10 Agu Seberapa Pentingkah, Sarapan dan Bekal Bagi Gizi Anak?
Masa anak-anak merupakan periode emas sekaligus kritis apabila tidak dipantau terkait asupan makanan, telah banyak studi yang membuktikan bahwa gizi seimbang ini mampengaruhi perkembangan otak dan fisik anak secara optimal. Permasalahan gizi yang masih dihadapi oleh Indonesia yaitu “Triple Burden” dimana individu mengalami ketidakseimbangan pemberian gizi yang mengakibatkan gizi buruk, gizi lebih atau obesitas dan gizi kurang atau malnutrisi. Stunting salah satu permasalahan gizi yang masih banyak terjadi di Indonesia, dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab salah satunya pola makan dan menu makanan yang dikonsumsi oleh anak selama masa perkembangan dan pertumbuhan. Yuk simak! artikel ini akan membahas pentingnya sarapan bagi anak yang berdampak pada tumbuh kembang, jadi jangan sampai terlewat!
1. Pengertian
Sarapan ialah kegiatan makan pagi atau asupan makanan pertama yang masuk sebagai bahan energi setelah tubuh mengalami puasa selama tidur di malam hari (1). Anak usia sekolah perlu banyak gizi karena memasuki fase “Golden Age” dimana membutuhkan konsumsi pangan yang cukup dan seimbang sebagai pemenuhan gizi anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan terutama otak. Pada studi yang dilakukan butuh sekitar 71,6– 89,1% dan antara 85,1–137,4% tingkat kecukupan energi dan protein anak usia 7-12 tahun yang dibutuhkan, terutama yang tidak atau kurang sarapan serta tidak membawa bekal (2). Kejadian malnutrisi ialah kekurangan energi dan protein berat akibat ketidakseimbangan asupan gizi dengan kebutuhan tubuh. Hal tersebut membuktikan bahwa hubungan sarapan pagi dan pemilihan makanan ini berpengaruh terhadap perubahan gizi anak. Perlu menjadi perhatian bahwa anak yang terlihat sehat dan beraktivitas seperti biasa dengan tetap mengkonsumsi jajanan luar dapat berefek panjang jika tubuh tidak mampu mempertahankan sistem imun.
2. Pentingnya Sarapan dan Bekal Bagi Perkembangan Anak
Pada perkembangan zaman ini dan beragamnya jajanan disekitar, membuat anak-anak tidak jarang salah dalam memilih makanan. Dalam usia anak-anak, mereka lebih menyukai makanan unik dan menarik yang berada diluar rumah akan tetapi kurang nilai gizinya (3). Bagaimana menu makanan yang baik bagi gizi anak? Berikut merupakan sumber pangan yang seimbang dan perlu ada dalam menu makanan anak (4).
- Karbohidrat yang cukup sebagai bahan sumber energi
- Protein, terutama protein nabati dan hewani yang berfungsi untuk pertumbuhan
- Lemak yang cukup mampu bekerja sebagai bahan energi
- Vitamin dan mineral yang cukup juga dapat menyeimbangkan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan
Pemenuhan gizi tersebut dapat menjadi awal pencegahan terjadinya stunting dengan memilih makanan gizi seimbang. Dengan sarapan yang memperhatikan menu seimbang didalamnya ini mampu memenuhi kebutuhan gizi anak serta mengurangi terjadinya gangguan gizi setelah memenuhi tiga kali makan dalam sehari (4). Pemberian pola makan anak usia sekolah dengan sarapan sebelum memulai aktivitas ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan status gizi anak sehingga terhindar dari gizi kurang dan gizi buruk karena malnutrisi pada anak meningkatkan risiko penurunan IQ 10-13 poin dan kecerdasan anak dalam berfikir serta dapat meningkatkan risiko kesakitan bahkan kematian (5) Akan tetapi, tidak semua orang tua bisa dan mampu menyiapkan sarapan untuk anak yang diakibatkan faktor pekerjaan, pendidikan, atau kemauan anak dalam menyantap sarapan pagi. Alternatif lain agar anak tetap sarapan dan memenuhi pola makan 3 kali sehari serta mengurangi makan jajanan dari luar yaitu dengan membawa bekal dan air putih dari rumah untuk dibawa ke sekolah (6). Apa saja sih manfaat dari membawa bekal? Bukankan akan lebih repot? Berikut merupakan manfaat dari membawa bekal untuk anak disekolah (5).
- Dapat mengurangi risiko terjadinya peningkatan angka kesakitan atau kematian disebabkan pemenuhan gizi yang salah akibat jajanan sembarangan dan kkurang mencukupi gizi setiap harinya.
- Mampu makan siang tanpa harus pulang kerumah atau jajan sembarangan apabila tidak memiliki kantin sekolah
- Anak-anak akan mudah memperhatikan dan menerima pelajaran apabila telah memiliki bekal makan siang/pagi tanpa harus khawatir lapar saat pelajaran
- Anak dapat makan dengan menu seimbang sesuai dengan porsi sehingga terpenuhi gizi dan memperbaiki gizi
Pemenuhan kebutuhan zat gizi pada usia anak sekolah ini merupakan hal yang sangat penting untuk dipenuhi, karena kekurangan energi dan zat gizi lainnya akan berdampak negatif bagi masa yang akan datang, hal tersebut untuk mengurangi risiko terjadinya kelahiran stunting atau malnutrisi di generasi selanjutnya (6). Pemilihan menu makanan sehari dapat diterapkan sesuai prinsip gizi seimbang dimana memperhatikan susunan yang variasi, penampilan unik dan menarik agar dapat mudah disukai oleh anak usia.
Editor : Aldera, S.Tr.Gz
Referensi
- Suraya, S., Apriyani, S. S., Larasaty, D., Indraswari, D., Lusiana, E., & Anna, G. T. (2019). “Sarapan Yuks” Pentingnya Sarapan Pagi Bagi Anak-Anak. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 2(1).
- Paramartha, D. N. A., Zainuri, Z., Nofrida, R., Sulastri, Y., Zaini, M. A., & Widyasari, R. (2019). Peningkatan Pemahaman Tentang Mutu Dan Jajanan Bergizi Bagi Siswa Sd Di Kota Mataram. Prosiding Pepadu, 1, 312-318
- Zogara, A. U., Loaloka, M. S., & Niron, M. F. V. D. K. (2023). Edukasi Gizi Meningkatkan Pengetahuan Gizi Orang Tua Dan Siswa Sekolah Dasar Di Kota Kupang. Bernas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 15-18.
- Zamiyati, M. (2019). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Makanan Sehat Pada Anak Sekolah Usia 10-12 Tahun Di Sd Negeri Pengkol Kulon Progo (Doctoral Dissertation, Universitas' Aisyiyah Yogyakarta).
- Saragih, B. 2016. Sarapan Sehat Sebelum Jam 9 Untuk Perbaikan Gizi Dan Kemandirian Pangan. Pangan Dan Gizi Universitas Mulawarman
- Suryani, N., Fathullah, D. M., & Norhasanah, N. (2023). Edukasi Gizi Seimbang Dan Pemilihan Menu Makanan Melalui Kuliah Whatsapp Dalam Upaya Pencegahan Stunting Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Di Wilayah Kalimantan Selatan. Jurnal Inovasi Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat, 3(1), 317-324
No Comments