Zat Gizi dan Bahan Makanan Penderita HIV AIDS

Zat Gizi dan Bahan Makanan Penderita HIV AIDS

Bagikan

Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang disingkat AIDS merupakan gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). (1). Seorang yang terinfeksi HIV biasa disebut dengan “Orang dengan HIV AIDS” dan disingkat menjadi “ODHA”. Seorang yang sudah terinfeksi HIV berisiko mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh dan mengalami gangguan penurunan status gizi. (2). Maka dari itu, untuk mencegah terjadinya penurunan sistem kekebalan dan status gizi lebih lanjut, ODHA perlu memperhatikan asupan makanan sehari-hari untuk membantu mengoptimalkan kesehatan dengan mengonsums gizi yang seimbang. Kekurangan asupan energi, protein, seng, besi, dan vitamin A, C dapat mempercepat perkembangan HIV, mengahambat proses pengobatan dan mengganggu fungsi imun. (3,4).

Zat Gizi dan Makanan Apa Saja yang Dapat Dikonsumsi ODHA?

1. Protein

Kebutuhan protein bagi ODHA yaitu sekitar 12-15% dari kebutuhan energi/hari. (5). Asupan protein yang cukup diperlukan untuk mengatasi hilangnya masa otot yang cepat .4). Protein dapat diperoleh dari bahan makanan seperti susu, daging merah, daging ayam tidak berlemak, kacang-kacangan dan olahanyya seperti tempe, tahu, dan kacang hijau. (6).

FOTO ARTIKEL WEBSITE-4
2. Vitamin A

Vitamin A telah terbukti meningkatkan fungsi sel pembunuh alami secara in vitro dan merangsang fagositosis. Vitamin A telah terbukti dapat menjaga respon imun dan bertindak sebagai antioksidan. (7). Bahan makanan yang mengandung tinggi akan vitamin A adalah hati ayam (4957 mcg), ikan salmon (136 mcg), telur ayam ras (61 mcg), dan udang (18 mcg). (8).

3. Vitamin C

Vitamin C merupakan salah satu zat gizi mikro antioksidan yang dapat membantu pemulihan infeksi. Berperan dalam melindungi sel-sel dan jaringan terhadap kerusakan oleh oksigen reaktif dan nitrogen species yang meningkat selama menderita penyakit menular, terutama ketika sistem kekebalan tubuh diaktifkan untuk menghilangkan adanya virus atau patogen. (9). Kebutuhan rata-rata vitamin C usia remaja-lanjut usia berdasarkan AKG 2019adalah 75 – 90 mg/hari. Sehingga konsumsi vitamin C yang cukup sesuai dengan kebutuhan sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut. Bahan makanan yang mengandung tinggi akan vitamin C antara lain jambu biji (87 mg), kiwi (92,7 mg), duwet (130 mg), papaya (78 mg), daun katuk (164 mg), bayam (41 mg). (8,10,11).

4. Mineral Seng

Zinc atau seng merupakan mineral yang berperan dalam mempertahankan sistem kekebalan tubuh, terutama pada penderita HIV dengan mendukung peningkatan kadar sel Limfosit T dalam darah. (12). Kebutuhan Zinc menurut AKG 2019 pada usia remaja lanjut usia yaitu dalam rentang 9-11 mg/hari. Bahan makanan yang mengandung tinggi seng yaitu daging sapi (6,4 mg), kacang kedelai (3,9 mg), kacang ercis (2,1 mg), ikans sarden (2 mg), ikan tongkol (1,6 mg), udang (1,3 mg), dan telur ayam (1 mg). (8).

5. Zat Besi

Anemia merupakan salah satu komplikasi heamtologi yang sering ditemukan pada ODHA. Perbaikan anemia dapat menurunkan risiko progersi penyakit serta meningkatkan harapan hidup. Anemi aini terjadi karena adanya peningkatan aktivitas destruksi eritrosi dan blood loss akibat perdarahan pada saluran gastrointestinal atau genotourinaria. (13). Bahan makanan yang mengandung tinggi akan zat besi adalah hati ayam (15,8 mg), kacang merah kering (10,3 mg), daun kelor (6 mg), dark chocolate (4,4 mg), tempe (4 mg) bayam (3,5 mg), dan tahu (3,4 mg). (8).

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. Kemenkes. Buku Saku Hepatitis. Jakarta: Pelita Hati; 2020.
  2. Lestari T, Muhlis M, Yamko R, Sumiati T, Andiani A, Surasno DM, et al. Workshop Pelayanan Gizi bagi Orang dengan HIV AIDS. JURNAL BIOSAINSTEK. 2023;5(1):70–3.
  3. Yuniarti Y, Purba MB, Pangastuti R. Pengaruh konseling gizi dan penambahan makanan terhadap asupan zat gizi dan status gizi pasien HIV/AIDS. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2013;9(3):132–8.
  4. Sari JN, Widodo STM. PELATIHAN PEMBUATAN NUGGET KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI ALTERNATIF MAKANAN TINGGI PROTEIN BAGI ODHA DI RUMAH SINGGAH KEBAYA. In 2021. p. 185–92.
  5. Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Gizi bagi ODHA. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014. 23 p.
  6. Mansur S, Surasno DM, Rahayu A. Edukasi Pola Makan pada Orang dengan HIV/Aids (ODHA) di Kota Ternate. JURNAL BIOSAINSTEK. 2022;4(1):47–52.
  7. Mehta S. Gizi dan HIV: Bukti Epidemiologis untuk Kesehatan Masyarakat. New York: Pers CRC; 2018.
  8. TKPI Kemenkes RI. Tabel Komposissi Pangan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2017.
  9. Pettalolo SR. Efek suplementasi ekstrak ikan gabus dan vitamin c terhadap kadar hemoglobin, lekosit, limfosit, albumin dan imt pada pasien hiv/aids. Gizi Indonesia. 2015;38(1):41–8.
  10. Astriningrum EP, Hardinsyah H, Nurdin NM. Asupan asam folat, vitamin B12 dan vitamin C pada ibu hamil di indonesia berdasarkan studi diet total. Jurnal Gizi dan Pangan. 2017;12(1):31–40.
  11. Suprayogi D. Uji kualitatif vitamin C pada berbagai makanan dan pengaruhnya terhadap pemanasan. Sainmatika: Jurnal Sains dan Matematika Universitas Jambi. 2011;3(1):221096.
  12. Maulia PH. Status Zinc dan Peran Suplementasi Zinc Terhadap Sistem Imun pada Pasien HIV/AIDS: a Systematic Review. Media Gizi Indonesia. 2019;14(2):115–22.
  13. Fransiska YY, Kurniawaty E. Anemia pada Infeksi HIV. Jurnal Majority. 2015;4(9):123–8.
No Comments

Post A Comment