01 Mar WASPADA Virus Rabies! Begini Peran Gizi untuk Cegah Perkembangannya
Rabies adalah penyakit virus yang menyerang sistem saraf pusat dan dapat dicegah dengan pemberian vaksin. Para ilmuwan memperkirakan jumlah kematian akibat rabies antara 30.000 hingga 70.000 kasus setiap tahunnya. Di Afrika dan Asia, 40% korban umumnya adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun (1,2). Tercatat hingga April 2023, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengumumkan bahwa terdapat 31.113 kasus dan 11 kematian akibat rabies. Saat ini, virus rabies (Lyssavirus) dianggap sebagai endemik di 26 provinsi yang berbeda (3). Maraknya kasus rabies di beberapa daerah, sudah sepatutnya membuat kita sadar akan pentingnya menjaga kesehatan diri dan hewan peliharaan. Artikel ini akan membahas etiologi, pencegahan serta peran gizi terhadap paparan virus rabies. Simak selengkapnya!
Bagaimana penularan rabies bisa terjadi?
Beberapa hewan yang dapat menularkan virus rabies diantaranya anjing, kucing, rubah, kelelawar, kera, rakun, tikus, dan sigung. Terdapat dua cara penyebaran virus rabies ini ke manusia. Pertama, virus menyebar melalui gigitan dan air liur dari hewan yang terinfeksi, Kedua, virus dapat menyebar melalui udara, seperti ketika seseorang menghirup, menelan, melewati plasenta, ataupun transplantasi organ (2,4).
Gejala awal seseorang terinfeksi virus rabies mirip dengan sindrom virus lainnya, yaitu :
- Demam,
- Sakit kepala,
- Merasa cemas,
- Gelisah,
- Nyeri dan kesemutan, serta
- Sensasi terbakar pada lokasi luka (1,2).
Setelah virus masuk ke sistem saraf pusat, ia mulai berkembang dan menyebabkan peradangan. Pada fase inkubasi ini biasanya terjadi mulai dari 1 minggu hingga 1 tahun setelah seseorang tertular virus (1). Fase ini menimbulkan gejala yang lebih parah, seperti :
- Kebingungan,
- Hiperaktif,
- Hydrophobia, sebuah kondisi di mana seseorang dapat mengalami kejang parah di otot faring ketika terkena air,
- Aerophobia, takut angin atau udara segar,
- Paralisis,
- Afasia, dan
- Kematian (1,2).
Lalu, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan setelah mengalami gejala-gejala tersebut?
Sebaiknya segera dilakukan penanganan pada bekas gigitan atau luka dan tidak menunggu sampai gejala memburuk. Saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk rabies. Upaya yang utama adalah dengan tindakan preventif, mencakup vaksinasi, pemberian edukasi, dan pemantauan hewan peliharaan (2).
Terdapat 3 cara yang dapat dilakukan sebagai bentuk pencegahan, yaitu :
- Pencucian menyeluruh dengan air dan sabun setidaknya 15 menit dan pengobatan lokal pada luka segera setelah terpapar. Hal ini dilakukan untuk mencegah virus memasuki sistem saraf pusat.
- Melakukan vaksinasi rabies untuk diri sendiri dan hewan peliharaan, serta pemberian Serum Anti Rabies (SAR) di fasilitas kesehatan terdekat.
- Mengetahui ciri-ciri hewan yang terinfeksi rabies dan selalu menjaga imun tubuh.
Salah satu cara untuk menjaga imunitas tubuh adalah dengan konsumsi makanan bergizi ataupun suplemen. Disinilah gizi berperan, sebab banyak ulasan dan studi telah menekankan kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas vaksin melalui intervensi diet dengan probiotik, vitamin, dan nutraceuticals lainnya (1,5).
Mikronutrien dan probiotik untuk efektivitas vaksin optimal
Makanan bergizi memainkan peran penting dalam meningkatkan imunitas tubuh. Jenis mikronutrien seperti vitamin A, vitamin C, serta suplemen probiotik dianggap mampu meningkatkan keefektifan vaksin rabies pada inangnya (5,6). Beberapa makanan seperti tomat, nasi, pisang, kedelai, selada dan kentang direkomendasikan sebagai “edible vaccine” dan menggabungkannya dengan program imunisasi lainnya untuk mengoptimalkan pelepasan antigen (7).
- Vitamin A
Sumber vitamin A pada makanan dapat diperoleh dari tomat, wortel, hati, kuning telur, pepaya, mangga dan jagung kuning. Beberapa makanan tersebut juga mengandung asam askorbat dan karotenoid yang tinggi, sehingga mampu meningkatkan fungsi imun tubuh. Vitamin A juga dapat diperoleh melalui suplementasi vitamin A (5,8). - Vitamin C
Sumber makanan yang kaya akan vitamin C diantaranya jeruk, papaya, mangga, pisang, melon, alpukat, sawi, brokoli, kubis, stroberi, dan jambu biji (8). Pada dosis tertentu, vitamin C dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan efektivitas vaksinasi karena fungsinya sebagai imunomodulator. Sifat antioksidan yang diberikan juga dapat melindungi tubuh dari efek stres oksidatif (6). - Probiotik
Probiotik yang paling umum digunakan diantaranya Bifidobacterium, Saccharomyces boulardii dan Bacillus coagulans. Serta kelompok bakteri gram positif meliputi Lactobacilli, Streptococci, dan Enterococci (2). Probiotik dapat dikonsumsi melalui suplemen ataupun ditemukan dalam makanan seperti yogurt, buah leci, manggis, sereal jagung, tempe, dan sayuran fermentasi (kimchi) (9).
Dalam kasus ini, peningkatan fungsi imun tubuh diperlukan sebagai upaya preventif maupun upaya pemeliharaan. Jadi, selalu jaga imunitas tubuh kamu dengan makanan bergizi ya.
Editor : Aldera, S.Tr.Gz
Referensi
- World Health Organization. Rabies [Internet]. 2023. Available from: https://www.who.int/news room/fact-sheets/detail/rabies
- Koury R, Warrington SJ. Rabies. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022.
- Rokom. Hingga April 2023 ada 11 Kasus Kematian Karena Rabies, Segera ke Faskes jika Digigit Anjing! [Internet]. Redaksi Sehat Negeriku. 2023 [cited 2023 Sep 8]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230602/3343156/hingga-april-2023-ada-11- kasus-kematian-karena-rabies-segera-ke-faskes-jika-digigit-anjing/
- Promkes RSST RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Mengenal Penyakit Rabies [Internet]. Kementrian Kesehatan Direktoral Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2023. Available from: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2531/mengenal-penyakit-rabies
- Najam A, Ahmad S, Abid R, Ali H, Husnain M, Aziz T, et al. Immune-adjuvant Effect of Vitamin A and Probiotics Supplementation on Humoral Response to Cell Culture Rabies Vaccine in Rabbits. 3 Biotech [Internet]. 2023;13(7):1–11.
- Sindi N. Evaluation of The Efficacy of Vitamin C on The Immune Response After Rabies Virus Vaccine in BALB/c Mice. Eur Rev Med Pharmacol Sci. 2023;27(5):1808–15.
- Patel P, Patel R, Patel S, Patel Y, Patel M, Trivedi R. Edible Vaccines: A Nutritional Substitute for Traditional Immunization. Pharmacogn Rev. 2022;16(32):62–9.
- Mardalena I. Dasar-Dasar Ilmu Gizi dalam Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2017. 250 p.
- National Institutes of Health Office of Dietary Supplements. Probiotics [Internet]. U.S. Department of Health and Human Services. 2022. Available from: https://ods.od.nih.gov/factsheets/Probiotics HealthProfessional/
No Comments