Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita

Bagikan

Masalah kurang gizi seperti stunting, wasting dan underweight sering dialami oleh anak dibawah usia 5 tahun. Stunting adalah suatu keadaan dimana anak memiliki panjang badan yang kurang berdasarkan usianya, biasanya hal ini juga bersamaan dengan wasting dimana berat badan anak tidak sesuai dengan tinggi/panjang badan. Sedangkan dianggap underweight bila berat badan anak tidak sesuai dengan berat badan menurut usianya. Pemerintah Indonesia sudah memiliki dan menjalankan program untuk mencukupi gizi balita yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada balita. Namun, perlu terus dikaji efektivitas dari program tersebut untuk terus meningkatkan kesehatan balita.

Definisi PMT​

Kegiatan pemberian makanan tambahan kepada balita dalam bentuk kudapan atau snackdengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan sasaran pemberian.(1) Ada 2 bentuk PMT, yang pertama PMT kirim ke daerah bertujuan untuk membantu pemulihan status gizi pada balita dan penyuluhan gizi untuk edukasi dalam perbaikan pola konsumsi yang sesuai gizi seimbang. Kedua, makanan tambahan buffer stock yang diberikan disaat ada kejadian luar biasa yang berpotensi menimbulkan masalah gizi dan penyakit serta bencana yang juga disertai dengan penyuluhan gizi.(2)

Produk ​

  1. Makanan tambahan diperkaya 10 macam vitamin (A, D, E,K, B1, B2, B3, B6, B12, Folat) dan 7 macam mineral (Besi, Iodium, Seng, Kalsium, Natrium, Selenium, dan Fosfor).(2)
  2. Dapat dikonsumsi bersama Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) berbasis pangan lokal.(2)
  3. Produk makanan tambahan balita berbentuk biskuit bulat dan rasa manis dibungkus dalam kemasan primer berisi 4 keping, dengan rincian: (2) – Setiap 4 (empat) keping biskuit dikemas dalam 1 (satu ) kemasan – Setiap 21 (dua puluh satu) kemasan primer dikemas dalam 1 (satu) kotak kemasan sekunder dengan berat 840 gram. – Setiap 4 (empat) kemasan sekunder dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier

Teknis Pemberian Makanan Tambahan​

  1. Makanan tambahan pemulihan yang diberikan dalam bentuk biskuit dan atau berbasis pangan lokal untuk balita kurus/gizi kurang usia 6-59 bulan dengan Z-score BB/PB atau BB/TB -3SD sampai <-2SD yang diberikan minimal selama 90 hari. Selain itu makanan tambahan ini bisa diberikan bersamaan dengan kegiatan penyuluhan gizi baik kelompok maupun individu.(2)
  2. Usia 6-11 bulan diberi 8 keping perhari, dan diberikan 12 keping perhari  untuk usia 12-59 bulan. Biskuit bisa langsung dikonsumsi atau bisa ditambahkan air matang terlebih dahulu dalam mangkok kemudian dikonsumsi dengan sendok.(2)
  3. Balita dengan Z-score < -2SD diberikan makanan tambahan sampai status gizinya membaik atau mengalami peningkatan berat badan dan nilai Z-score. Setelah itu dilanjutkan dengan konsumsi makanan keluarga bergizi seimbang.(2)

Perencanaan Kebutuhan, Penyediaan dan Distribusi Makanan Tambahan​

  1. Perencanaan Kebutuhan
    a. Menghitung sasaran
    Menggunakan data riil di tingkat desa/kelurahan kemudian direkap menjadi data puskesmas dan dipergunakan untuk usulan kebutuhan makanan tambahan kabupaten/kota. Pada tingkat kabupaten/kota juga menggunakan data dari badan statistik setempat, setelah itu data tersebut digunakan pihak pusat untuk melakukan perkiraan jumlah balita kurus/gizi kurang. Menggunakan rumus : jumlah balita 6-59 bln x % balita 6-59 bln kurus di suatu wilayah.(2)
    b. Menghitung kebutuhan
    Di tingkat puskesmas sebaiknya menggunakan data riil dari sasaran, sedangkan untuk kabupaten/kota dan provinsi menggunakan data proyeksi sebagai berikut: jumlah balita 6-59 bulan kurus x 120 gram x 90 hari.(2)
  2. Penyediaan Makanan tambahan dikirim ke daerah minimal untuk 90 hari makan dan bersumber dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Sebelum didistribusikan, dilakukan pengecekan mutu (kandungan gizi, cemaran) secara acak.
  3. Distribusi Pengiriman menggunakan franco (servis penuh) dari kabupaten atau puskesmas dan kemudian disimpan di gudang penyimpanan yang disediakan oleh direktorat gizi masyarakat.(2)

Evaluasi dan Efektivitas ​

  1. Evaluasi mencakup perencanaan kebutuhan, penyediaan, distribusi dan penyimpanan yang mana akan berpengaruh pada tercapainya target tingkat kesehatan balita.(2)
  2. Efektivitas dari pemberian terhadap status gizi juga perlu diperhatikan dan dievaluasi, ibu yang jarang pergi ke posyandu cenderung tidak mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anak. Selain itu, ibu tidak mendapat arahan dari kader posyandu atau tenaga kesehatan dan tidak mengetahui terkait pemberian makanan tambahan yang sesuai dengan kebutuhan gizi anak.(3) Diharapkan dari pihak kader atau tenaga kesehatan bisa melakukan tindakan atau inovasi untuk meningkatkan partisipasi ibu dalam posyandu dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya posyandu dan pemenuhan kebutuhan gizi anak.
  3. Selain PMT dalam bentuk biskuit, pemberian makanan tambahan modifikasi berbahan dasar pangan lokal juga dapat meningkatkan efektivitas PMT terhadap status gizi. Salah satu contohnya modifikasi PMT dengan labu kuning, terbukti dapat meningkatkan status gizi karena mengandung gizi yang beragam yaitu vitamin A, vitamin B1, vitamin C, protein dan karbohidrat. Labu kuning bisa diolah menjadi sup labu kuning, bubur labu kayu manis, dan bubur labu kuning. (4)

Program pemerintah ini akan berjalan dengan baik dan memberikan perubahan jika ada kesinambungan antara orang tua, puskesmas, PKK, tokoh masyarakat dan lainnya. Orang tua bisa melanjutkan sendiri pemberian makanan tambahan, yang tentunya telah mendapat penyuluhan dan motivasi dari pihak- pihak terkait puskesmas atau kader setempat.(5)

Editor : Erni, S.Tr.Gz

Refrensi

  1. Darubekti, Nurhayati. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan Bagi Balita Gizi Buruk. Prosiding Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian 2021, “Penelitian Dan Pengabdian Inovatif Pada Masa Pandemi Covid-19”, ISBN: 978-623-6535-49-3
  2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pemberian Makanan Tambahan Berupa Biskuit Bagi Balita Kurus dan Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK). Petunjuk Teknis (JUKNIS). Jakarta : 2020
  3. Wati, Nila. Analisis Program Pemberian Makanan Tambahan (Pmt) Terhadap Status Gizi Anak Di Posyandu Kelurahan Sembungharjo Semarang. Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Anak Usia Dini. 2020:6(2);94-98.
  4. Mery I, Sunarto K dan Lia A. Efektivitas Pemberian Pmt Modif Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Peningkatan Status Gizi Balita Gizi Kurang Dan Stunting. Journal Health and Science: Gorontalo Journal Health and Science Community.2020;4(2);59-67
  5. Wenda M, Siti F, M.Zen R, dan Ronny A. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (Pmt-P) Terhadap Perubahan Skor Z Berat Badan Menurut Umur Balita Gizi Kurang (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Makki Distrik Makki Kabupaten Lanny Jaya - Papua. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2017:6(4);214-222.
No Comments

Post A Comment