Makanan Terkini, Risiko Terkini: Kesenjangan Gizi dan Lonjakan Kejadian Stroke pada Usia Produktif

Makanan Terkini, Risiko Terkini: Kesenjangan Gizi dan Lonjakan Kejadian Stroke pada Usia Produktif

Bagikan

Banyak masyarakat yang berpikir bahwa stroke hanya menyerang orang tua saja dan selalu dikaitkan dengan usia tua. Namun, perlu diketahui bahwa di era sekarang ini stroke sudah mulai mengancam usia produktif. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi stroke berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia adalah 10,9% dan prevalensi menurut karakteristik kelompok usia 15-34 tahun adalah 2%. (1)

FOTO ARTIKEL WEBSITE-2

Stroke merupakan kerusakan pada bagian otak yang terjadi apabila pembuluh darah yang membawa oksigen dan zat-zat gizi ke bagian otak tersumbat atau pecah. Stroke merupakan penyebab disabilitas nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung iskemik baik di negara maju maupun berkembang. Stroke adalah penyebab kecacatan dan kematian nomor satu di Indonesia. Stroke dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia. Serangan stroke yang mendadak dapat menyebabkan kecacatan fisik dan mental bahkan kematian, baik pada usia produktif maupun lanjut usia. (2,3)

Pola makan menjadi salah satu penyebab terbesar seseorang menderita penyakit stroke. Berkat kemajuan dan kecanggihan teknologi sekarang ini, semakin banyak variasi makanan cepat saji yang dapat memikat selera masyarakat terutama para remaja. Siapa yang tidak mengenal makanan cepat saji, seperti pizza, hamburger, nugget, hot dog, kentang goreng, mie instan, donat, keripik kentang yang selalu menggoda untuk disantap? Pola konsumsi remaja saat ini mulai berganti dengan lebih sering mengonsumsi fast food maupun junk food. (4, 5) Mereka lebih memilih makanan cepat saji karena makanan tersebut lebih mudah ditemukan, pelayanan yang cepat, praktis, harga yang terjangkau, dan juga dianggap sebagai makanan kekinian yang dapat meningkatkan gengsi mereka. Makanan tersebut dianggap sebagai makanan modern serta berkelas, sehingga mejadi makanan yang gaul dan menjadi trend bagi kalangan remaja. Mereka akan mengabadikan momen melalui selfi atau berswafoto bersama makanan kekinian yang sedang viral dan merasa bangga memamerkan makanannya di sosial media.

FOTO ARTIKEL WEBSITE-3

Makanan cepat saji biasanya mengandung tinggi garam, lemak, dan gula, namun rendah zat gizi lain yang dibutuhkan tubuh serta jarang menyediakan buah, sayur, atau biji-bijian. Konsumsi makanan cepat saji dapat meningkatkan asupan garam dan kalori sehingga dapat menyebabkan peningkatan berat badan, obesitas, hipertensi, serta dislipidemia yang akan meningkatkan risiko stroke. (5, 6, 7) Makanan cepat saji adalah makanan yang dapat dengan mudah dan cepat diolah sebagai pengganti makanan rumahan. Makanan ini banyak menggunakan zat aditif berupa bahan pengawet, penyedap, dan pemanis. (6)

  1. Zat aditif
    Zat aditif pada umumnya digunakan untuk menjaga mutu dan kestabilan makanan. Zat aditif yang sering digunakan dalam makanan cepat saji adalah penyedap rasa (monosodium glutamate) dan pengawet. Zat aditif yang terkandung dalam pengawet bisa mengakibatkan kerusakan hati hingga kanker hati jika dikonsumsi secara berlebihan.
  2. Sodium
    Sodium merupakan bagian dari garam yang dapat meningkatkan aliran darah sehingga menimbulkan hipertensi dan akan berpengaruh pada munculnya gangguan ginjal hingga stroke. Makanan cepat saji cenderung mengandung garam tinggi yang dapat meningkatkan air liur dan sekresi enzim, sehingga meningkatkan keinginan untuk terus makan makanan tersebut.
  3. Lemak jenuh
    Tingginya kandungan lemak jenuh dan natrium dalam makanan cepat saji dapat menyebabkan hipertensi. Lemak jenuh juga merupakan zat yang merangsang hati dan memproduksi banyak kolestrol. Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah sehingga mengakibatkan stroke.
  4. Gula
    Konsumsi makanan dengan kadar gula yang tinggi dapat menyebabkan diabetes, obesitas dan kerusakan gigi. (7)

Selain pola makan, faktor lain yang dapat memicu terjadinya stroke pada usia muda adalah obesitas, hipertensi, dislipidemia, gaya hidup sedentari atau kurang aktif bergerak, kurang istirahat, stress, merokok, dan minum alkohol. (2)

  1. Gaya Hidup Sedentari/Sedentary Lifestyle Malas gerak (mager) dalam dunia medis disebut Sedentary Lifestyle, yaitu kondisi dimana seseorang tidak aktif secara fisik, sering rebahan, dan jarang bergerak. Seiring dengan canggihnya teknologi saat ini, membuat banyak hal terasa lebih mudah dan praktis melalui gadget, sehingga meningkatkan rasa “mager” pada anak muda. Kegiatan bekerja seperti duduk didepan komputer dalam waktu yang lama serta aktivitas fisik yang rendah dapat meningkatkan risiko stroke yang lebih tinggi pada usia muda. (8)
  2. Kurang Istirahat Kebiasaan kerja hingga larut malam, begadang, stress, dan kurang tidur dapat mengurangi waktu ideal untuk istirahat. Bila semua itu dilakukan setiap hari, kerja jantung akan mulai terganggu, sehingga menimbulkan tekanan darah tinggi yang dapat memicu penyakit stroke.
  3. Merokok Paparan asap rokok mengandung sejumlah zat kimia yang berbahaya terhadap pembuluh darah. Kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya plak pada pembuluh darah, sehingga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya stroke.

Untuk mencegah kejadian stroke diusia muda, kita dapat melakukan aksi pencegahan sebagai berikut:

  1. Kurangi konsumsi makanan maupun minuman yang tinggi gula, garam, lemak/minyak. Batasi konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (GGL) dengan batas maksimal per hari gula 4 sendok makan, garam 1 sendok teh, dan lemak 5 sendok makan
  2. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan tinggi serat
  3. Melakukan aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu atau 30 menit per hari selama 5x dalam seminggu
  4. Menjaga berat badan ideal
  5. Hindari konsumsi alkohol dan merokok
  6. Cek kesehatan secara rutin.

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta; 2018.
  2. P2PTM Kemenkes RI. Stroke Dapat Dicegah, Kenali Faktor Risiko dan Gejalanya [Internet]. Kemenkes RI. 2017 [cited 2023 November 10]. Available from: https://p2ptm.kemkes.go.id/post/stroke-dapat-dicegah-kenali-faktor-risiko-dan gejalanya#:~:text=Stroke%20dapat%20terjadi%20pada%20siapa,sayangi%20%E2%80%94%20tet api%20stroke%20dapat%20dicegah.
  3. Suhandini, Tin dkk. Gambaran Status Gizi pada Pasien Stroke Non Hemoragik di Poliklinik Syaraf RSUD Dr. R. Soetrasno Rembang. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Stikes Cendekia Utama Kudus. 2022;11(2).
  4. Laksono, RA., Mukti, ND., & Nurhamidah, D. Dampak Makanan Cepat Saji Terhadap Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi “X” Perguruan Tinggi “Y”. JIKM. 2022;14(1):5.
  5. Morgenstern LB, dkk. Fast Food and Neighborhood Stroke Risk. Ann Neurol. 2010;66(2):165-70.
  6. Alfora, D., Saori, E., & Fajriah, LN. Pengaruh Konsumsi Makanan Cepat Saji Terhadap Gizi Remaja. Florona : Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2023;2(1).
  7. Tanjung, NU dkk. Junk Food dan Kaitannya dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat. 2022;14(3).
  8. Wuryani, SM. Efek Jangka Panjang “Malas Gerak” Bagi Kesehatan [Internet]. Kemenkes RI. 2022 [cited 2023 November 10]. Available from:https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/959/efek jangka-panjang-malas-gerak-bagi-kesehatan.
  9. Zavitsanou A, Drigas A. Nutrition in Mental and Physical Health. Tech Soc Sci J. 2021;23(9):67–77.
No Comments

Post A Comment