pemahaman perubahan perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas program,
- Konvergensi, Koordinasi dan Konsolidasi Program Nasional, daerah dan masyarakat,
- Mendorong implementasi kebijakan ketahanan pangan dan gizi, serta
- Melaksanakan monitoring dan evaluasi program yang sudah dijalankan.
Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam 1000 HPK, namun status gizi remaja putri atau pra nikah memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan hingga kelahiran, sebab kelak remaja putri merupakan calon ibu. Oleh sebab itu, setelah pencanangan program 1000 HPK dijalankan, beregenerasi menjadi 8000 HPK. Harapannya sebagai langkah preventif yang lebih jauh untuk dapat menghasilkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang optimal. Konsep dari Gerakan Hari Pertama Kehidupan adalah window of opportunity, sehingga semakin luas jangka waktunya akan memperluas perbaikan gizi yang tercapai. Mensejahterakan kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan gizi melalui penerapan gizi seimbang pada remaja putri sebagai calon ibu bukan tentang makan dan kenyang, namun tentang apa isi piring ketika makan. Menu makanan sehat bervariasi merupakan poin penting pada penerapan gizi seimbang. Selain itu, remaja putri sebagai calon ibu juga harus bebas anemia untuk dapat mencetak generasi emas selanjutnya.
Editor : Aldera, S.Tr.Gz
Referensi
- Sugianto MA. Analisis Kebijakan Pencegahan Dan Penanggulangan Stunting Di Indonesia: Dengan Pendekatan What Is The Problem Represented To Be? J EMBISS [Internet]. 2021;1(3):197–209. Available from: https://www.embiss.com/index.php/embiss/article/view/28
- Khasanah N, Luthfa I, Hasna MY. Program Penguatan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) sebagai Upaya Optimalisasi 1000 HPK dalam Masa Pandemi Covid-19. Wikrama Parahita J Pengabdi Masy. 2022;6(1):89–97.
- Rochmatun Hasanah, Fahimah Aryani, Effendi B. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pencegahan Stunting Pada Anak Balita. J Masy Madani Indones. 2023;2(1):1–6.
- Sari D, Stunting P, Anak P, Dini U, Dampaknya S, Pendidikan PF, et al. Penceegahan Stunting pada Anak Usia Dini Serta Dampaknya pada Faktor Pendidikan dan Ekonomi. J Pengabdi Pada Masy Nusant. 2023;4(3):2679–2678.
- Suryana EA, Azis M. The Potential of Economic Loss Due to Stunting in Indonesia. J Ekon Kesehat Indones. 2023;8(1):52.
- Iwan. Pentingnya Peran Lintas Sektor Pada Pelaksanaan 1000 HPK dalam Pencegahan Stunting Di Bonebol [Internet]. Nancy Pembengo. 2020. Available from: https://dinkes.gorontaloprov.go.id/pentingnya-peran-lintas-sektor-pada-pelaksanaan-1000- hpk-dalam-pencegahan-stunting-di-bonebol/
No Comments