Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi utama pada balita
di Indonesia yang belum teratasi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
menunjukkan prevalensi balita dengan status pendek dan sangat pendek
di Indonesia adalah 37,2% pada tahun 2013, dan menurun menjadi
30,8% pada tahun 2018. Sedangkan untuk baduta, prevalensi pada tahun
2018 sebesar 29,9% yang mengalami penurunan dari 32.8% pada tahun
2013. Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 di 34 provinsi
menunjukkan angka stunting nasional turun dari 27,7% tahun 2019
menjadi 24.4% di tahun 2021. Prevalensi tersebut mengalami penurunan,
namun berdasarkan kriteria WHO masih tergolong kategori tinggi (>20%).
Selain itu, data di Indonesia sampai saat ini belum memisahkan antara
pendek yang disebabkan oleh faktor nutrisi maupun faktor non-nutrisi
(faktor genetik, hormon atau familial).
Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan WHO masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat yaitu diatas 20%. Penyebab stunting
multifaktorial dan berkaitan dengan asupan gizi yang kurang atau
kebutuhan gizi yang meningkat. Stunting memiliki dampak jangka pendek
dan jangka panjang yang irreversible. Sampai saat ini belum ada panduan
nasional pelayanan kesehatan untuk balita stunting. Oleh karena itu pembuatan pedoman ini bertujuan untuk Membuat pedoman pencegahan, deteksi dini, dan tata laksana segera
stunting.
No Comments