Gizi dan Lupus: si penyakit serigala

Gizi dan Lupus: si penyakit serigala

Bagikan

Kata “Lupus” berasal dari bahasa latin yang berarti “serigala”.(1) Apakah penyakit Lupus adalah penyakit akibat gigitan serigala? Tentunya bukan. Lupus Eritematosus Sistemik (LES) atau biasa disebut Lupus adalah penyakit autoimun kronis dengan gejala yang beragam, serta melibatkan berbagai organ tubuh. Penyakit lupus awalnya ditemukan pada tahun 855 Masehi dan merujuk pada penyakit kulit. Lesi pada penyakit ini seperti melahap daging penderitanya sehingga diibaratkan seperti serigala yang memakan mangsanya.(2) Jumlah kasus Lupus di Indonesia mencapai sekitar 1.250.000 orang pada tahun 2017 dan saat ini belum dilakukan studi terbaru.(3) Banyak kasus Lupus yang tidak terlaporkan karena gejala yang beragam dan baru terdeteksi saat kondisi pasien sudah parah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait penyakit ini, tiap 10 Mei diperingati sebagai hari Lupus sedunia.

Apa yang menyebabkan Lupus?

FOTO ARTIKEL WEBSITE - 2023-06-27T130627.734

Meski belum jelas, saat ini diketahui bahwa Lupus terjadi karena pengaruh multifaktor seperti genetik, epigenetik, lingkungan, hormonal, dan psikoneurologis. Saat sel mengalami apoptosis (kematian sel secara alami), makrofag (sel imun) bertugas membersihkan sisa-sisa sel tersebut. Akan tetapi, pada penderita lupus terjadi penurunan kemampuan fagositosis makrofag sehingga badan sisa sel terakumulasi. Pasien Lupus juga memiliki kelainan pada sel imun lain seperti sel limfosit yaitu salah mengenali sel tubuh sendiri sebagai zat asing. Kesalahan ini menyebabkan terbentuknya antibodi saat sel limfosit berhadapan dengan sisa-sisa sel tubuh tadi, atau disebut autoantibodi. Autoantibodi dan sisa-sisa sel membentuk ikatan kompleks yang mengendap di tubuh dan dapat merusak organ organ.(4–6)

Ciri-ciri penyakit Lupus

Beberapa tanda dan gejala klinis Lupus antara lain:

  1. Discoid rash : Lesi pada kulit yang warnanya berbeda dari kulit sekitarnya.
  2. Ulkus mulut : Lesi pada rongga mulut.
  3. Fotosensitivitas : Sensitif terhadap sumber cahaya seperti cahaya matahari dan flourescent dan dapat timbul duam, demam, hingga nyeri persendian jika mendapat paparan.
  4. Arthtitis Nyeri sendi.
  5. Malar rash Tanda khas berupa perubahan warna kulit disertai bintik-bintik (makula) di bagian pipi dan berbentuk seperti kupu-kupu.
  6. Gagal ginjal berupa nefritik atau sindrom nefrotik.
  7. Serositis Peradangan dari lapisan sekeliling paru atau jantung.
  8. Tes Antinuclear Antibody (ANA) positif.
  9. Perubahan nilai hematologis seperti anemia hemolitik, trombositopenia, dan leukopenia.(6)

Peranan gizi pada Lupus Eritematosus Sistemik

Beberapa anjuran gizi yang perlu diperhatikan pada orang dengan Lupus (Odapus) antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Konsumsi energi harus memenuhi kebutuhan tetapi perlu dibatasi agar tidak berlebihan. Salah satu obat yang biasa diresepkan pada pasien Lupus adalah kortikosteroid yaitu sejenis antiinflamasi (anti peradangan). Obat ini memiliki efek lain berupa peningkatan nafsu makan sehingga pasien Lupus rentan mengalami kenaikan berat badan. Kenaikan berat badan hingga obesitas akan menyebabkan inflamasi kronis yang dapat memperparah kondisi Lupus. Serat yang cukup dari sayur dan buah dianjurkan bagi penderita Lupus karena dapat mencegah kenaikan berat badan serta menjaga keseimbangan mikrobiota usus. Dysbiosis atau ketidakseimbangan mikrobiota saluran cerna, dapat meningkatkan risiko inflamasi dan disregulasi sistem imun.
  2. Membatasi asupan lemak jenuh dan meningkatkan konsumsi lemak tak jenuh ganda seperti omega 3. Studi menunjukkan bahwa pemberian suplemen omega 3 dapat menurunkan tanda-tanda peradangan dan meningkatkan kualitas hidup. Selain suplemen, makanan sumber omega 3 tinggi antara lain ikan laut dan ikan tawar, telur, minyak zaitun, dan buah seperti alpukat.
  3. Asupan protein dianjurkan cukup tetapi dibatasi pada jenis tertentu, terutama jenis asam amino fenilanin dan tirosin (terkandung dalam daging sapi), serta kasein (dalam susu). Odapus yang mengalami komplikasi ginjal perlu anjuran khusus terkait protein dari ahli gizi dan dokter.
  4. Meningkatkan asupan vitamin A yang berperan penting dalam regulasi sistem imun. Vitamin A banyak terdapat pada sayur dan buah berwarna cerah seperti wortel dan jambu biji, serta hati ayam dan minyak ikan
  5. Vitamin B kompleks yang terkandung dalam produk biji-bijian dan olahannya dapat menurunkan risiko atherosklerosis (penyumbatan pembuluh darah oleh lemak) pada pasien Lupus.
  6. Vitamin D sangat penting bagi pasien Lupus karena perannya sebagai antiinflamasi dan mencegah osteoporosis. Metabolisme vitamin D membutuhkan cahaya matahari, sedangkan penderita Lupus sering mengalami sensitivitas terhadap cahaya. Oleh karena itu, konsumsi makanan dan suplemen vitamin D sangat dianjurkan. Suplemen vitamin D dengan dosis 20µg (800 IU) per hari direkomendasikan bagi Odapus dalam pengawasan tenaga medis.
  7. Vitamin E memiliki sifat antioksidan dan mampu mencegah pembentukan autoantibodi pada penyakit lupus.
  8. Memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengonsumsi ikan, susu dan produk olahannya. Selain berpengaruh pada nafsu makan, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang juga meningkatkan risiko osteoporosis sehingga kalsium penting bagi Odapus
  9. Asupan makanan sumber zat besi yang cukup dapat membantu mencegah berubahan profil darah menjadi abnormal.
  10. Zink dan Selenium berperan dalam regulasi sistem imun. Sumber Zink dan Selenium dalam makanan antara lain daging, ikan, dan biji-bijian.

Gizi mungkin tidak dapat menyembuhkan Lupus, tetapi asupan zat gizi yang seimbang dapat mendukung terapi dan mencegah keparahan penyakit Lupus. Meningkatkan zat gizi yang berperan sebagai anti peradangan disertai pembatasan makanan yang memicu inflamasi diharapkan mampu menurunkan gejala-gejala Lupus dan meningkatkan kualitas hidup Odipus.(6–12)

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. Lupus Definition & Meaning - Merriam-Webster [Internet]. [cited 2023 May 23]. Available from: https://www.merriam-webster.com/dictionary/lupus
  2. Felten R, Lipsker D, Sibilia J, Chasset F, Arnaud L. The history of lupus throughout the ages. J Am Acad Dermatol. 2022 Dec;87(6):1361–9.
  3. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Lupus Di Indonesia. Jakarta; 2017.
  4. Accapezzato D, Caccavale R, Paroli MP, Gioia C, Nguyen BL, Spadea L, et al. Advances in the Pathogenesis and Treatment of Systemic Lupus Erythematosus. Int J Mol Sci. 2023 Mar 31;24(7):6578.
  5. Montoya T, Castejón ML, Muñoz-García R, Alarcón-de-la-Lastra C. Epigenetic linkage of systemic lupus erythematosus and nutrition. Nutr Res Rev. 2023 Jun 16;36(1):39–59.
  6. Olivia Anggraeny. Asuhan Gizi Penyakit Autoimun (Lupus). Supairasa IDN, Handayani D, editors. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2020. 469–494 p.
  7. Goessler KF, Gualano B, Nonino CB, Bonfá E, Nicoletti CF. Lifestyle Interventions and Weight Management in Systemic Lupus Erythematosus Patients: A Systematic Literature Review and Metanalysis. J Lifestyle Med. 2022 Jan 31;12(1):37–46.
  8. Islam MA, Khandker SS, Kotyla PJ, Hassan R. Immunomodulatory Effects of Diet and Nutrients in Systemic Lupus Erythematosus (SLE): A Systematic Review. Front Immunol. 2020 Jul 22;11.
  9. Jiao H, Acar G, Robinson GA, Ciurtin C, Jury EC, Kalea AZ. Diet and Systemic Lupus Erythematosus (SLE): From Supplementation to Intervention. Int J Environ Res Public Health. 2022 Sep 20;19(19):11895.
  10. de Medeiros MCS, Medeiros JCA, de Medeiros HJ, Leitão JCG de C, Knackfuss MI. Dietary intervention and health in patients with systemic lupus erythematosus: A systematic review of the evidence. Crit Rev Food Sci Nutr. 2019 Sep 8;59(16):2666–73.
  11. Putri PZ, Hamijoyo L, Sahiratmadja E. The Role of Diet in Influencing the Diversity of Gut Microbiome Related to Lupus Disease Activities: A Systematic Review. Int J Microbiol. 2022 Dec 31;2022:1–13. 12. Wang X, Shu Q, Song L, Liu Q, Qu X, Li M. Gut Microbiota in Systemic Lupus Erythematosus and Correlation With Diet and Clinical Manifestations. Front Med (Lausanne). 2022 Jun 30;9.
No Comments

Post A Comment