25 Jun Rutin Konsumsi Serat 30 gram per hari untuk Lansia Lawan Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular atau biasa disebut penyakit jantung ini sangat familier di kalangan lansia. Seringkali muncul penyakit komplikasi setelah didiagnosa penyakit ini. Kebiasaan makan makanan sumber serat bisa jadi cara jitu untuk mencegah timbulnya penyakit komplikasi. Yuk, simak penjelasan selanjutnya!
Apa saja bahan makanan sumber serat?
Sereal dan biji-bijian adalah makanan tinggi serat yang dapat membantu menjaga atau mengurangi berat badan dengan mengurangi nafsu makan dan asupan kalori, menurunkan absorbsi makronutrien, memperlambat laju pencernaan pati, dan menstimulasi pelepasan hormon pencernaan.(1) Rekomendasi konsumsi serat dalam sehari untuk lansia pada usia 50 – 64 tahun yaitu mulai 25 gram untuk perempuan dan 30 gram untuk laki-laki.(2)
Apa fungsi serat dalam tubuh kita?
Sebelum mengetahui tentang fungsi serat dalam tubuh, perlu diketahui juga jenis serat pangan yang ada ya. Ternyata serat pangan ini terbagi menjadi dua berdasarkan kelarutannya dalam air, yaitu serat terlarut (soluble fiber) dan serat tidak terlarut (insoluble fiber). Serat terlarut ini adalah jenis serat yang mudah larut sehingga dapat melewati usus halus dengan mudah dan mudah difermentasikan oleh mikroflora di usus besar. Contohnya pektin, gum, dan beberapa jenis hemiselulosa.(3,4) Dan serat tidak terlarut adalah jenis serat yang bersifat tidak dapat membentuk gel ketika melewati usus halus dan sangat sulit difermentasi oleh mikroflora usus besar manusia.(3,4) Ada loh penelitian tentang serat yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan serat dengan kadar kolesterol total. Penelitian itu menjelaskan karena serat memiliki sifat menurunkan kolesterol darah.(3,4)
Selain menurunkan kolesterol, ada fungsi serat lainnya, yaitu:
- Serat pangan juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin,
- Merangsang efek hormonal dengan menurunkan sekresi insulin,
- Meningkatkan oksidasi lemak, dan
- Mengurangi penyimpanan lemak karena peningkatan rasa kenyang.(1)
Jadi, jika konsumsi serat ditingkatkan sambil menurunkan konsumsi kalori, hal ini bisa menjadi strategi yang tepat untuk mengurangi berat badan dan meningkatkan kontrol terhadap kadar glukosa darah, loh.(5)
Apa saja penyakit kardiovaskular?
Banyaknya penyakit kardiovaskular ini menjadi hal yang menakutkan bagi semua orang. Penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung bisa disebut dengan silent killer.
- Hipertensi atau tekanan darah tinggi ditandai dengan peningkatan tekanan darah melebihi normal (> 120/80 mmHg). Hipertensi sering mengakibatkan keadaan yang berbahaya sampai suatu waktu terjadi komplikasi jantung, otak, ginjal, mata, pembuluh darah, atau organ vital lainnya.(6)
- Penyakit jantung koroner. Penyakit ini ditandai dengan adanya nyeri dada atau dada terasa tertekan pada saat berjalan yang terburu-buru, berjalan datar atau jauh, dan saat mendaki atau bekerja.(7)
- Stroke. Kondisi klinis secara umum dari stroke adalah muncul sakit kepala yang hebat, afasia (gangguan bahasa), hemiparesis (kelemahan otot pada salah satu sisi tubuh), dan facial palsy (kelemahan pada sebagian otot wajah).(8)
- Gagal jantung merupakan keadaan dimana jantung tidak lagi mampu memompa darah dalam jumlah yang memadai ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gejala awal yang dirasakan adalah sesak napas, mudah lelah, dan adanya retensi cairan.(9)
Penyakit yang disebutkan hanya sebagian dari jenis penyakit kardiovaskular. Hati-hati! Masih ada berbagai jenis penyakit jantung yang terdiagnosa pada dewasa maupun lansia. Pemeriksaan dini oleh tenaga kesehatan bisa menjadi langkah awal yang bijak untuk mengobati atau mencegah hal yang tidak diinginkan.
Bagaimana pengaruh konsumsi serat pada pasien dengan penyakit kardiovaskular?
Asupan serat berperan besar pada fungsi usus dan juga dianggap dapat menurunkan kadar kolesterol, kadar gula darah, dan mengurangi risiko obesitas.(10,11) Jenis serat larut air juga diketahui lebih efektif dalam menurunkan konsentrasi kolesterol total dibanding serat tidak larut. Kok bisa ya? Hal ini diketahui berdasarkan penelitian bahwa penurunan terjadi karena mekanisme fermentasi serat larut air oleh mikroflora usus halus. Fermentasi ini kemudian akan memodifikasi produksi asam lemak rantai pendek sehingga menurunkan kadar asetat dan meningkatkan sintesis propionat. Akibatnya, proses ini akan mengurangi sintesis endogen kolesterol dan asam lemak bebas.(1) Singkatnya, jika Anda seorang lansia atau dewasa madya, maka Anda HARUS cukup mengonsumsi serat dalam sehari. Kebiasaan ini akan menyelamatkan masa tua Anda nantinya karena serat akan menekan produksi kolesterol yang bisa menyebabkan munculnya penyakit jantung! Konsumsi buah dan sayur juga bisa dijadikan contoh bahan makanan sumber serat, loh. Kekurangan konsumsi buah dan sayur bukan hanya akan menurunkan asupan serat, tetapi juga menurunkan asupan vitamin dan mineral. Kondisi ini akan memicu terjadinya obesitas dan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, kanker kolon, dan lainnya.(11,12) Tidak ada kata terlambat untuk memulai suatu perubahan. Mulailah secara bertahap untuk rutin mengonsumsi serat minimal 25 – 30 gram dalam sehari.
Ayo menjadi lansia yang cerdas dalam bertindak untuk kebahagiaan di usia senja nanti!
Editor : Aldera, S.Tr.Gz
Referensi
- Han S, Jiao J, Zhang W, Xu J, Wan Z, Zhang W, et al. Dietary fiber prevents obesity-related liver lipotoxicity by modulating sterol-regulatory element binding protein pathway in C57BL/6J mice fed a high-fat/cholesterol diet. Sci Rep [Internet]. 2015;5(October):1–10. Available from: http://dx.doi.org/10.1038/srep15256
- Permenkes RI. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019). Vol. 3. Jakarta; 2019. p. 1–9.
- Kaczmarczyk MM, Miller MJ, Freund GG. The health benefits of dietary fiber: Beyond the usual suspects of type 2 diabetes mellitus, cardiovascular disease and colon cancer. Metabolism. 2012;61(8):1058–66.
- Sinulingga BO. Pengaruh konsumsi serat dalam menurunkan kadar kolesterol. J Penelit Sains [Internet]. 2020;22(1):9–15. Available from: http://ejurnal.mipa.unsri.ac.id/index.php/jps/article/download/556/554
- Velázquez-López L, Muñoz-Torres AV, García-Peña C, López-Alarcón M, Islas-Andrade S, Escobedo-De La Peña J. Fiber in diet is associated with improvement of glycated hemoglobin and lipid profile in mexican patients with type 2 diabetes. J Diabetes Res. 2016;2016.
- Ihsan Kurniawan S. Hubungan Olahraga, Stress dan Pola Makan dengan Tingkat Hipertensi di Posyandu Lansia di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota . J Heal Sci Physiother. 2019;1(1):10– 7.
- Syafrawati S, Roza SH. PENGEMBANGAN MEDIA PROMKES UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT dr. RASIDIN PADANG. Bul Ilm Nagari Membangun. 2023;6(3):160–8.
- Chandra A, Stone CR, Li WA, Geng X, Ding Y. The cerebral circulation and cerebrovascular disease II: Pathogenesis of cerebrovascular disease. Brain. 2017;3(2):57–65.
- Nurkhalis, Adista RJ. Manifestasi Klinis dan Tatalaksana Gagal Jantung. J Kedokt Nanggroe Med. 2020;3(3):104–15.
- Brown JF, Isaacs JS, Krinke UB, Murtaugh MA, Stang J WN. Nutrition Through the life cycle. second edi. Wadsworth T, editor. USA; 2004.
- Siregar MH, Rahmy HA. Kecukupan Konsumsi Buah Dan Sayur Pada Remaja Pada Masa Pandemi Covid-19 Berdasarkan Faktor Demografi. Hearty. 2022;10(2):89.
- Hermina H, S P. Gambaran Konsumsi Sayur dan Buah Penduduk Indonesia dalam Konteks Gizi Seimbang: Analisis Lanjut Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014. Bul Penelit Kesehat. 2016;44(3):4–10.
No Comments