Pengetahuan Kader Posyandu sebagai Ujung Tombak Optimalisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan Manusia

Pengetahuan Kader Posyandu sebagai Ujung Tombak Optimalisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan Manusia

Bagikan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas menjadi hal yang diimpikan bagi setiap bangsa. Untuk menciptakan SDM yang diimpikan perlu adanya persiapan sejak kehamilan hingga anak berusia 2 tahun yang sering disebut sebagai 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) manusia. Pada sektor layanan kesehatan terdapat Posyandu yang berperan dalam tingkat masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kapasitas agar kader posyandu dapat terus mengasah pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

FOTO ARTIKEL WEBSITE - 2023-05-16T110947.497

Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat, cerdas, dan produktif sudah menjadi komitmen global dan aset yang berharga bagi bangsa Indonesia. Untuk membentuk SDM yang berkualitas memerlukan status gizi yang optimal dengan perbaikan gizi secara terus menerus. Hal ini telah tercantum pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Program perbaikan gizi ini disasarkan pada kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, bayi baru lahir, dan anak usia di bawah dua tahun (baduta). (6) Periode ini disebut sebagai periode emas (golden period) sehingga perlu asupan gizi yang cukup untuk membantu pertumbuhan manusia mulai dari kehamilan hingga usia 2 tahun secara optimal. Defisiensi zat gizi pada usia ini akan berdampak pada terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, gangguan metabolisme, dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular. (7) Kondisi malnutrisi pada 1000 HPK akan mengakibatkan masalah jangka panjang yaitu stunting. Kondisi ini akan menyebabkan kualitas SDM yang diimpikan, daya saing bangsa, dan tingkat produktivitas akan menurun. Oleh karena itu, diperlukan tanggung jawab pemerintah dan peran serta masyarakat mengenai pentingnya gizi serta pengaruhnya terhadap peningkatan status gizi.

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat yang berupaya untuk melakukan peningkatan kualitas SDM sejak dini melalui layanan sosial dasar masyarakat. Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu digunakan sebagai tempat ibu hamil, menyusui, bayi dan balita mendapatkan pelayanan yang mencakup kesehatan ibu dan anak. Dalam melaksanakan berbagai kegiatan posyandu diperlukan kader posyandu yang merupakan anggota masyarakat, bersedia mampu, dan memiliki waktu. (5)

FOTO ARTIKEL WEBSITE - 2023-05-16T112134.312

Kader berperan sebagai penghubung antara masyarakat dengan tenaga kesehatan dalam mengidentifikasi permasalahan terkait status gizi bayi dan balita pada periode 1000 HPK. Pengetahuan menjadi tonggak utama bagi kader posyandu dalam memberikan pelayanan agar mendapat simpati dari masyarakat sehingga akan menimbulkan respon positif terhadap kepedulian dan paritisipasi masyarakat. Wanita yang sedang hamil atau menyusui menjadi sasaran bagi kader dalam memberikan materi pemenuhan gizi seimbang sejak awal kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Peningkatan pengetahuan yang terjadi bagi ibu bayi atau balita berguna bagi percepatan pertumbuhan dan perkembangan anak sejak masa kehamilan hingga berusia 2 tahun. Intervensi gizi spesifik diberikan selama 1000 HPK untuk mencegah stunting, meliputi pemberian pendidikan gizi mengenai makanan tambahan untuk mengurangi Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, ASI Eksklusif, suplementasi zink, fortifikasi zat besi, pemberian obat cacing dan vitamin A, serta penanggulangan gizi buruk dan penyakit infeksi. (2)

Materi dan keterampilan yang akan diberikan merupakan suatu kompetensi yang perlu dikuasai oleh kader posyandu. Oleh karena itu, penguatan kapasitas kader posyandu perlu dilakukan terus-menerus. Tingkat pengetahuan kader yang semakin tinggi dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak di desa. Terdapat berbagai cara dalam upaya meningkatkan pengetahuan kader posyandu. Pemberian materi pelatihan berupa deteksi kasus stunting diharapkan dapat membuat kader posyandu mampu menemukan kasus stunting, melakukan pencatatatan, dan pelaporan yang sesuai dalam upaya pencegahan stunting . Untuk mengetahui adanya peningkatan selama pelatihan berlangsung dapat dilakukan pre dan post test dalam agenda pelatihan. (2) Metode lain berupa penyuluhan juga dapat diberikan kepada kader untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Sebagai contoh, penyuluhan dapat diawali dengan metode ceramah mengenai pentingnya pengisian Sistem Informasi Posyandu (SIP) dan Kartu Menuju Sehat (KMS) sebagai alat bantu kader untuk mencatat perkembangan ibu dan anak. Kemudian diadakan sesi demonstrasi untuk mempraktikkan secara langsung pengisian SIP dan KMS. Sesi terakhir berupa pendampingan kepada kader dalam proses pengisian SIP dan KMS secara mandiri. (1) Tenaga kesehatan diperlukan untuk menjadi supervisi dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader gizi sehingga berdampak pada angka kunjungan balita di Posyandu dan peningkatan status gizi balita. (4)

Peningkatan kapasitas bagi kader perlu dilakukan secara rutin agar pengetahuan dan ketrampilan terus mengalami pembaharuan. Peningkatan kapasitas kader akan berdampak pada tercapainya program posyandu yang dilakukan kepada ibu dan bayi, terutama bagi sasaran 1000 HPK. Apabila informasi mengenai pentingnya pemenuhan gizi selama 1000 HPK tersampaikan secara tepat dan tepat, bukan tidak mungkin kualitas SDM Indonesia yang diharap-harapkan akan tercapai dan dapat memiliki daya saing yang tiinggi terhadap bangsa lain. Selain itu, kader akan merasa dihargai dengan adanya pelatihan dan merasa bangga terhadap ilmu yang berguna bagi keluarga dan masyarakat luas.

Editor :  Aldera, S.Tr.Gz

Referensi

  1. Arundhana AI, Jaya AM, Rachmat M, Ulfa N, Turisno NT. Kader posyandu hari ini: Urgensi penyegaran kader di Desa Popo Kabupaten Takalar. Jurnal Dinamika Pengabdian (JDP). 2018 Nov 20;4:148-54..
  2. Megawati G, Wiramihardja S. Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu Dalam Mendeteksi Dan Mencegah Stunting di Desa Cipacing Jatinangor. Dharmakarya. 2019 Sep 6;8(3):154-9.
  3. Muna S, Aryani R. PEMBERDAYAAN KADER DAN MASYARAKAT TENTANG 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN. Community Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat. 2023 Apr 5;4(2):1772-6
  4. Octavia PD, Laraeni Y. Pengaruh Penyegaran Kader Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Dalam Melaksanakan Tugas Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule. Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal). 2019 Jul 17;2(2):161-7.
  5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pedoman Peintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu
  6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
  7. Trisnawati Y, Purwanti S, Retnowati M. Studi Deskriptif Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan di Puskesmas Sokaraja Kabupaten Banyumas. Jurnal Kebidanan. 2016 Dec 27.
No Comments

Post A Comment