Bersama “ATM OMA” Ginjal menjadi Terawat pada Lansia

Bersama “ATM OMA” Ginjal menjadi Terawat pada Lansia

Bagikan

Di Indonesia menurut RISKESDAS 2018 prevalensi gagal ginjal kronis menurut diagnosa dokter pada pada kelompok usia 65-74 tahun prevalensi yang menderita gagal ginjal kronis adalah 0,82% dan pada usia di atas 75 tahun prevalensinya adalah 0.75%.(1) Berdasarkan hasil tersebut kejadian gagal ginjal kronis pada kelompok lansia memiliki angka yang tertinggi yang dikarenakan pada usia lansia mengalami penurunan fungsi beberapa organ. Oleh karena itu, usia lansia perlu menjaga pola hidup agar terus percaya diri dan bahagia sesuai dengan tema Hari Lansia tahun 2024 yaitu “Lansia terawat, Indonesia bermartabat”. Yuk, mari kita lebih mengenal gagal ginjal kronis di bawah ini…

Apa itu Gagal Ginjal Kronis?

FOTO ARTIKEL WEBSITE-20

Ginjal sendiri memiliki fungsi penting dalam tubuh yaitu pengatur keseimbangan air dan elektrolit, keseimbangan asam basa, ekskresi air dari sisa metabolik dan toksin, serta mengeluarkan beberapa hormon. Apabila ginjal mengalami kerusakan akan mengakibatkan penurunan fungsi yang disebut gagal ginjal. Gagal ginjal terdapat 2 jenis yaitu akut dan kronis. Pada gagal ginjal akut terjadi tiba-tiba dan masih dapat dikembalikan kondisinya jika mengubah pola hidupnya, namun pada gagal ginjal kronis kerusakan ginjal terjadi perlahan dan berlangsung permanen. (2)

Bagaimana Ciri-ciri Penderita Gagal Ginjal Kronis ?

Secara fisik dan dapat dirasakan oleh penderita gejalanya diantaranya adalah tekanan darah tinggi, perubahan frekuensi buang air kecil dalam sehari, adanya darah dalam urin, mual dan muntah serta bengkak, terutama pada kaki dan pergelangan kaki serta sesak nafas.

Apa faktor risiko penyebab dari Gagal Ginjal Kronis ?

Beberapa hal yang dapat meningkatkan kejadian gagal ginjal kronis diantaranya adalah :

  1. Diabetes mellitus
  2. Hipertensi;
  3. Obesitas;
  4. Pertambahan usia;
  5. Riwayat keluarga penyakit ginjal kronik;
  6. Riwayat merokok dan kebiasaan minum minuman beralkohol (3)

Upaya pencegahan Gagal Ginjal Kronis

Melihat faktor risiko di atas penyakit gagal ginjal kronis memiliki beberapa penyebab. Upaya dalam pencegahan dapat dilakukan dengan “ATM OMA” . Apa itu “ATM OMA” ?

1. Aktivitas Fisik Secara Rutin
FOTO ARTIKEL WEBSITE-13

Pada usia lansia terjadi penurunan fleksibilitas, kekuatan otot dan sendi, kepadatan tulang menurun yang dapat menurunkan tingkat aktivitas fisik. Selain itu pada usia lanjut enggan untuk melakukan aktivitas fisik dikarenakan takutnya risiko jatuh.(4) Padahal dengan aktivitas fisik dapat menurunkan kualitas fisik dari dari lansia yang dapat menimbulkan penyakit kronis. Untuk lansia sendiri dapat melakukan aktivitas fisik berupa olahraga selama 10-30 menit per hari atau 150 menit per minggu.(5) Jenis olahraga yang dapat melakukan senam, jalan kaki, bersepeda dan berenang.(6) Untuk penderita diabetes dan obesitas dapat dilakukan bertahap.

2. Tes Laboratorium/ Kesehatan secara Berkala

Melakukan medical check up pada lansia minimal dilakukan 1 tahun sekali, Tes laboratorium yang dapat dilakukan berupa tes gula darah, tensi, tes ureum dan kreatinin, serta lemak darah. Pada penderita diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskular dapat dilakukan lebih sering untuk mencegah terjadinya kejadian gagal ginjal, dikarenakan kedua penyakit tersebut lebih berpotensi dalam kejadian gagal ginjal.

3. Menjaga Berat Badan

Pada usia lansia sangatlah penting dalam menjaga massa otot, tulang, dan lemak yaitu dengan upaya menjaga berat badan. Hal tersebut dapat menerapkan pola hidup seimbang yaitu dengan mengonsumsi makanan dengan rendah lemak, natrium, dan gula sederhana serta diimbangi dengan berolahraga agar tidak terjadi kondisi obesitas. Penurunan berat badan pada lansia diatas 80 tahun yang obesitas tidak dianjurkan, namun hanya dengan menjaga berat badan saja dengan pola hidup sehat.(7)

4. Obat anti nyeri tidak dikonsumsi dalam jangka waktu panjang tanpa anjuran dokter

Mengonsumsi obat anti nyeri perlu dikonsumsi dengan anjuran dokter apabila dikonsumsi dalam jangka panjang. Hal tersebut dikarenakan obat sendiri akan tersaring pada ginjal dan jika dalam dosis tinggi dan dalam waktu lama akan membebani ginjal yang berisiko meningkatkan kejadian penyakit ginjal. (8)

5. Merokok dan minum alkohol dihindari

Merokok merupakan kebiasaan yang tidak lepas dari beberapa masyarakat di Indonesia. Namun, kebiasaan tersebut dapat berakibat dalam penurunan fungsi dari ginjal. Hal tersebut dikarenakan asap rokok dan nikotin yang terkadung dapat meningkatkan tekanan darah. Hal tersebut beresiko dalam penyakit ginjal. National Kidney and Urologi Disease information Clearinghouse (NKUDIC) mengatakan bahwa perokok aktif dapat meningkatkan resiko kanker serta penyakit ginjal. Perokok berat memiliki risiko enam kali lebih besar untuk mengalami penyakit ginjal terminal, daripada orang yang tidak merokok. (8). Konsumsi alkohol atau minuman keras dapat mengurangi dari fungsi ginjal. Mengonsumsi alkohol yang berlebih dapat meningkatkan radikal bebas yang berakibat dalam kerusakan ginjal (9)

6. Air putih dikonsumsi sebanyak 8-10 gelas/ hari
FOTO ARTIKEL WEBSITE-21

Kurangnya cairan dalam tubuh akan berakibat dalam pergerakan air dalam tubuh yang berdampak pada peningkatan kerja dari ginjal. Oleh karena itu perlu minum air putih sebanyak 8-10 gelas per hari. Dalam mengonsumsi minuman kemasan terutama minuman berenergi perlu dibatasi dikarenakan apabila berlebihan dapat meningkatkan risiko dalam penurunan fungsi ginjal. Kandungan Taurin pada minuman berenergi jika dikosumsi terlalu banyak dapat mempersempit pembuluh darah arteri ke ginjal sehingga darah yang menuju ke ginjal berkurang. (10)

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_20 18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf (diunduh pada 23 Mei 2024)
  2. Putri SI, Dewi TK, Ludiana. PENERAPAN SLOW DEEP BREATHING TERHADAP KELELAHAN (FATIGUE) PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HD RSUD JENDRAL AHMAD YANI METRO TAHUN 2022. Jurnal Cendikia Muda. 2023;3:291–9.
  3. Hasanah U, Dewi NR, Ludiana L, Pakarti AT, Inayati A. Analisis Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Penyakit Ginjal Kronik Pada Pasien Hemodialisis. JWK. 2023;8(2):96.
  4. Ivanali K, Amir TL, Munawwarah M, Pertiwi AD. HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK PADA LANJUT USIA DENGAN TINGKAT KESEIMBANGAN. Fisio.2021;21(01):51–7.
  5. Gammack JK. Physical Activity in Older Persons. Missouri Medicine. 114(2):105–9.
  6. Ishiguro, H; Kodama, S; Horikawa, C; Fujihara, K; Hirose, A.S; Hirasawa, R; Yachi, Y; Ohara, N; Shimano, H; Hanyu, O; Sone, H.In Search of the Ideal Resistance Training Program to Improve Glycemic Control and its Indication for Patient with Type 2 Diabetes Mellitus: A Systematic Review and Meta-Analysis. Sports Med. 206;46(1); 67-77 .
  7. Porter Starr KN, Bales CW. Excessive Body Weight in Older Adults. Clinics in Geriatric Medicine. 2015;31(3):311–26..
  8. Pratikaning Sari RS, Sumiatin T, Su’udi, Novita Agnes YL. Gambaran Gaya Hidup Yang Menyebabkan Penyakit Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Jumakes.2023;5(1):12–25.
  9. Szalay CI, Erdélyi K, Kökény G, et al. Oxidative/nitrative stress and inflammation drive progression of doxorubicin-induced renal fibrosis in rats as revealed by comparing a normal and a fibrosis-resistant rat strain. PLoS One. 2015;10(6):e0127090.
  10. Shao, A. & Hathcock, J.N. Risk Assessment For The Amino Acids Taurine, L-Glutamine and LArginine. Regulatory Toxicology and Pharmacology, 2008;50: 376–399.
No Comments

Post A Comment

16617 16621