29 Jan Apakah Asupan Gizi dapat Mempercepat Penyembuhan Kusta?
Kusta atau lepra masih menjadi salah satu penyakit yang diderita masyarakat Indonesia, Hari Kusta Sedunia yang tahun ini jatuh pada 29 Januari 2023 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai penyakit kusta. Pemberian asupan zat gizi yang adekuat dapat mendukung terapi pengobatan kusta.
Apa yang dimaksud dengan penyakit kusta?
Penyakit kusta, dengan nama lain kusta atau Morbus Hansen, adalah penyakit infeksi menahun yang disebabkan oleh bakteri dari organisme intraseluler obligat Mycobacterium leprae (M. leprae), yang primer. Penyakit ini menyerang syaraf tepi, kulit, mukosa (mulut), saluran pernapasan bagian atas, sistem retikulo endotelia, mata, otot, tulang, dan testis. (1).
Faktor resiko yang diduga memengaruhi kejadian kusta di antaranya:
- Kekurangan gizi
Salah satu faktor risiko yang diduga memengaruhi kejadian kusta adalah kekurangan gizi (3). Hal ini dikaitkan dengan rendahnya daya tahan tubuh, gizi yang kurang baik dan lingkungan serta hygiene yang tidak baik. Penelitian menunjukkan bahwa faktor gizi yang buruk berpengaruh terhadap kejadian kusta (4). Rendahnya pendapatan menjadi salah satu penyebab rendahnya keragaman pangan yang dikonsumsi. Semakin terbatas akses pangan, semakin terbatas pula zat gizi yang dikonsumsi. Keterbatasan akses terhadap zat gizi terlihat dengan status gizi di bawah normal. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun dalam jangka waktu panjang (5). - Kondisi kebersihan perorangan yang buruk
Kebersihan perorangan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah berbagai infeksi penyakit. Kebersihan perorangan digambarkan dari perilaku individu yang tidak mencerminkan perilaku sehat. (6)
Bagaimana peran gizi terhadap penyembuhan kusta?
Daya tahan tubuh penting untuk meningkatkan status kesehatan. Defisiensi protein dan vitamin dan mineral akibat asupan yang inadekuat dapat menyebabkan daya tahan tubuh penderita kusta menurun. Mengonsumsi berbagai bahan makanan yang bergizi dapat memenuhi kebutuhan zat gizi untuk mendukung terapi pengobatan kusta.
Berikut adalah zat gizi yang berperan penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh.
- Protein
Protein berperan penting sebagai zat pembangun tubuh. Protein memiliki peran utama untuk membangun imunitas. Protein juga berperan penting dalam regenerasi sel untuk mempercepat penyembuhan kusta. Protein terdapat pada bahan makanan hewani (daging ayam, sapi, ikan, dan kerang) serta kacang-kacangan dan olahannya. - Vitamin A
Penurunan daya tahan tubuh menyebabkan stres oksidatif meningkat. Vitamin A berperan untuk mengatur respon imunitas bawaan (seluler) dan didapat (humoral). Kekurangan vitamin A menyebabkan penurunan fagositosis, ledakan oksidatif makrofag, dan regulasi sel natural killer (NK). (7). Bahan makanan yang kaya vitamin A antara lain hati sapi, kuning telur, wortel, bayam, dan kangkung. - Vitamin C
Vitamin C berperan penting untuk menekan stres oksidatif akibat infeksi. Vitamin C juga berperan dalam reabsorpsi zat besi. Suplementasi Vitamin C 20 mg/kgBB (sekitar 1-3 g per hari) dalam makanan dapat meningkatkan aktifitas neutrofil dan makrofag untuk membunuh mikroba. (7). Bahan makanan yang mengandung vitamin C antara lain jeruk, jambu biji, pepaya, brokoli, dan daun pepaya. - Vitamin D
Vitamin D dapat membantu meningkatkan imunitas daya tahan tubuh. Vitamin D dapat menginduksi produksi peptida antimikroba di makrofag terinfeksi yang membunuh Mycobacterium leprae sebagai penyebab kusta. (7). Bahan makanan yang mengandung vitamin D antara lain ikan, kacang-kacangan, dan susu. Sinar matahari dapat mengaktifkan prekursor vitamin D (Vitamin D3) yang terdapat di bawah kulit. - Vitamin E
Vitamin E sebagai pelindung membran berperan melawan peroksidasi. Stres oksidatif akibat peroksidasi dapat menurunkan daya tahan tubuh. Bersama dengan Vitamin C, stres oksidatif ditekan sehingga memiliki efek pro-oksidan. (7). Vitamin E biasanya ada pada sumber lemak. Bahan makanan yang mengandung vitamin E seperti kacang-kacangan, telur, dan alpukat. - Seng dan selenium
Seng dan selenium merupakan mineral mikro yang berperan dalam imunitas tubuh. Seng dapat meningkatkan aktifitas sitokin sehingga patogen intraseluler dapat terkendali. Selenium bila diberikan dalam dosis optimal dapat membantu fagositosis dan aktivitas limfositik. (7) Sumber seng dan selenium terdapat pada daging, telur, susu, kacang- kacangan, dan sayuran hijau,
Referensi
- Yusuf ZK, Paramata NR, Dulahu WY, Mursyidah A, Soeli YM, dan Pomalango ZB. Kupas Kuntas Penyakit Kusta. 1st ed. Mirnawati M, editor. Gorontalo: Ideas Publishing; 2018. 1 p.
- Luthfia R, Pramuningtyas R, Dasuki MS, Ramona F, dan Prakoeswa S. Status gizi dan personal hygiene berpengaruh terhadap kusta wanita di Kabupaten Gresik. Proceeding Book National Symposium and Workshop Continuing Medical Education XIV. 2021:(35):1053-1071
- Moreira S, Batos CJ de C, dan Tawil L. Epidemiological situation of leprosy in Salvador from 2001 to 2009. Anais Brasileiros de Dermatologia, 2014: 89 (1), 107-117 p.
- Zuhdan E, Kabulrachman K, dan Hadisaputro S. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kusta pasca kemoprofilaksis (Studi pada kontak penderita kusta di Kabupaten Sampang), Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 2017: 2 (2) pp. 89- 98 p.
- Wagenaar I, van Muiden L, Alam K, Bowers R, Hossain MAm Kispotta K, dan Richardus JH. Diet-related risk factors for leprosy: a case-control study. Melby PC, editor. PLoS Negl Trop Dis. 2015.
- Hidayatun A, Nurhaidah, Nerawati ATD. Hubungan karakteristik individu dengan kejadian penyakit kusta. Gema Kesehatan Lingkungan, 2018:16(3): 238- 247 p.
- Jyothi P, Riyaz N, Nandakumar G, Binitha M. A study of oxidative stress in paucibacillary and multibacillary leprosy. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2008.
No Comments