Peran Ibu sebagai Ujung Tombak dalam Pencegahan Stunting pada Anak

Peran Ibu sebagai Ujung Tombak dalam Pencegahan Stunting pada Anak

Bagikan

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang kesehatannya harus diperhatikan agar menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pada saat ini stunting merupakan permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas karena dapat berdampak pada kecerdasan dan produtivitas kerja anak di masa mendatang. Pada upaya pencegahan stunting peran ibu sangat penting.

Menteri Kesehatan mendefinisikan Stunting sebagai perawakan pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 Standar Deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO, disebabkan karena kekurangan gizi kronik yang berhubungan dengan status sosioekonomi rendah, asupan gizi dan kesehatan ibu yang buruk, riwayat sakit berulang dan praktik pemberian makan pada bayi dan anak yang tidak tepat. (1) Masalah gizi terutama stunting pada balita dapat menghambat perkembangan anak, dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya seperti penurunan intelektual, rentan terhadap penyakit tidak menular, penurunan produktivitas hingga menyebabkan kemiskinan. (2) Status gizi ibu hamil sangat memengaruhi keadaan kesehatan dan perkembangan janin. Gangguan pertumbuhan dalam kandungan dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). (3) Ibu merupakan satu satunya yang berhubungan langsung dengan kesehatan anak mulai dari dalam kandungan dan setelah dilahirkan, sehingga peran ibu sangat penting sebagai ujung tombak dalam pencegahan stunting pada anak. Ada beberapa peran yang bisa ibu lakukan untuk mencegah kejadian stunting pada anak, baik saat hamil maupun sesudah melahirkan. (4)

Peran Ibu saat Hamil dalam Mencegah Stunting pada Anak :

1. Cegah Anemia

Ibu hamil yang menderita anemia meningkatkan kemungkinan melahirkan anak yang stunting. (5) Pencegahan Anemia pada saat hamil dapat dilakukan dengan mengkonsumsi secara harian protein hewani (ati, telur, ikan, unggas, daging merah) dan meminum tablet tambah darah minimal 90 tablet selama 3 bulan pertama kehamilan. (4)

2. Cegah Kekurangan Energi Kronik (KEK)

Ibu hamil yang mengalami KEK dapat beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan stunting. (5) Pencegahan KEK pada Ibu hamil dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan sesuai gizi seimbang. Kondisi KEK bisa dideteksi dini dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA). Minimal LiLA bagi ibu yang sehat adalah 23,5 cm. (4)

3. Antenatal Care (ANC) berkualitas
FOTO ARTIKEL WEBSITE-21

Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar. (6) Antenatal care harus memenuhi kuantitas minimal dan kualitas yang maksimal dalam pencegahan stunting. (6)

Peran Ibu sesudah Melahirkan dalam Mencegah Stunting pada Anak :

1. Memberikan ASI Eksklusif & Lanjutan
  1. Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah persalinan dan skin-to-skin contact minimal 1 jam.
  2. Berikan ASI eksklusif kepada bayi dari usia 0 – 5 bulan dan teruskan hingga usia 2 tahun jika memungkinkan.
  3. Berikan Makanan Pendamping ASI dari usia 6 – 23 bulan. (4)
2. Memberikan MPASI, Makanan Bayi dan Anak
  1. Banyak makan sayur (250 gr/hari setara dengan 2,5 porsi sayur) dan buah buahan (150 gr/hari setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang, 1,5 potong pepaya ukuran sedang, atau 3 buah jeruk ukuran sedang).
  2. Biasakan mengkonsumsi aneka ragam makanan pokok.
  3. Batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak.
  4. Biasakan sarapan.
  5. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman.
  6. Biasakan membaca label pada kemasan pangan.
  7. Kecukupan nilai kalori dan kandungan gizi makanan sesuai kebutuhan berdasarkan umur, bervariasi sesuai dengan ketersediaan lokal dan musim. (4)
3. Pemantauan Pertumbuhan
  1. Identifikasi ukuran berat dan tinggi awal anak dari sejak lahir hingga usia 2 tahun untuk mengetahui kemajuan pertumbuhannya.
  2. Bayi dikategorikan memiliki Berat Lahir Rendah (BBLR) apabila berat badannya kurang dari 2.500 gram (Kementerian Kesehatan).
  3. Perkembangan berat dan tinggi badan anak dapat dilakukan setiap bulan di posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya dan hasilnya bisa dicatat di Kartu Menuju Sehat (KMS) yang tersedia di dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). (4)

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. Kemenkes RI. Keputusan Meneteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/1928/2022 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Stunting. Jakarta; 2022.
  2. Arini D, Mayasari AC, Rustam MZA. Gangguan Perkembangan Motorik Dan Kognitif pada Anak Toodler yang Mengalami Stunting di Wilayah Pesisir Surabaya. J Heal Sci Prev. 2019;3(2):122–8.
  3. Timban JFJ, Tangkere EG, Lumingkewas JRD. Peran Perempuan Dalam Pencegahan Stunting Di Kecamatan Bunaken Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara. Stud Soc Sci. 2019;2(1):8.
  4. Cegahstunting.id. Cegah Stunting, Itu Penting [Internet]. 2021 [cited 2023, Dec 10]. Available from: https://cegahstunting.id/kategori/keluarga/ibu-muda/
  5. Rokom. Saat Remaja Menderita Anemia, Ibu Hamil Berisiko Lahirkan Anak Stunting [Internet]. Sehat Negeriku. 2021 [cited 2023, Dec 10]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis media/20210122/5236847/saat-remaja-menderita-anemia-ibu-hamil-berisiko-lahirkan-anak stunting/
  6. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentas. Cegah Anemia dan Stunting Sejak Kehamilan [Internet]. PPID Semarang. 2023 [cited 2023, Dec 10]. Available from: https://ppid.semarangkota.go.id/cegah-anemia-dan-stunting-sejak-kehamilan/
No Comments

Post A Comment

16617 16621