Lansia, Sakit Apa?

Lansia, Sakit Apa?

Bagikan

Dunia kini mengalami transisi demografi menuju struktur penduduk tua (aging population) yang mana peningkatan umur harapan hidup diikuti dengan peningkatan jumlah lansia. Indonesia termasuk negara yang mengalami fenomena tersebut karena dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Jumlah penduduk lansia pada tahun 2022 sebanyak 28 juta, tahun 2023 sebanyak 30 juta, dan tahun 2024 sebanyak 32 juta. (1,2) Hal ini perlu mendapat perhatian karena penuaan pada lansia mengakibatkan penurunan fungsi biologis tubuh, sehingga berpotensi tinggi untuk mengalami masalah kesehatan.

Apa itu Penyakit Tidak Menular?

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit atau kondisi medis yang tidak dapat ditularkan dari satu individu ke individu lainnya. Usia menjadi salah satu faktor risiko PTM yang tidak dapat dikendalikan. PTM diketahui memiliki persentase sebesar 74% sebagai penyebab kematian di dunia yang setara dengan 41 juta orang meninggal setiap tahunnya. Adapun yang utama yaitu penyakit kardiovaskular (17,9 juta), penyakit kanker (9,3 juta), penyakit pernapasan kronis (4,1 juta), dan diabetes (2,0 juta termasuk kematian akibat penyakit ginjal yang disebabkan oleh diabetes). (3)

Tren Penyakit Tidak Menular (PTM) pada Lansia

Ringkasnya, ada beberapa tren PTM yang telah dikelompokkan berdasarkan usia pra lansia (45 – 59 tahun) dan lansia (≥60 tahun) sebagai berikut:

Pada grafik di atas, ada tujuh PTM yang sering dialami oleh kelompok pra-lansia dan lansia. Penyakit yang diketahui banyak dialami pada kelompok pra-lansia yaitu obesitas (kegemukan), sedangkan pada kelompok lansia yaitu hipertensi. (4) Mari kita bahas satu persatu!

1. Obesitas

Obesitas atau kegemukan merupakan kondisi tubuh yang tidak seimbang antara asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) sehingga terjadi penumpukan lemak berlebihan. Indikatornya indeks massa tubuh (IMT), yaitu indeks sederhana untuk menentukan status gizi tubuh yang perhitungannya dari berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2 ). Selain itu, ukuran lingkar perut/lingkar pinggang dalam sentimeter juga dapat digunakan untuk menentukan status gizi tubuh. Berikut klasifikasi dari masing-masing indikator:

Sebenarnya lansia yang obesitas banyak terjadi pada masa pra lansia dan menurun saat memasuki usia 70 tahun. Pada usia 50 – 65 tahun terjadi peningkatan lemak tubuh secara progresif karena lemak didistribusikan kembali secara terpusat dari anggota tubuh ke batang tubuh. Kemudian pada usia 65 tahun ke atas terjadi perubahan hormonal seperti penurunan sekresi hormon pertumbuhan, penurunan respon terhadap hormon tiroid, penurunan testosteron, dan resisenti leptin yang berkaitan dengan penumpukan lemak tubuh. (5) Faktor risiko obesitas lansia diantaranya:

  1. Mengkonsumsi kopi atau teh dengan gula secara berlebihan.
  2. Mengkonsumsi makanan asin secara berlebihan.
  3. Mengkonsumsi makanan yang digoreng secara berlebihan.
  4. Menggunaan minyak goreng berulang.
  5. Kurang aktivitas fisik. (6)
2. Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia karena adanya perubahan fisiologis sistem peredaran darah. Pada lansia, pembuluh darah mengalami penurunan elastisitas dan kemampuan memompa jantung harus lebih keras sehingga terjadi hipertensi. Lansia dengan hipertensi yang tidak terkontrol dapat berisiko komplikasi seperti gagal jantung, gagal ginjal, dan stroke. Berikut faktor risiko hipertensi lansia:

  1. Konsumsi garam secara berlebihan.
  2. Konsumsi makanan asin secara berlebihan.
  3. Mengkonsumsi makanan yang digoreng secara berlebihan.
  4. Kebiasaan merokok dan/atau sering terpapar asap rokok.
  5. Kurang aktivitas fisik.
  6. Riwayat keluarga penderita hipertensi. (7,8)
3. Penyakit Sendi

Penyakit sendi terjadi karena penurunan sistem muskuloskeletal sebagai dampak dari proses penuaan. Tulang lansia mengalami pengurangan zat kapur dan sendi mengalami penurunan kartilago. Bagian tubuh yang sering diserang seperti persendian jari-jari, tulang belakang, serta sendi-sendi yang menopang berat tubuh seperti lutut dan panggul. Penyakit sendi ditandai dengan adanya nyeri, kekakuan, kemerahan, dan pembengkakan yang bukan disebabkan oleh benturan atau kecelakaan. Adapun jenis penyakit sendi meliputi osteoarthritis, hiperurisemia (nyeri akibat tingginya kadar asam urat), dan rematoid arthritis. (9,10)

4. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis adalah gangguan metabolisme tubuh yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah atau lebih dari 200 mg/dl. Lansia sangat berisiko terhadap penyakit DM karena proses menua mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi pankreas dalam memproduksi insulin. Penyakit DM umumnya banyak ditemukan pada lansia obesitas karena ada penumpukan lemak dalam perut yang mengakibatkan insulin tidak bekerja secara baik dan penumpukan darah, sehingga kadar glukosa pun meningkat. Lansia yang kurang aktivitas fisik juga berisiko terhadap DM karena tubuhnya mengalami pengurangan insulin dan peredaran darah tidak lancar. (11,12)

5. Penyakit Jantung

Peningkatan usia meningkatkan kerentanan ateriosklerosis koroner yang berhubungan dengan kerentanan terhadap penyakit jantung. Kondisi ini sama halnya dengan penyakit hipertensi yang penyebabnya karena terjadi penebalan pada dinding aorta, peningkatan pembuluh darah besar, dan penurunan elastisitas pembuluh darah. (13) Sebuah penelitian tentang penyakit infark miokard akut (serangan jantung) menyebutkan beberapa faktor risikonya diantaranya:

  1. Zat toksik rokok (nikotin) diketahui dapat membuat darah kental yang memicu pembekuan darah, mengurangi kadar HDL, mengoksidasi LDL, dan merusak endotel,
  2. Hipertensi diketahui membuat jantung memompa darah lebih keras sehingga bisa menyebakan hipertrofi jantung.
  3. Tingginya kadar glukosa darah diketahui dapat mengoksidasi LDL yang bisa merusak endotel pada pembuluh darah dan membentuk plak aterosklerosis, hingga akhirnya terjadi reaksi penggumpalan darah (trombosis). (14)
6. Stroke

Stroke merupakan penyakit kardiovaskular dengan gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak. Penyakit ini menyerang atau terjadi secara tiba-tiba. Sebagian besar gejalanya berupa kelumpuhan sebagian badan dan/atau penurunan kesadaran. (15) Penyakit stroke serupa dengan hipertensi dan penyakit jantung. Proses penuaan mengakibatkan pembuluh darah mengalami penurunan elastisitas, terutama bagian endotel akan mengalami penebalan pada bagian intima, sehingga lumen pembuluh darah semakin menyempit dan berdampak pada penurunan aliran darah otak. (16)

7. Gagal Ginjal Kronis

Pasien lansia yang menderita penyakit ginjal kronis umumnya memiliki kualitas hidup yang buruk. Hal ini disebabkan pengobatan dan manajemen gagal ginjal kronis lansia melibatkan berbagai aspek, termasuk diet khusus, penggunaan obat-obatan, sesi cuci darah, dan tindakan medis lainnya. Pasien juga dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan, misalnya mengalami depresi, kecemasan, perasaan terisolasi, dan perubahan citra diri akibat perubahan fisik dan keterbatasan yang dialami. Adapun berbagai masalah klinis yang dialami diantaranya:

  1. Kulit terasa gatal.
  2. Adanya darah atau protein dalam urin.
  3. Mengalami kram otot.
  4. Kehilangan nafsu makan.
  5. Penumpukan cairan yang mengakibatkan pembengkakan pada pergelangan kaki dan tangan.
  6. Nyeri pada dada akibat penumpukan cairan di sekitar jantung.
  7. Sesak napas.
  8. Mengalami gangguan tidur.
  9. Terjadi disfungsi ereksi pada pria. (17)

Itulah penjelasan sekilas dari beberapa PTM yang banyak terjadi pada kalangan lansia. Penting untuk diketahui bahwa PTM bagaikan fenomena gunung es dimana hanya sebagian kecil masyarakat yang menyadari bahwa dirinya mempunyai faktor risiko dan menjadi sillent killer yang bisa sewaktu-waktu terjadi. Oleh sebab itu, mari jaga kesehatan sedini mungkin!

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. Badan Pusat Statistik Indonesia. Statistik Indonesia 2022. Jakarta; 2022.
  2. Badan Pusat Statistik Indonesia. Statistik Indonesia 2024. Jakarta; 2024.
  3. World Health Organzation. Noncommunicable Diseases. 16 September 2023. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-diseases
  4. Pusat Daya dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Lansia Berdaya, Bangsa Sejahtera. 2022. Jakarta: 2022.
  5. Bramana, I Gusti Bagus Ngurah Galang dkk. Analisa Indeks Massa Tubuh dan Fleksibilitas Otot Hamstring di Sesetan: Studi Observasional. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia. 2024;13(1):87– 94.
  6. Kristina dan Rahayu Dewi Soeyono. Hubungan Konsumsi Gula Garam Lemak (GGL) dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah Pra Lansia di Desa Simorejo Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Gizi Universitas Negeri Surabaya. 2024.04(1):538–545.
  7. Annisa, Nadiya Sahara dkk. Dukungan Keluarga terhadap Manajemen Hipertensi pada Lansia di Indonesia. Journal of Telenursing. 2024.06(1):657–665.
  8. Indriani dkk. Hubungan Konsumsi Garam, Merokok dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puseksmas Sindang Dataran Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Journal of Public Health Science. 2024.01(1):41–51.
  9. Muna, Naila Dhiya’ul dan Elis Hartati. Hubungan Tingkat Nyeri Sendi dengan Aktivitas Fisik pada Lansia Gangguan Sendi. Journal of Telenursing. 2024.06(1): 200–207.
  10. Mentari, Delia dkk. Implementasi Manajemen Nyeri Menggunakan Stretching Exercise pada Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia dan Pensiunan dengan Masalah Nyeri Sendi. Malahayati Health Student Journal. 2024.04(5):1903–1914.
  11. Susilawati, Endang Fauziyah dkk. Pemberdayaan Keluarga dalam Penatalaksanaan dan Pencegahan Kegawatan Diabetes Melitus pada Lansia melalui Edukasi dan Senam Kaki Diabetes di Desa Plakpak Pamekasan. Jurnal Pengabdian Masyarakat. 2024.03(1): 45–56.
  12. Wulansari, Eka dkk. Perilaku Hidup Sehat Menuju Lansia Bebas Diabetes Melitus. Initium Community Journal. 2024. Available from: https://journal.medinerz.org
  13. Wiryansyah, Oscar Ari dkk. Edukasi Pencegahan dan Penanganan Kegawatdaruratan Penyakit Jantung pada Lansia Bina Sejahtera Palembang. Community Development Journal. 2023.04(6):13669–13673.
  14. Suhestin, Cristy Wanti dkk. Faktor Risiko Kejadian Infark Miokard Akut dengan Elevasi Segmen ST di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2022. Jurnal Pendidikan Tambusai. 2024.08(2): 17361–17370.
  15. Istanti, Maulida Nur dkk. Upaya Pencegahan Stroke pada Lansia melalui Penyuluhan Kesehatan dan Seanm Anti Stroke di Posyandu Lansia Dahlia Godangrejo Karanganyar. Empowerment Journal. 2024.4(1): 8–16.
  16. Nadhifah, Tiara Amoria dan Umi Sjarqiah. Gambaran Pasien Stroke pada Lansia di Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura Tahun 2019. Muhammadiyah Journal of Geriatric. 2022.03(1)23– 30.
  17. Aditama, Nogi Zulfikaredi dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan denga Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis, Jurnal Penelitian Perawat Profesional. 2024.06(1): 109–120.
No Comments

Post A Comment