Kandungan Antosianin pada Bahan Makanan untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular

Kandungan Antosianin pada Bahan Makanan untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular

Bagikan

Berdasarkan hasil penelitian oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menunjukkan bahwa perkembangan penyakit tidak menular (PTM) kian mengkhawatirkan. Pasalnya penyakit yang dianggap biasa dialami kelompok usia lanjut, kini mulai mengancam kelompok usia muda.(1) PTM meliputi hipertensi, stroke, jantung koroner, diabetes melitus, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Sebagai generasi muda alangkah baiknya bisa mulai menyadari bahwa pola hidup sehat saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan dimasa mendatang.

Menerapkan pola hidup sehat bisa melalui berbagai macam cara, salah satunya dari konsumsi pangan harian. Pangan fungsional atau makanan yang memiliki manfaat bagi kesehatan bisa menjadi salah satu alternatif. Bahan pangan yang mengandung antosianin terbukti dapat mencegah penyakit tidak menular.

FOTO ARTIKEL WEBSITE - 2023-02-16T152616.460

Apa itu antosianin?

Antosianin merupakan senyawa kimia organik yang memberikan warna merah, oranye, ungu, biru dan hitam. Semakin pekat warnanya, maka kandungan antosianinnya semakin tinggi.(2)

Apa saja jenis bahan makanannya?

  1. Buah Naga Merah Penyakit jantung yang menyebabkan kematian mendadak sudah tidak asing lagi. Kadar kolesterol yang tinggi dapat menjadi salah satu penyebabnya, bisa terjadi karena penumpukan lemak akibat tingginya konsumsi makanan sumber lemak jenuh, seperti daging merah, daging unggas, minyak kelapa, santan dan olahan susu (es krim, mentega, keju, dll). Buah naga merah kaya dengan zat antosianin,  kadar antosianinnya berkisar 8,8 mg per 100 gram atau per ¼ bagian buah naga merah.(2) Konsumsi buah naga merah dalam bentuk buah segar dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.(3) Berdasarkan penelitian sebelumnya pada manusia, pemberian jus buah naga merah 2,86 gram/kgBB atau 2,86 ml/kgBB selama 21 hari dapat menurunkan kadar kolesterol sebesar 5,8%.(4) Jadi misalkan berat badannya 50 kg maka jumlah konsumsinya 2,86 ml x 50 kg didapatkan total konsumsi 143 ml atau kurang lebih 150 ml yaitu setara dengan 1 gelas belimbing jus buah naga merah. Antosianin buah naga merah mampu meningkatkan kadar HDL (high-density lipoprotein) atau lemak baik dan menurunkan kadar LDL (low-density lipoprotein) atau lemak jahat dalam tubuh.(5) 
  2. Ubi Jalar Ungu Antosianin juga dimiliki oleh ubi ungu, mampu meningkatkan produksi insulin yang bisa mengendalikan kadar gula darah, maka ubi ungu ini baik untuk mencegah penyakit diabetes melitus. Proses pengolahan akan menurunkan kandungan antosianin pada ubi ungu, tetapi konsumsi ubi ungu kukus bisa menjadi salah satu alternatif yang masih memiliki kandungan antosianin yang cukup banyak dibandingkan dengan pengolahan lain.(6) Selain dikukus juga terdapat penelitian pada manusia yang menyatakan bahwa konsumsi ubi ungu dalam bentuk es krim sebanyak 60 gram atau setara dengan 1 cup perhari selama 28 hari juga terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah yang dapat mencegah penyakit jantung dan juga hipertensi maupun stroke.(7)
  3. Daun Ubi Jalar Ungu Selain umbinya ternyata daun ubi jalar ini juga memiliki antosianin yang cukup tinggi, dan lebih mudah untuk didapatkan karena bisa dipanen secara terus menerus. Antosianin yang terkandung didalamnya terbukti dapat memperbaiki profil lemak dalam tubuh, menurunkan kadar kolesterol total dan LDL serta meningkatkan HDL. Konsumsinya bisa dalam bentuk diseduh atau direbus saja. (8)
  4. Tape Ketan Hitam Beras ketan hitam merupakan salah satu serealia yang juga mengandung antosianin. Konsumsi tape ketan lebih dari 11,5 gram atau setara dengan 1 sendok makan munjung perhari dapat mencegah kejadian penyakit sindroma metabolik seperti hipertensi, kadar gula darah tinggi, kadar lemak tinggi dan obesitas.(9)
  5. Stroberi Konsumsi stroberi 500 gram atau setara dengan + 30 buah per hari selama 30 hari telah terbukti dapat menurunkan profil lemak pada orang yang sehat. Hal ini karena kandungan antosianin yang tinggi dari buah stroberi. Selain itu, antosianin pada stroberi juga berperan sebagai antioksidan yang mana bisa menjadi penangkal radikal bebas sehingga bisa mencegah penyakit yang berhubungan dengan paru-paru, jantung, dan kanker.(10)

Editor : Erni, S.Tr.Gz

Refrensi

  1. Kemenkes RI. Penyakit Tidak Menular Kini Ancam Usia Muda (Internet). Kemkes. go. id. 2020. Diakses pada 14 September 2021. Tersedia pada: https://www.kemkes.go.id/article/view/20070400003/penyakit-tidak-menular-kini-ancam-usia-muda.html
  2. Priska, Melani, dkk. Review : Antosianin dan Pemanfaatannya. Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry).2018;6(2):79-97.
  3. Sigarlaki, E.D dan Agustyas,T. Pengaruh Pemberian Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Kadar Kolesterol Total. Majority. 2016:5(5);14-17.
  4. Budiatmaja. Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Merah (Hylrocereus polyrhizus) terhadap Kadar Kolesterol Total Pria Hiperkolesterolemia. 2014;1–52.
  5. Faadillah, N dan Martha, A. Efek Pemberian Seduhan Kulit Buah Naga Merah (Hylrocereus polyrhizus) terhadap Kadar HDL Tikus Sprague Dawley Dislipidemia. Journal of Nutrition College. 2016:5(4);280-288.
  6. Husna, N. El, Novita, M. & Rohaya, S. Kandungan Antosianin dan Aktivitas Antioksidan Ubi Jalar Ungu Segar dan Produk Olahannya. Agritech. 2013; 33(296–302)
  7. Arisetia D, Emy Y, dan Kusdalinah. Pemberian Es Krim Ubi Jalar Ungu Berpengaruh Terhadap Kadar Kolesterol Total dan Tekanan darah Pasien Hiperkolesterolemia. Jurnal Media Kesehatan. 2019;12(1):001-110
  8. Heriwijaya, I Made J, Bagus KS. Uji Efektivitas Air Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas) Terhadap Profil Lipid Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Pakan Dislipidemia. Intisari Sains Media. 2020;11(2)452-456
  9. Fauziyah Nur. Makanan Fungsional Tape Ketan Hitam Mencegah Sindroma Metabolik. Gurit Pramintarto EM. Bandung: Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung; 2018. 42 p.
  10. Basu A, Angel N, Nancy M, and Timothy J. Strawberry As a Functional Food: An Evidance–Based Review. Critical Reviews in Food Science and Nutrition.2011;54(6):790-806
No Comments

Post A Comment

16617 16621