21 Mar Seputar Profesi Gizi: Sama-sama Berfokus dalam Masalah Gizi, Apa Bedanya Ahli Gizi dengan Dokter Spesialis Gizi Klinik?
Hai, Sobat Giziku! Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, semakin meluas profesi yang dibutuhkan untuk memberikan layanan optimal kepada masyarakat. Masalah gizi menjadi suatu permasalahan yang disoroti dunia yang hingga sampai saat ini belum dituntaskan secara maksimal. Profesi yang dikenal bergelut dalam bidang gizi adalah ahli gizi, dietisien, dan dokter spesialis gizi klinik. Apa perbedaan antara ahli gizi dengan dokter spesialis gizi klinik? Yuk, simak artikel dibawah ini!
Peran dan Tugas Ahli Gizi (Nutritionist)
Ahli gizi merupakan seseorang dengan profesi khusus dalam bidang gizi yang memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai terkait gizi yang diperoleh melalui pendidikan. Seseorang dapat dikatakan ahli gizi apabila telah berhasil menempuh jenjang pendidikan vokasi seperti Diploma III dan Diploma IV Gizi dan/atau pendidikan akademik seperti Sarjana dan Profesi Gizi serta lulus Uji Kompetensi. Ada istilah nutrisionis dan dietisien. Nutrisionis biasanya tidak dapat bekerja di rumah sakit dan menangani pasien dengan masalah medis khusus. Hal ini ditangani oleh seorang dietisien yang memiliki kualifikasi dan wewenang yang lebih tinggi untuk memberikan diet dalam menunjang proses penyembuhan pasien di rumah sakit.
Ahli gizi memiliki peran penting dalam upaya perbaikan dan pemecahan masalah gizi, seperti melalui perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik dan kesehatan; peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi [3]. Upaya ahli gizi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait gizi pun beraneka ragam, seperti melakukan konseling, penyuluhan, dan penyelenggaraan makanan dan asuhan gizi bagi masyarakat. Ahli gizi lebih berfokus pada penentuan jenis dan jumlah asupan yang tepat untuk penderita penyakit tanpa adanya komplikasi.
Berikut merupakan kewenangan yang dimiliki oleh ahli gizi dalam menjalankan tugasnya:
- Memberikan pelayanan berupa konsultasi dan konseling gizi serta tata cara diet.
- Menentukan status gizi dan faktor yang mempengaruhi kondisi atau gangguan terkait status gizi.
- Menegakkan diagnosis gizi berdasarkan pemeriksaan antropometri, klinis, biokimia, asupan makanan, dan riwayat penyakit serta konsumsi obat-obatan.
- Menentukan tujuan, prinsip, dan rencana intervensi gizi melalui perhitungan kebutuhan zat gizi klien, bentuk makanan, jumlah energi, kebutuhan zat gizi makro dan mikro, pola makan sesuai dengan kondisi klien.
- Mengelola penyediaan makanan baik di rumah sakit, institusi, maupun masyarakat.
- Merancang dan membuat perencanaan menu hingga saran penyajian makanan.
- Melaksanakan edukasi dan promosi gizi dan kesehatan kepada klien dan masyarakat.
- Melakukan penelitian dan pengembangan gizi sesuai dengan perkembangan IPTEK.
- Selain itu, seorang ahli gizi memiliki 4 kewajiban, yaitu kewajiban terhadap klien, kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban terhadap teman seprofesi dan mitra kerja, dan kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri (3).
Peran dan Tugas Dokter Spesialis Gizi Klinik
Seorang dokter spesialis gizi klinik adalah dokter spesialis yang berfokus dalam menangani permasalahan kesehatan pasien terkait dengan gizi. Latar belakang pendidikan dokter spesialis gizi klinik adalah dokter umum yang telah menyelesaikan pendidikan magister (S2) gizi, menjalani pendidikan spesialisasi ilmu gizi klinik selama 3 tahun (6 semester), dan mendapatkan gelar Sp.GK. Biasanya dokter spesialis gizi klinik akan bekerja sama dan berkolaborasi dengan dokter spesialis lain untuk menangani kondisi pasien. Selain itu, dokter spesialis gizi klinik juga memiliki peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya promosi dan edukasi terkait gizi.
Peran dokter spesialis gizi klinik juga beragam, seperti membantu terkait pengentasan malnutrisi pada anak. Dokter spesialis gizi klinik berperan dalam memberikan layanan konseling, pengaturan tata cara diet pasien, dan edukasi dengan komunikasi efektif terhadap pasien dan keluarga. Beberapa penyakit yang ditangani oleh dokter spesialis gizi klinik seperti penyakit sistem imun dan kanker, perawatan gizi pada pasien luka bakar, gangguan fungsi hati dan pankreas, gangguan penyakit jantung dan metabolisme seperti diabates (1).
Kompetensi dan kewenangan yang dimiliki oleh dokter spesialis gizi klinik berupa kemampuan dan keterampilan dalam melakukan tugasnya terkait prosedur klinis dan gizi melalui beberapa penatalaksanaan gizi seperti:
- Melakukan pemeriksaan fisik dan interview medis.
- Melakukan pemeriksaan penunjang dalam meninjau status gizi dan metabolisme tubuh.
- Memberikan terapi gizi serta pola makan tertentu, termasuk meresepkan jumlah energi sehari dan kebutuhan zat gizi makro dan mikro.
- Memberikan pemenuhan kebutuhan gizi serta cairan pada pasien.
- Mengambil keputusan dalam cara pemberian gizi, baik melalui oral, pipa nasogastrik/NGT, dan/atau infus.
- Memberikan promosi dan edukasi kesehatan dalam upaya pencegahan penyakit bagi pasien dan masyarakat.
- Mengevaluasi terapi pemberian gizi dan status gizi serta kesehatan pasien secara menyeluruh (1).
- Menerapkan kaidah International Patient Safety Goals (IPSG) dalam tiap tindakan pelayanan gizi secara klinis (2).
Memiliki Tujuan yang Sama, Tetapi Ini Bedanya Ahli Gizi dan Dokter Spesialis Gizi Klinik
Sama-sama merupakan profesi yang bertujuan untuk menangani dan memperbaiki gizi masyarakat di Indonesia, lalu apa perbedaan ahli gizi dan dokter spesialis gizi klinik?
Seorang ahli gizi atau nutrisionis berfokus pada pemberian saran seputar masalah gizi (4) dan pola makan sehat dan bergizi seimbang bagi masyarakat melalui edukasi dan penyuluhan dengan media interaktif kepada masyarakat. Selain itu, ahli gizi dapat memberikan rekomendasi aktivitas fisik serta melakukan penyediaan makanan (food service) di institusi maupun perusahaan komersial. Sedangkan, dokter spesialis gizi klinik berfokus pada penentuan pemberian terapi medis terkait gizi, peningkatan status gizi pasien sesuai dengan riwayat penyakit, pemberian suplementasi/parenteral/enteral dan monitoring evaluasi terkait status gizi (1).
Dapat disimpulkan bahwa ahli gizi dan dokter spesialis gizi klinik memiliki kewenangan dan kewajiban yang berbeda, namun dapat saling berkolaborasi dan mempunyai tujuan yang sama untuk menentukan pola makan yang baik dan sehat dalam penanganan masalah gizi dan perbaikan status gizi di masyarakat.
Editor : Erni, S.Tr.Gz
Refrensi
- Adrian K. 2018. Serba-serbi Profesi Dokter Spesialis Gizi. https://www.alodokter.com/serba-serbi-profesi-dokter-spesialis-gizi
- Konsil Kedokteran Indonesia. 2018. Salinan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 55 Tahun 2018 tentang Standar Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Gizi Klinis.
- Hardinsyah dkk. Ilmu Gizi: Teori dan Aplikasi. 2014. EGC, Jakarta.
- Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi. (2007). Retrieved 17 March 2021, from https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/kmk3742007.pdf
No Comments