09 Nov Intip 7 Fakta Menarik, Sejarah Perkembangan Gizi di Indonesia!
Kita semua pasti mengetahui bahwa setiap hal yang ada pada masa sekarang, tentunya tidak luput dari hasil perkembangan ilmu yang ada pada masa lampau. Oleh karena itu sejarah sering disebut dengan “ilmu tentang perubahan”. (1) Memahami sejarah gizi berarti memahami peta jalan perkembangan masa lalu dan pihak yang berjasa dalam perkembangan ilmu gizi ini. Maka tak heran, jika sejarah memiliki peran penting sebagai petunjuk sekaligus pengalaman berharga bagi kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik. (2) .
Jadi, apa yang dimaksud dengan istilah ‘Gizi”?
Pada era digital seperti sekarang ini, banyak masyarakat mulai mengenal istilah “Gizi”. Istilah gizi atau nutrition, berasal dari bahasa latin “nutr” yang berarti “to nurture”, yaitu memberi makan dengan baik. (2). Gizi merupakan bagian dari substansi pangan dan substansi tubuh manusia, sehingga gizi dapat menjadi penentu kualitas sumber daya manusia. (3) Gizi juga dapat berarti makanan dan minuman yang menyehatkan, dimana hal tersebut dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang dapat mengganggu kelangsungan hidup manusia. (4) .
Perkembangan Ilmu Gizi
Seiring dengan bertambahnya kebutuhan terkait gizi sebagai solusi permasalahan kesehatan pada manusia, maka terciptalah ilmu gizi. Ilmu gizi lahir dari proses kecerdasan berpikir yang mempelajari manusia dengan memanfaatkan alam sebagai makanan atau minuman yang menyehatkan, dan dibantu oleh dasar-dasar ilmu sebelumnya. (2) Sehingga sampai detik ini, penerapan dan perkembangan mengenai ilmu gizi dapat kita rasakan manfaatnya.
Fakta sejarah gizi di Indonesia
Perkembangan yang modern saat ini tak terlepas dari sejarah asal mula terbentuknya gizi di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya sejarah yang mendukung perkembangan ilmu gizi secara terus menerus dan semakin baik. Berikut merupakan ulasan singkat mengenai beberapa fakta seputar sejarah gizi yang ada di Indonesia:
1. Kegiatan survei makanan rakyat di Indonesia telah ada sebelum Perang Dunia II
Pada tahun 1934, kegiatan gizi di Indoensia ditangani oleh Instituut Voor Volksvoeding, suatu lembaga pemerintahan Hindia Belanda yang berada dalam Instituut Eijkman di Jakarta. Perhatian waktu itu banyak dicurahkan pada penelitian di laboratorium, klinik dan survei makanan rakyat di desa-desa yang dikenal antara lain : menee enderseek di Pacet, Rengasdengklok, Segalaherang, Cirebon, Pulosari, Kutowinangun, dan sebagainya. (5)
2. Ilmu gizi ternyata sangat erat hubungannya dengan ilmu kedokteran, pertanian, kimia, dan ekonomi
Terbukti pada masa lampau telah terjadi adanya kerjasama antara tokoh-tokoh seperti DeHaas, Prof. Blank Haart, Pestmus, Van Voen, Donath, Terra, Ockee dalam mempelajari masalah makanan rakyat. (5) Masalah busung lapar, defisiensi vitamin A, defisiensi protein dan kalori, beri-beri, gondok endemik telah dipelajari dan ditulis dengan terperinci.
3. Adanya Organisasi Gizi bernama “Lembaga Makanan Rakyat”
Pada tahun 1950 Prof. Dr. Poerwo Soedarmo mendapat amanah untuk memimpin Insituut voor Volksvoeding, yang selanjutnya dinamakan sebagai Lembaga Makanan Rakyat. Bertempat di Gedung Eijkman di jalan Diponegoro No. 69, Jakarta, yaitu salah satu gedung yang berada dalam lokasi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Secara garis besar, Lembaga Makanan Rakyat bertugas mempelajari kesehatan penduduk dalam hubungannya dengan makanan, serta memperbaiki konsumsi makanan untuk meningkatkan taraf kesehatan penduduk. (5)
4. “25 Januari” ditetapkan sebagai Hari Gizi Nasional
Sejak tahun 1960 Lembaga Makanan Rakyat memperingati dimulainya pengkaderan sumber daya manusia di bidang gizi setiap tahunnya di tanggal 25 Januari, dan diteruskan oleh Direktorat Gizi Masyarakat hingga kini yang lebih dikenal dengan Hari Gizi Nasional dan menjadi salah satu agenda tahunan resmi Kementerian Kesehatan. (5) Tahun 1951 tepatnya pada tanggal 25 Januari, Lembaga Makanan Rakyat juga mendirikan Sekolah Juru Penerang Makanan di Pasar Minggu Jakarta. (5)
5. Slogan “Empat Sehat Lima Sempurna” berganti menjadi “Gizi Seimbang”
Dalam usaha menyebarkan kesadaran gizi kepada masyarakat luas, sejak tahun 1951 dipopulerkan slogan “Empat Sehat Lima Sempurna”, suatu pedoman sederhana menyusun menu sehat. (5) Menteri Kesehatan, Prof. Satrio meningkatkan kegiatan gizi dengan membentuk Komando Operasi Gizi. Slogan “Empat Sehat Lima Sempurna” dianggap tidak cocok lagi dengan keadaan dan kemudian ditinggalkan. (5) Selanjutnya dipopulerkan “Menu Seimbang”, suatu revolusi menu untuk mengubah pola makanan yang beras sentris menjadi pola makan beraneka ragam yang bermakna pokok plural.
Pada tahun 1995, Direktorat Gizi Departemen Kesehatan mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dengan 13 pesan dasar didalamnya, sebagai tindak lanjut rekomendari Konferensi Gizi Internasional di Roma tahun 1992 dengan tujuan mencapai dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi seluruh penduduk sebagai prasyarat membangun sumber daya manusia. (5) Perbedaan mendasar Pedoman gizi seimbang dengan 4 sehat 5 sempurna adalah konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. (6) Pedoman Gizi Seimbang menggunakan logo simbol Tumpeng Gizi Seimbang, seperti gambar di bawah ini.
6. Bapak Gizi Indonesia adalah Prof. Dr. Poerwo Soedarmo
Pada tahun 1957 dibentuk Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) sebagai wadah organisasi profesi di bidang gizi. Pada tahun 1967 PERSAGI menyelenggarakan Kursus Penyegaran Ilmu Gizi, pada saat itu sekaligus mengangkat Prof. Dr. Poerwo Soedarmo sebagai “Bapak” Gizi Indonesia. Nutrisionis- nutrisionis yang bekerja di daerah menyambut baik kegiatan ini dan dapat hadir dalam kursus yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali. Pada tahun 1960-an juga dibentuk Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN) dengan Ketua Umum pertama Prof. Dr. Ir. Sajogyo. (5)
7. Asal mula terbentuknya “POSYANDU”
Pada tahun 1984 dikeluarkan instruksi bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN, dan Menteri Dalam Negeri yang mengintegrasikan kegiatan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare ke dalam sebuah wadah yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). (5) Posyandu dicanangkan secara resmi oleh Bapak Pembangunan Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia saat itu yaitu tahun 1986 di Yogyakarta bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. (5) Sejak saat itu Posyandu berkembang dengan pesat dan memiliki kontribusi besar dalam penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, sehingga banyak negara lain yang belajar dari kesuksesan Indonesia. (5)
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam bidang gizi, adalah solusi untuk pemasalahanan gizi masyarakat. Sehingga ilmu gizi diharapkan saat ini, semakin pesat perkembangannya, dengan adanya pendidikan dalam bidang gizi klinis dan dietetik. Karena ilmu gizi ini, sangat berpengaruh penting dalam segala aspek kehidupan, sekaligus memiliki peran besar dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Editor : Aldera, S.Tr.Gz
Referensi
- Zed, Mestika. Tentang Konsep Berfikir Sejarah. Universitas Negeri Padang. Lensa Budaya. 2018. Vol. 13, No. 1.
- AIPGI. Ilmu Gizi : Teori dan Aplikasi. EGC. 2017.
- Hidayati, Rahmi Noerdiana., Sugeng Riyanto., Alfia Rahma. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Kecacingan dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gambut Kabupaten Banjar Tahun 2015. Jurkessia, Vol. 6. No. 1.
- Soekirman. Sejarah Ilmu Gizi Dalam Buku Ilmu Gizi dan Aplikasinya. 2001. Jakarta: Nuha Medika.
- Kemenkes RI. Sejarah Perkembangan Gizi di Indonesia (1951-2018). 2019.
- Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Kemenkes RI
No Comments