09 Nov Evolusi Pemahaman Tentang Gizi Serta Dampak Terhadap Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Pendidikan gizi mengenai kesadaran akan pentingnya makanan yang seimbang dalam mendukung kesehatan tubuh telah mengalami perkembangan yang signifikan di Indonesia sepanjang sejarahnya. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana pemahaman tentang gizi yang telah berkembang dari masa lalu hingga saat ini, dan bagaimana perubahan ini telah berdampak pada kesehatan masyarakat di Indonesia. .
1. Zaman Pra-Kemerdekaan dan Keterbatasan Pemahaman Gizi
Pada masa pra-kemerdekaan yang tercatat sejarah dimulai pada tahun 1950. Prof. Dr. Poerwo Soedarmo (dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia) merupakan pemimpin Lembaga Makanan Rakyat (Instituut Voor Volkvoeding) yang bertugas untuk mempelajari hubungan makanan dan kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan memperbaiki pola konsumsi makanan (5). Pengetahuan tentang gizi dan dampaknya terhadap kesehatan masih sangat terbatas di Indonesia. Pada masa itu, masalah gizi yang banyak dihadapi oleh masyarakat adalah busung lapar, kurang gizi, angka kematian yang tinggi, serta isu-isu krisis pangan (5). Masyarakat mengandalkan makanan pokok seperti nasi, tetapi sering menghadapi masalah kekurangan gizi karena kurangnya variasi dalam pola makan mereka. Tanaman-tanaman pangan lokal yang kaya akan zat gizi tidak selalu dimanfaatkan sepenuhnya (3). .
2. Era Kemerdekaan dan Langkah Pertama dalam Pendidikan Gizi
Setelah Indonesia merdeka, kesadaran akan pentingnya gizi mulai tumbuh. Pemerintah serta peneliti meluncurkan program-program pendidikan gizi dan promosi gizi untuk mengatasi masalah kekurangan gizi, seperti pemberian vitamin A kepada anak-anak. Program-program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dasar tentang makanan sehat dan mempromosikan pola makan yang seimbang. Oleh karena itu, dapat memperkenalkan promosi gizi dengan slogan “Empat Sehat Lima Sempurna” (2,5).
3. Diversifikasi Pangan dan Pendidikan Gizi yang Lebih Mendalam
Dalam beberapa dekade berikutnya, pemerintah Indonesia semakin fokus pada diversifikasi pangan dan pendidikan gizi yang lebih mendalam. Program pangan tambahan dan pendidikan makanan bayi (MP-ASI) diperkenalkan untuk mengatasi masalah gizi buruk pada anak-anak. Pemerintah juga mengarahkan perhatian pada pangan lokal yang kaya zat gizi, serta mendorong masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang beragam, bergizi, dan berimbang dari sumber tanaman pangan (3).
4. Abad 21: Gizi dalam Era Modern
Pada awal abad 21, masalah gizi seperti obesitas dan gizi kurang semakin mendapatkan perhatian. Obesitas disebabkan karena perubahan pola makan yang gaya hidup modern yang tidak sehat yang cenderung lebih mengandalkan makanan cepat saji dan makanan olahan yang sering kali mengandung tinggi gula, garam, dan lemak jenuh, serta kurangnya aktivitas fisik (1). Oleh karena itu, pemerintah dan organisasi kesehatan berfokus pada edukasi mengenai pola makan seimbang, menghindari makanan cepat saji yang tidak sehat, dan mendorong aktivitas fisik. Gizi kurang merupakan isu gizi yang sangat serius meskipun sebagian besar dunia telah membuat kemajuan dalam mengurangi kelaparan. Persoalan penting yang menjadi kendala untuk menurunkan prevalensi gizi kurang di Indonesia yaitu faktor kesenjangan daerah antara perkotaan dan pedesaan sehingga terjadinya ketidakstabilan ekonomi dan memiliki pendidikan rendah. Gizi kurang juga dapat disebabkan oleh perubahan iklim di suatu daerah yang dapat mempengaruhi akses ketahanan pangan (4). Maka dari itu, pemerintah dan organisasi kesehatan memiliki tanggung jawab untuk mendukung upaya penekanan angka prevalensi gizi kurang di Indonesia demi mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan terkait gizi.
5. Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun ada peningkatan kesadaran tentang gizi dan kesehatan di Indonesia, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Pengenalan makanan cepat saji, perubahan gaya hidup, dan akses terbatas terhadap makanan sehat masih merupakan hambatan. Pendidikan gizi dan penyuluhan tentang kesadaran pola makan harus terus dilakukan untuk menciptakan perubahan positif dalam perilaku makan masyarakat. Pemahaman tentang gizi di Indonesia telah mengalami evolusi yang penting dari masa pra-kemerdekaan hingga saat ini. Pendidikan gizi, diversifikasi pangan, dan kesadaran akan dampak kesehatan telah memainkan peran kunci dalam mempengaruhi kebiasaan makan masyarakat. Upaya dilakukan terus-menerus untuk menghadapi tantangan gizi kontemporer dan memastikan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
Editor : Aldera, S.Tr.Gz
Referensi
- Agustian, H, Kumala, M. Hubungan Sarapan dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Angkatan 2013. Tarumanagara Medical Journal. 2018;1(1):80–88.
- Estofany, F. Konsep Dasar dan Sejarah Perkembangan Ilmu Gizi {Internet}. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementrian Kesehatan. 2022. {cited 2023, Aug 15}. Available from https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/728/konsep-dasar-dan-sejarah-perkembangan-i lmu-gizi
- Gardjito, M, Djuwardi, A, Harmayani, E. Pangan Nusantara: Karakteristik dan Prospek Percepatan Diversifikasi Pangan Edisi Pertama. Jakarta: Kencana. 2013, 6-10 p.
- Saputra, W, Nurrizka, R. H. Faktor Demografi dan Risiko Gizi Buruk dan Gizi Kurang. Makara Kesehatan. 2012:16(2):95-101.
- Sitasari, A,et.al. Gizi Kesehatan Masyarakat. Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi. 2022, 1-3 p.
No Comments