02 Mei Peranan Berbagai Vitamin terhadap Sistem Imun
Sistem imun (immune system) atau sistem kekebalan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, meniadakan kerja toksin dan faktor virulen lainnya yang bersifat antigenik dan imunogenik. Antigen sendiri adalah suatu bahan atau senyawa yang dapat merangsang pembentukan antibodi. Antigen dapat berupa protein, lemak, polisakarida, asam nukleat, lipopolisakarida, lipoprotein dan lain-lain. Sementara itu antigenik adalah sifat suatu senyawa yang mampu merangsang pembentukan antibodi spesifik terhadap senyawa tersebut.
Berbicara daya tahan tubuh, kita sering mendengar imunogen yaitu senyawa yang dapat merangsang pembentukan kekebalan/imunitas, dan imunogenik adalah sifat senyawa yang dapat merangsang pembentukan antibodi spesifik yang bersifat protektif dan peningkatan kekebalan seluler. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuan untuk melindungi tubuh juga berkurang, sehingga patogen, termasuk virus dapat tumbuh dan berkembang dalam tubuh. Sedangkan reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun. Beberapa zat gizi seperti vitamin dapat berperan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Berikut ini adalah beberapa peranan vitamin dalam sistem imun .
1. Vitamin A
Vitamin A mempunyai peranan penting di dalam pemeliharaan sel epitel. Sel epitel merupakan salah satu jaringan tubuh yang terlibat di dalam fungsi imunitas non-spesifik. Imunitas non-spesifik melibatkan pertahanan fisik seperti kulit, selaput lendir, silia saluran nafas. Peranan vitamin A dalam sistem imunitas non spesifik terlihat pada integritas mukosa epitel yang telah banyak diuraikan oleh Sommer dan Tarwotjo dan Karyadi et al. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa anak-anak kekurangan vitamin A berisiko menderita penyakit saluran pernafasan dan mengalami keparahan penyakit diare. Vitamin A juga mempunyai peranan dalam sel-sel mukosa saluran cerna. Selain itu kekurangan vitamin A berdampak pada penglihatan yaitu dimulai dengan terganggunya integritas mukosa epitel, yang disebabkan karena hilangnya sel goblet penghasil mukus.
2. Vitamin C
Peran vitamin C di dalam sistem imun terkait erat dengan peran vitamin C sebagai antioksidan. Oleh karena vitamin C mudah mendonorkan elektronnya ke radikal bebas maka sel-sel termasuk sel imun terlindung dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Vitamin C meningkatkan fungsi imun dengan menstimulasi produksi interferon (protein yang melindungi sel dari serangan virus). Interferon adalah salah satu sitokin yang dihasilkan karena adanya komunikasi sel yang baik dan untuk menjaga komunikasi tersebut tetap baik maka diperlukan sel imun yang sehat dengan membran sel yang utuh.
Vitamin C dikenal sebagai antioksidan yang membantu menetralisir radikal bebas. Vitamin C sebagai antioksidan karena kemampuannya dalam mereduksi beberapa reaksi kimia, salah satunya vitamin C mampu mereduksi spesies oksigen reaktif (SOR). Vitamin C juga mempunyai peran sebagai donor elektron. Kemampuan vitamin C sebagai donor elektron membuat vitamin C menjadi sangat efektif sebagai antioksidan karena vitamin C dapat dengan cepat memutus rantai reaksi SOR (Spesies Oksigen Reaktif) dan SNR (Spesies Nitrogen Reaktif)
3. Vitamin E
Proses vitamin E sebagai antioksidan dalam menghentikan reaksi berantai melalui beberapa proses, seperti proses inisiasi dan pengembangan
- Proses inisiasi adalah reaksi antara senyawa lemak seperti PUFA dengan radikal hidroksil kemudian menghasilkan radikal lipid
- Jika radikal lipid sudah terbentuk maka akan bereaksi lagi dengan molekul oksigen dan terbentuk radikal peroksil Lipid
- Reaksi ini dapat terus berlangsung atau seringkali disebut dengan reaksi berantai jika tidak dihentikan
- Vitamin E adalah salah satu antioksidan yang kuat untuk menghentikan reaksi berantai ini, karena vitamin E banyak terdapat di membran sel maka vitamin E mampu melindungi radikal bebas yang akan merusak membran sel yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh
- Setelah vitamin E bereaksi dengan radikal bebas maka vitamin E menjadi radikal vitamin E atau vitamin E teroksidasi, dalam bentuk ini vitamin E memerlukan senyawa pereduksi seperti vitamin C dan NADPH
- Sifat vitamin E teroksidasi ini lebih stabil karena elektron yang tidak berpasangan pada atom oksigen mengalami delokalisasi ke dalam struktur cincin aromatik
- Suplementasi vitamin E meningkatkan proliferasi limfosit sebagai respons terhadap mitogen, meningkatkan produksi IL-2 , sitotoksisitas sel NK dan aktivitas makrofag alveoli dan peningkatan resistensi terhadap bahan infeksi
- Hal tersebut menunjukkan bahwa vitamin E memacu respons sitokin Th1 dan menekan respons Th2
4. Vitamin D
Vitamin D merupakan vitamin yang menarik untuk dipelajari karena bekerja sebagai zat gizi dan juga prohormon. Selain itu, vitamin D juga dapat diperoleh dari makanan atau bentuk sendiri dengan bantuan sinar matahari. Vitamin D dibentuk di kulit, lalu diaktivasi menjadi aktifnya oleh jaringan hati dan ginjal. Vitamin D yang berasal dari makanan terdapat dua jenis yaitu ergocalciferol berasal dari sumber nabati dan cholecalciferol yang berasal dari sumber bahan makanan hewani. Telur, mentega, susu murni (whole milk) dan ikan adalah contoh bahan makanan yang secara alamiah mengandung vitamin D. bagaimana vitamin D dapat mempengauhi sistem imun tubuh manusia
- Mempengaruhi produksi dari modulator atau pengatur sistem imun
- Mencegah ekspresi berlebihan dari sitokin inflamasi
- Meningkatkan “ledakan oksidatif” potensi makrofag
- Merangsang ekspresi ampuh peptida antimikroba, yang ada di neutrofil, monosit, sel NK, dan sel-sel epitel yang melapisi saluran pernapasan
Baca juga :Vitamin : Zat Gizi Mikro yang Kaya Manfaat
5. Vitamin B
Peran dari folat terhadap regulasi system imun memang belum banyak diketahui. Namun dari beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam system imun vitamin B9 berperan mempertahankan imunitas nonspesifik (Aktivitas sel NK) dan memproteksi terhadap infeksi pada usia lanjut. Defisiensi vitamin B9 dapat menyebabkan terganggunya CMI dan respon T cell dependant.
Vitamin B12 berperan dalam system imun sebagai imunomodulator pada imunitas selular terutama sel NK dan sel CD8+. Defisiensi vitamin B12 dapat menimbulkan perbandingan abnormal tinggi dari CD4+/CD8+.
Refrensi
- Baratawidjaja. Immunologi Dasar. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014
- Siswanto, dkk. Peran Beberapa Zat Gizi Mikro Dalam Sistem Imunitas. Gizi Indonesia. 2013
- Siagian, albiner. Gizi, Imunitas dan Penyakit Infeksi. Medan : Universitas Sumatera Utara
- https://foodtech.binus.ac.id/2015/10/09/fungsi-zat-gizi-terhadap-imunitas-tubuh-2/
- https://ejournal.persagi.org/index.php/Gizi_Indon/article/download/116/113
No Comments